1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Setiap akhir tahun dalam periode bisnis, manajer dari perusahaan harus memberikan kondisi keuangannya kepada pihak pemegang kepentingan
melalui laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut harus diaudit sebelumnya oleh auditor eksternal untuk memeriksa apakah laporan keuangan
itu wajar atau tidak wajar sebelum diungkapkan secara penuh kepada para pemegang kepentingan.
Laporan keuangan yang telah diaudit akan memberikan suatu kepercayaan dan manfaat lebih bagi para pengambil keputusan. Manfaat dalam
pengambilan keputusan terhadap kondisi perusahaan yang baik atau buruk melalui laporan keuangan yang diaudit akan memberikan acuan bagi para
pemegang kepentingan. Oleh karena itu, auditor eksternal dituntut untuk memeriksa dan mengungkapkan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum di Indonesia PABUI. Segi profesionalisme auditor pun dituntut sebagai pemeriksa. Kriteria profesionalisme dari seorang auditor adalah
ketepatan waktu penyampaian hasil audit secara akurat. Berdasarkan pada standar profesional akuntan publik SPAP mengenai standar pekerjaan
lapangan mengatur tentang prosedur penyelesaian pekerjaan lapangan seperti merencanakan aktivitas – aktivitas audit yang akan dilakukan, pemahaman
Universitas Sumatera Utara
2
yang cukup mengenai sistem pengendalian internal suatu perusahaan, dan pengumpulan bukti – bukti kompeten yang diperoleh melalui prosedur audit
sebagai dasar untuk menyampaikan pendapat audit atas laporan keuangan suatu perusahaan. Untuk memenuhi standar professional akuntan publik SPAP ,
auditor membutuhkan waktu yang semakin lama sehingga dapat berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit tetapi berdampak positif pada hasil
audit. Menurut Frildawati 2009 bahwa semakin cepat yang disampaikan, informasi yang terkandung akan semakin bermanfaat, dengan demikian para
pengguna laporan keuangan akan dapat mengambil keputusan, baik dari segi kualitas maupun waktu.
Cepat lambatnya suatu laporan audit yang dikeluarkan akan menghasilkan suatu rentang Interval waktu diantara akhir periode bisnis,
penyiapan laporan keuangan sampai laporan audit selesai disebut audit delay. Istilah audit delay telah disebutkan oleh beberapa para peneliti seperti Givoly
dan Palmon 1982, Beaver 1968, dan Craslaw dan Kaplan 1991. Audit delay dapat mempengaruhi ketepatan waktu suatu informasi keuangan yang
mana informasi keuangan tersebut dapat mempengaruhi reaksi pasar keuangan. Menurut Beaver 1968, Sebagai penyedia informasi keuangan
yang terpenting, audit delay merupakan salah satu fokus utama dari para regulator, perusahaan dan investor, karena audit delay berpengaruh langsung
pada ketepatan waktu dan ketepatgunaan pada saat pembuatan keputusan. Ketidakhirauan mengenai audit delay akan berdampak pada kualitas pelaporan
keuangan dengan cara tidak memberikan informasi kepada investor pada saat
Universitas Sumatera Utara
3
dibutuhkan. Jadi waktu untuk menyelesaikan audit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengumuman laba.
Keterlambatan publikasi informasi keuangan akan berdampak pada ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan
sehingga dapat berdampak negatif pada perusahaan. Contohnya seperti investor akan ragu – ragu untuk menanamkan modalnya karena belum
terbitnya laporan audit. Beaver 1968 menyatakan bahwa para investor akan menunda pembelian dan penjualan surat berharga sampai laporan keuangan
dipublikasikan. Sama dengan penelitian Bamber, Bamber dan Scoderbek 1993, investor mungkin akan mencari sumber alternatif untuk mendapatkan
informasi keuangan tersebut. Publikasi informasi yang tertunda akan membuat para investor untuk membeli sumber informasi dari perusahaan dan akan
meminta bayaran kepada para investor yang mengalami kekurangan informasi. Sejalan dengan penelitian Givoly dan Palmon 1982, reaksi harga terhadap
publikasi pengumuman laba yang lebih cepat akan mengalami ketidakhirauan daripada pengumuman laba yang lebih lambat.
Terjadinya audit delay dapat dipengaruhi oleh auditor tetapi dapat dipengaruhi oleh pihak manajemen pula. Jika terdapat berita baik seperti
mendapatkan laba yang tinggi, maka pihak manajemen biasanya akan melaporkannya secara tepat waktu. Sedangkan, jika terdapat kabar buruk
seperti perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pihak manajemen biasanya akan melaporkannya tidak tepat waktu. Sejalan dengan hasil penelitian
Carslaw dan Kaplan 1991, bahwa perusahaan yang rugi biasanya
Universitas Sumatera Utara
4
membutuhkan pemrosesan audit yang lebih lama. Hal ini dapat dinyatakan sebagai faktor internal perusahaan. Sedangkan Modugu, Erabhe, dan Ikhatua
2012 yang meneliti tentang hubungan diantara audit delay dan karakteristik perusahaan di Nigeria dengan menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan
dari periode tahun 2009 – 2011. Kesimpulannya adalah ukuran perusahaan dan biaya audit adalah faktor yang paling menentukan audit delay di Nigeria.
