d. Pemerintahan. Perubahan  kebijakan  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  terhadap  lapangan  kerja,
seperti undang-undang kepegawaian, sistem penggajian dll. 2. Aspek dari dalam organisasi
a.  Sistem  pengelolaan  SDM  yang  meliputi  :  rekrutmen,  system  penilaian Performance,  system  karier,  pendidikan  dan  latihan,  system  imbalan,  system
reward and punishment dan Pemberhentian Pegawai. b. Budaya organisasi
Keadaan ini apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan konflik didalam  organisasi,  walaupun  konflik  didalam  organisasi  tidak  dapat  dihindari,
tetapi  bagaimana  organisasi  mengelolanya  agar  konflik  tersebut  menjadi minimum
c. Ketersediaan sistem Informasi . Sistem  informasi  yang  dibutuhkan  haruslah  dapat  diakses  oleh  semua  anggota
organisasi  agar  dapat  cepat  menyatukan  persepsi  dalam  mengambil  kebijakan organisasi dan mengimlementasikan dalam bentuk kegiatan kerja organisasi.
2.3. Prasarana
Prasarana  yaitu  fasilitas  yang  mendukung  kalancaran  pelaksanaan  pekerjaan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk meliputi bangunan, ruang kerja,
dan  fasilitas  yang  sesuai,  peralatan  proses  perangkat  lunak  dan  perangkat  keras, pelayanan pendukung transportasi dan komunikasi.
Dalam  upaya  peningkatan  kinerja  pegawai  atas  pelayanan  perlu  diperhatikan prasarana yang mendukung dan memadai sehingga pelanggan merasa nyaman dan puas.
Kenyamanan  pelanggan  dapat  tercapai  apabila  karyawan  juga  merasa  nyaman,  oleh karena itu lingkungan kerja juga harus diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Teori Lingkungan Kerja 2.4.1. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan  kerja  dalam  suatu  perusahaan  sangat  penting  untuk  diperhatikan manajemen.  Meskipun  lingkungan  kerja  tidak  melaksanakan  proses  produksi  dalam
suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan  yang  melaksanakan  proses  produksi  tersebut.  Lingkungan  kerja  yang
memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi
kerja  karyawan.  Suatu  kondisi  lingkungan  kerja  dikatakan  baik  atau  sesuai  apabila manusia  dapat  melaksanakan  kegiatan  secara  optimal,  sehat,  aman  dan  nyaman.
Kesesuaian  lingkungan  kerja  dapat  dilihat  akibatnya  dalam  jangka  waktu  yang  lama. Lebih  jauh  lagi  lingkungan  kerja  yang  kurang  baik  dapat  menuntut  tenaga  kerja  dan
waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rencangan sistem kerja yang efisien.
Beberapa  ahli  mendefinisikan  lingkungan  kerja  antara  lain  sebagai  berikut Menurut  Nitisemito  2000,  lingkungan  kerja  adalah  segala  sesuatu  yang  ada  disekitar
para  pekerja  yang  dapat  mempengaruhi  dirinya  dalam  menjalankan  tugas-tugas  yang diembankan.  Menurut  Sedarmayati  2001,  Lingkungan  kerja  adalah  keseluruhan  alat
perkakas  dan  bahan  yang  dihadapi,  lingkungan  sekitarnya  di  mana  seseorang  bekerja, metode  kerjanya,  serta  pengaturan  kerjanya  baik  sebagai  perseorangan  maupun  sebagai
kelompok. Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan
segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun  non  fisik,  langsung  atau  tidak  langsung,  yang  dapat  mempengaruhi  dirinya  dan
pekerjaannya saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.   Jenis Lingkungan Kerja
Sedarmayanti  2001  menyatakan  bahwa  secara  garis  besar,  jenis  lingkungan kerja terbagi  menjadi  2  yakni  :  a  lingkungan  kerja fisik,  dan b  lingkungan  kerja  non
fisik.
A. Lingkungan kerja Fisik Menurut  Sedarmayanti  2001,  Lingkungan  kerja  fisik  adalah  semua  keadaan
berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik  secara langsung  maupun  scara tidak  langsung.  Lingkungan  kerja  fisik  dapat  dibagi
dalam  dua  kategori,  yakni  :  lingkungan  yang  langsung  berhubungan  dengan  karyawan Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya. Lingkungan perantara atau lingkungan
umum  dapat  juga  disebut  lingkungan  kerja  yang  mempengaruhi  kondisi  manusia, misalnya:  temperatur,  kelembaban,  sirkulasi  udara,  pencahayaan,  kebisingan,  getaran
mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain. Untuk  dapat  memperkecil  pengaruh  lingkungan  fisik  terhadap  karyawan,  maka
langkah  pertama  adalah  harus  mempelajari  manusia,  baik  mengenai  fisik  dan  tingkah lakunya  maupun  mengenai  fisiknya,  kemudian  digunakan  sebagai  dasar  memikirkan
lingkungan fisik yang sesuai.
