Kapan anda pertama kali menonton film Di Balik Frekuensi?

memang ini ya, Metro TV udah jelas kan afiliasi politiknya gimana ya terus ya keliatanlah tokohnya siapa yang punya. Dan kuat sekali dariawal ada Nasdem, sebelum jadi partai yang masih apasih gerakan masyarakat gitu, ya keliatan keliatan kali itu digunain buat kepentingan si Surya Paloh. Bahkan setelah Deklarasi Parpol itu memang dimanfaatin betul medianya. Karena kebetulan aku anak komunikasi juga bergelut di jurnalistik juga sedikit tidaknya sudah lumayan pahamlah tentang konglomerasi. Apalagi juga dulu di kampus juga bahas tentang konglomerasi media. Jadi memang penasaran kali gitu sampe segimananya dan baca reviewnya. Dan gimana si kakak ini mau apa ya, minta haknya dana temen-temennya tapi gak boleh gitu. Kayanya emang udah parah gitu loh. Jadi, ya gitu sih. Kebayang aku pekerja media memang cuma buruh doang gitulah. 4. P : Kenapa anda tertarik menonton film Di Balik Frekuensi? I : Karena tema yang diangkat film ini 5 P: Kapan anda pertama kali menonton film Di Balik Frekuensi? I : Mm.. Aku tanggalnya gak inget. Tapi bulannya inget. Bulan Februari tahun ini 2014. Karena, trainingnya itu ya mas Stenli di Bulan Februari, makanya aku inget. 6 P : Nontonnya sendirian atau berkelompok? I : Rame-rame. Jadi karena pelatihannya untuk jurnalis jadi ada sekitar 12 atau 13 jurnalis terus ada beberapa orang staf KIPPAS juga disitu yang nonton 7 P : Apa motivasi yang mendorong anda untuk menonton film Di Balik Frekuensi? I : Selain tema, kontennya sih aku penasaran ya samanya sama tema. Trus karena kebetulan pas ada kan. Jadi ya, emang kayanya harus nontonlah, pokoknya kayanya aku kerja di bagian ini, di bidang ini tapi aku tu gak tau kayanya gimana gitu. Kayanya emang udah kebutuhan lah kalo orang yang kerja di bagian media. Apalagi kalo analis kaya aku itu ya harus taulah gitu. Universitas Sumatera Utara 8 P : Menurut anda apa alasan pembuatan film Di Balik Frekuensi ? I : Kalo menurut aku pribadi sih, jelas ya mereka pengen ngasih tau ke publik gimana sebenarnya internal media. Gimananya kan masyarakat Cuma tau berita yang muncul ke mereka, yang mereka konsumsi. Tapi mereka gak tahu gimana pekerjanya itu dan gimana seluk beluk dapurnya media-media itu sendiri gitu. Gimana they treat their reporter, employee. Jadi ya memang pengen ngasih tunjuk. Nih advokasikan karena memang selain tindakan represif terhadap pekerja pers. Banyak hak-hak yang gak dikasih ke pekerja pers. Jadi ya ini memang baguslah, nilai advokasinya kuat sebenernya. 9 P : Seperti media literasi ke masyarakat maksud anda? I : Iya. He’eh. Cuma aku sih gak yakin ini ke masyarakat. Karena ini kalangan terbatas kan. Dan gak bener-bener massive gitu penyebarannya. Jadi ya segmented menurut aku, gak keseluruhan. Kayanya mungkin aku pikir ini lebih ke gimana orang bener- bener aware kalo ini ada dan yang ngeliat inikan emang orang yang konsern di bidang ini gitu. Jadi aku pikir ya mereka sekedar mau ngebukak ini realitanya, gitu. 10 P : Jadi menurut anda film Di Balik Frekuensi ini yang tahu hanya kalangan jurnalis, gitu? I : Nah menurut aku kan, kita kan kalo menurut misalnya strata sosial itu, ini kalangan menengahnya, gitu. Kelas menengah. Karena kalo kelas lapisan bawah masyarakat mayoritas Indonesia kan kalangan bawah sebenarnya, ya yang gak terlalu berpendidikan tinggi, mengecap bangku kuliah. Jadi ini aku rasa memang kalangan yang udah intelektual atau praktisi, gitu. Jadi paling engga mahasiswa ke atas gitu. Kalo misalnya untuk Universitas Sumatera Utara yang pendidikannya SMA atau yang pekerjaannya karyawan yang gak gimana-gimana kali ya mereka mungkin gak kepikiran buat ngeliat ini film gitu. 11 P : Menurut anda ada alasan yang lebih khusus tidak mengapa film ini hanya ditujukan ke kalangan tertentu saja? I : Engga sih, engga. Maksudnya aku sih ngeliatnya dari pola distribusi mereka. Mungkin karena keterbatasan budget juga buat memperoduksi terlalu banyak. Jadi mereka ya aku rasa ini mungkin gak tembus ke 21 atau ke bioskop-bioskop kan. Jadi ya distribusinya ya ke lingkarang- lingkaran baru nanti nyebar- nyebar dari mulut ke mulut. Jadi kalo misalnya anak MIPA kita tanya mereka mungkin belum tentu tau gitu. Kalo guru, belu tentu tahu juga. Ya paling orang yang bersinggungan dengan inilah yang paling tidak tahu atau yang ngeliat media-media sosial atau media-media online, gitulah.. 12 P: Bagaimana tanggapan anda terhadap isi dari film Di Balik Frekuensi?

Dokumen yang terkait

Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film

6 105 126

Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film

0 1 28

Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film

0 0 4

Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film

0 0 25

Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film Dokumenter Di Balik Frekuensi)

1 6 18

Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film Dokumenter Di Balik Frekuensi)

0 0 2

Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film Dokumenter Di Balik Frekuensi)

0 0 9

Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film Dokumenter Di Balik Frekuensi)

1 4 30

Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film Dokumenter Di Balik Frekuensi)

0 0 4

Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media Dalam Film Dokumenter Di Balik Frekuensi)

0 0 72