Ukuran perusahaan merupakan faktor eksternal atau non-financial perusahaan, sedangkan biaya audit merupakan faktor internal atau faktor financial.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa audit delay dari suatu perusahaan membutuhkan waktu minimum 30 hari sampai maksimum 276 hari untuk
perusahaan Nigeria untuk mempublikasi laporan tahunan. Jadi, perusahaan tercatat di Nigeria membutuhkan rata- rata waktu sekitar dua bulan setelah
tanggal neraca sebelum mereka siap untuk mempresentasikan laporan keuangan yang telah selesai diaudit.
Jadi, selain faktor internal yang diteliti oleh para peneliti, ada pula faktor eksternal yang diteliti oleh para peneliti. Beberapa penelitian terdahulu
telah menguji coba faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya audit delay. Givoly dan Palmon 1982 meneliti hubungan multivariat antara
audit delay dengan ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, dan kualitas audit internal. Ukuran perusahaan dilakukan dengan cara menggunakan
logaritma natural dari total pendapatan. Sedangkan, kompleksitas operasional yang merupakan fakor internal didapat dengan cara menggunakan rasio
persediaan terhadap total asset dan rasio laju rata – rata pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
5
penjualan dari lima tahun. Dari model analisis tersebut, Givoly dan Palmon 1982 mendapat kesimpulan bahwa rasio persediaan terhadap total asset
mempunyai dampak signifikan terhadap audit delay. Hampir sama dengan penelitian Givoly dan Palmon 1982 , Carslaw
dan Kaplan 1991 melakukan penelitian audit delay pada perusahaan publik di New Zealand dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan. Hanya
saja, Carslaw dan Kaplan menggunakan perusahaan yang mengalami kerugian. Itu berarti kemungkinan audit delay akan sangat tinggi.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, beberapa penelitian berikut menggunakan faktor-faktor yang berbeda, seperti: Hosain 1980 yang
melakukan penelitian terhadap perusahaan publik di Pakistan dengan menggunakan sampel 103 perusahaan yang tercatat di bursa efek di Pakistan
dan variabel independen jumlah cabang perusahaan. Ashton, Willingham dan Elliot 1987 meneliti 14 variabel yang mempengaruhi audit delay terhadap
perusahaan yang ada di Kanada. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis multivariat atas variabel-variabel independen, yaitu: logaritma natural
dari total pendapatan, kompleksitas operasional, kualitas pengendalian internal perusahaan, perusahaan yang melakukan jual – beli, dan pencampuran kerja
audit yang dikerjakan pada tanggal interim dan tanggal berakhinrya audit, dengan variabel dependennya adalah audit delay. Pada tahun berikutnya,
Ashton, Graul dan Newton 1989 melakukan penelitian terhadap variabel dependen yang sama yaitu audit delay dengan menggunakan variabel
independen yang berbeda yaitu: jumlah perusahaan di Kanada, ukuran
Universitas Sumatera Utara
6
perusahaan, ukuran klien, klasifikasi perusahaan, tahun berakhirnya fiskal, dan tanda – tanda adanya laba.
Selain, beberapa penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di luar negeri. Peneliti-peneliti terdahulu yang mengambil studi kasus terhadap
perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan variabel independen yang berbeda juga ada. Halim 2000 melakukan penelitian tentang audit delay di
Indonesia dengan menggunakan perhitungan tahun tutup buku dan pelaporan kerugian yang dapat berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
Hanipah 2001 melakukan penelitian tentang rata – rata audit delay pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ dan menyimpulkan bahwa waktu
penyelesaian audit cenderung panjang apabila ukuran perusahaan besar, mendapat qualified opinion wajar dengan pengecualian , tingkat
profitabilitas rendah dan mengalami kerugian. Subekti dan Widiyanti 2004 menyimpulkan bahwa audit delay yang panjang dialami oleh perusahaan yang
mempunyai tingkat profitabilitas tinggi, ukuran perusahaan besar, perusahaan non finansial mendapat opini wajar dengan pengecualian dan diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik besar The Big 4 . Banyaknya peneliti yang melakukan penelitian terhadap audit delay
sebagai variabel dependen dengan variabel independen yang bervariasi, baik secara parsial maupun secara kumulatif. Hal ini menunjukkan bahwa audit
delay masih mendapatkan perhatian. Sebab, audit delay dapat berdampak negatif kepada reputasi auditor maupun perusahaan. Upaya dari penelitian-
penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
7
masih adanya upaya dalam memperbaiki kecepatan dalam menghasilkan keputusan audit dari berbagai variabel independen yang mungkin
mempengaruhinya. Hal ini yang menjadi alasan utama bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap audit delay.
