kelembagaan yang handal dan profesional, serta sarana dan prasarana pendidikan yang memadai
5. Meningkatkan fungsi dan ruang kota sebagai sentra perdagangan dan
jasa
Ditujukan untuk menciptakan stabilitas dan pemetaan ekonomi didukung oleh investasi dan pengembangan sektor lain yang potensial
6. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
Ditujukan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih, patrisipatif, transparan, akuntabel, dan berdedikasi didukung aparatur
pemerintah yang kompeten, profesional, dan berdedikasi.
C. Profil Kota Tangerang Selatan
a. Dasar Hukum Kota Tangerang Selatan adalah UU No. 51 Tahun 2008 b. Luas Wilayah mencapai 147,19 km2
c. Secara administratif berbatasan dengan DKI Jakarta timur, Kota Depok dan Bogor selatan, Kabupaten Tangerang barat, Kota Tangerang utara
Kota Tangerang Selatan adalah wilayah otonom di Provinsi Banten. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Rencana ini berawal dari
keinginan warga di wilayah selatan untuk mensejahterakan masyarakat. Pada tahun 2000, beberapa tokoh dari kecamatan-kecamatan mulai menyebut-nyebut
Cipasera sebagai wilayah otonom. Warga merasa kurang diperhatikan Pemerintah Kabupaten Tangerang sehingga banyak fasilitas terabaikan.
Pada 27 Desember 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang menyetujui terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Calon kota
otonom ini terdiri atas tujuh kecamatan, yakni, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Cisauk, dan Setu. Wilayah ini berpenduduk sekitar
966.037 jiwa. Pada 22 Januari 2007, Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Tangerang menetapkan Kecamatan Ciputat sebagai pusat pemerintahan Tangerang Selatan. Dalam rapat yang dipimpin Ketua DPRD
Endang Sujana, Ciputat dipilih secara aklamasi. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 yang membahas soal
pemekaran daerah menyebutkan keputusan akhir rencana itu ada di DPR-RI. Usul disampaikan melalui Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri, kemudian
dikaji oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Setelah disetujui, Mneteri
DalamNegeri mengajukan kepada Presiden. Kemudian, diajukan dalam bentuk rancangan undang-undang ke DPR-RI untuk diputuskan.
Jumlah penduduk di wilayah ini lebih dari satu juta jiwa. Pamulang dihuni 236.000 jiwa, sedang Ciputat dihuni 260.187 jiwa. Dari dua kecamatan
ini, jumlah penduduk 500.000 jiwa. Jika ditambah dengan penduduk Serpong, Pondok Aren, dan Cisauk akan berjumlah lebih dari satu juta jiwa. Sehingga,
memenuhi syarat untuk suatu daerah otonom. Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten mulai membahas
berkas usulan pembentukan Kota Tangerang mulai 23 Maret 2007. Pembahasan dilakukan setelah berkas usulan dan persyaratan pembentukan
kota diserahkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ke Dewan pada 22 Maret 2007.
Pada 2007, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan dana Rp 20 miliar untuk proses awal berdirinya Kota Tangerang Selatan. Dana itu
dianggarkan untuk biaya operasional kota baru selama satu tahun pertama dan merupakan modal awal dari daerah induk untuk wilayah hasil pemekaran.
Selanjutnya, Pemerintah Kabupetan Tangerang akan menyediakan dana bergulir sampai kota hasil pemekaran mandiri.
Kota Tangerang Selatan terbentuk setelah DPR bersama pemerintah menyetujuinya dalam rapat paripurna DPR, Rabu 2910. Tangerang Selatan
disetujui bersamaan dengan persetujuan pembentukan 11 daerah otonom baru lainnya.
Warga Tangerang Selatan memperjuangkan berdirinya kota baru tersebut sejak tahun 2000. Berbagai cara mereka tempuh agar pemerintah
mengabulkan keinginan mereka memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang, sampai kemarin DPR menyetujui undang-undang tentang pembentukan 12
daerah otonomi baru termasuk Kota Tangerang Selatan. Wilayah Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan yang
dahulu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang yaitu kecamatan Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, dan
Setu. Luas wilayah baru itu 147,19 kilometer persegi dengan penduduk 2007 mencapai 918 ribu jiwa.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Komunikasi Politik Media Lini Atas Above The Line
Sejak dahulu kegiatan kampanye politik banyak menggunakan media massa sebagai saluran kampaye politik bagi para calon yang akan maju di
pemilu. Terbukti kampanye melaui media massa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kandidat dalam mencapai popularitas dalam sebuah
pemilihan. Begitu juga pasangan Airin dan Benyamin dalam pilkada Tangsel, pasangan ini lebih memilih menggunakan media massa sebagai saluran
kampanye, karena dianggap paling efektif, sekalipun dana untuk berkampanye melalui media massa sangat besar.
Kampanye politik di media massa akan selalu terkait dengan citra sang kandidat, yang sangat nyata dalam kampanye di media massa adalah
bagaimana menciptakan citra positif di khalayak terhadap pasangan Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie. Maka otomatis, iklan ataupun berita
diciptakan sedemikian rupa menarik sesuai segmentasi penikmatnya khususnya media cetak.
Iklan di media cetak cukup mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihannya dalam proses pilkada. Melalui iklan politik di media dapat
memberikan persepsi perubahan masyarakat tentang citra kandidat pasangan Airin-Benyamin, maka kampanye melalui media massa adalah saluran yang
paling tepat bagi pasangan Airin-Benyamin dalam membentuk citra.