Variabel-variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah ukuran perusahaan, jumlah cabang perusahaan, auditor tenur, kualitas
audit, rasio cepat, dan proporsi hutang perusahaan. Urutan variabel-variabel yang digunakan berbeda dengan yang pernah dilakukan oleh para peneliti.
Adapun alasan-alasan lain digunakan variabel-variabel berikut adalah: 1. Ukuran perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti
Ashton, Graul dan Newton 1989 , dan Ahmad dan Kamarudin 2003. Menurut hasil penelitian keduanya, ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi secara signifikan terhadap audit delay. Ada pula hasil penelitian dari peneliti lain seperti Whittered 1980 dan Owusu-Ansah
2000 yang menyatakan bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan keuangan dari perusahaan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitannya dengan audit delay. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitannya dengan audit delay. 2. Jumlah anak perusahaan subsidiaries merupakan salah satu
penentu kerumitan dalam melaksanakan proses audit. Menurut Che- Ahmad dan Abidin 2008, adanya keterkaitan erat yang menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
8
bahwa semakin banyaknya jumlah anak cabang, akan memperlama suatu hasil audit dihasilkan. Berbeda dengan penelitian Ashton 1987,
dan Silvia Angruningrum dan Made Gede Wirakusuma 2013 yang memperoleh hasil bahwa subsidiaries tidak berpengaruh terhadap
audit delay. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh subsidiaries terhadap audit delay.
3. Auditor tenur merupakan suatu pergantian auditor pada perusahaan yang sama. Walaupun tidak terjadi pergantian KAP, auditor yang baru
dalam pergantiannya akan menimbulkan suatu proses pembelajaran yang baru terhadap perusahaan yang akan diperiksa. Hal ini disebutkan
oleh Lee et al. 2011 yang menghasilkan kesimpulan bahwa auditor tenure terkait dengan tingkat efisiensi audit yang lebih tinggi, yakni
berupa tingkat audit delay yang rendah. Namun, pada penelitian lainnya seperti Primsa dan Subagyo 2012 yang menunjukkan bahwa
auditor tenur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
keterkaitannya terhadap audit delay. 4. Kualitas audit adalah suatu penilaian terhadap adanya pengaruh
daripada menggunakan KAP yang berasal dari Big 4 atau non Big 4. Menurut penelitian sebelumnya seperti Davies dan Whittred [1980]
yang menyatakan bahwa KAP Big 4 akan menghasilkan hasil audit yang lebih cepat dibandingkan non Big 4. Sehingga hal ini tentu
mencegah terjadinya audit delay yang lebih lama. Sedangkan dalam
Universitas Sumatera Utara
9
hasil penelitian Dewi Lestari 2010 yang juga menunjukkan bahwa adanya hasil negatif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut mengenai keterkaitannya terhadap audit delay. 5. Rasio cepat merupakan rasio likuiditas yang paling menentukan
apakah suatu perusahaan mampu memenuhi hutangnya dalam waktu cepat. Adanya kaitan likuiditas cepat menghasilkan semakin
likuiditasnya perusahaan, maka auditor dalam melakukan prosedur audit akan mendapatkan hasil control risk yang kecil. Sehingga audit
delay tidak terjadi begitu lama. Menurut Ramadhan 2012, likuiditas secara parsial tidak berpengaruh terhadap audit delay. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai keterkaitannya terhadap audit delay. Penulis ingin meneliti apakah adanya keterkaitan
atau tidak antara pengaruh likuiditas dan audit delay dengan sampel perusahaan yang berbeda.
6. Proporsi hutang perusahaan merupakan suatu perhitungan terhadap adanya resiko bisnis perusahaan yang dimana apabila resiko bisnis
semakin tinggi, maka auditor akan memeriksa lebih lama terhadap data yang ruang lingkupnya diperluas. Penelitian Ahmad dan Kamarudin
2003 menggunakan proporsi hutang perusahaan sebagai variabel independen. Hasil penelitian peneliti terdahulu menunjukkan adanya
suatu pengaruh positif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai keterkaitannya terhadap audit delay. Penulis
Universitas Sumatera Utara
10
ingin meneliti apakah adanya keterkaitan atau tidak antara pengaruh likuiditas dan audit delay dengan sampel perusahaan yang berbeda.
Penelitian–penelitian terdahulu menunjukkan hasil penelitian yang berbeda. Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut ke-enam variabel secara
kumulatif dengan audit delay. Adapun hal yang berbeda dari penelitian dari penelitian terdahulu adalah adanya suatu ruang lingkup sampel perusahaan
yang digunakan serta tahun data perusahaan. Apabila penelitian yang dilakukan Hanipah 2001 menggunakan rata – rata audit delay pada
perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ. Maka penulis menggunakan sampel perusahaan jasa yang tercatat di BEI dengan data perusahaan dari
tahun 2010, 2011 dan 2012.
1.2 Rumusan Masalah