B. Lingkungan Kerja Non Fisik
Menurut Sedarmayanti 2001, Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang  terjadi  yang  berkaitan  dengan  hubungan  kerja,  baik  hubungan  dengan  atasan
maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.
Menurut  Nitisemito  2000  Perusahaan  hendaknya  dapat  mencerminkan  kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status
Universitas Sumatera Utara
jabatan  yang  sama  di  perusahaan.  Kondisi  yang  hendaknya  diciptakan  adalah  suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.
Sentono  2001  yang  mengutip  pernyataan  Prof.  Myon  Woo  Lee  sang  pencetus teori  W  dalam  Ilmu  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia,  bahwa  pihak  manajemen
perusahaan  hendaknya  membangun  suatu  iklim  dan  suasana  kerja  yang  bisa membangkitkan  rasa  kekeluargaan  untuk  mencapai  tujuan  bersama.  Pihak  manajemen
perusahaan  juga  hendaknya  mampu  mendorong  inisiatif  dan  kreativitas.  Kondisi  seperti inilah  yang  selanjutnya  menciptakan  antusiasme  untuk  bersatu  dalam  organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan.
2.4.3.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu  melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu  hasil  yang  optimal,  apabila  diantaranya  ditunjang  oleh  suatu  kondisi  lingkungan
yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.
Ketidaksesuaian  lingkungan  kerja  dapat  dilihat  akibatnya  dalam  jangka  waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga
dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang  mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan
kerja. Berikut  ini  beberapa  faktor  yang  diuraikan  Sedarmayanti  2001  yang  dapat
mempengaruhi  terbentuknya  suatu  kondisi  lingkungan  kerja  dikaitkan  dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.  Penerangancahaya di tempat kerja 2.  Temperatursuhu udara di tempat kerja
3.  Kelembaban di tempat kerja 4.  Sirkulasi udara di tempat kerja
Universitas Sumatera Utara
5.  Kebisingan di tempat kerja 6.  Getaran mekanis di tempat kerja
7.  Bau tidak sedap ditempat kerja 8.  Tata warna di tempat kerja
9.  Dekorasi di tempat kerja 10.  Musik di tempat kerja
11.  Keamanan di tempat kerja Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai, untuk itu
kondisi  lingkungan  kerja  yang  kondusif  dan  harmonis  akan  membuat  pegawai  merasa nyaman dan bergairah dalam melaksanakan pekerjaan.
2.5. Kinerja Pegawai
2.5.1.  Pengertian Kinerja
Kinerja dalam bahasa Inggris disebut  performance, yang dapat diartikan dengan pekerjaan, perbuatan atau penampilan. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan
hanya menyatakan hasil kerja, tetapi bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang  apa  yang  dikerjakan  dan  bagaimana  hasil  yang  dicapai  dari  pekerjaan  tersebut.
Suatu  organisasi  dalam  melaksanakan  aktifitasnya  perlu  mengetahui  kekuatan  atau kelemahan yang terdapat dalam setiap komponen yang terlibat dalam aktifitas organisasi.
Misalnya kinerja pegawai sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi tersebut melemah  atau  sebaliknya  yaitu  memberikan  kontribusi  positif  bagi  perkembangan
organisasi tersebut. Oleh karena itu organisasi harus berupaya mengevaluasi secara rutin tentang setiap komponen dalam organisasi tersebut, khususnya masalah kinerja pegawai.
Dalam  melaksanakan  kerjanya,  pegawai  menghasilkan  sesuatu  yang  disebut dengan kinerja. Kinerja merupakan hasil kerja seseorang pegawai selama periode tertentu
dibandingkan  dengan  berbagai  kemungkinan  misalnya  standard,  targetsasaran  atau kriteria  yang  telah  ditentukan  terlebih  dahulu  dan  disepakati  bersama.  Mangkunegara
Universitas Sumatera Utara
2007  menyatakan  :  ”Kinerja  adalah  hasil  kerja  secara  kualitas  dan  kuantitas  yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab  yang  diberikan  kepadanya”.  Pada  dasarnya  kinerja  merupakan  hasil  kerja  secara kualitas  yang  dihasilkan  oleh  karyawan  dalam  melaksanakan  pekerjaan  yang  sesuai
dengan  tanggung  jawab  yang  diberikan  kepadanya.  Hasil  kinerja  karyawan  tersebut, karyawan  hasilkan  untuk  kalangsungan  hidup  karyawannya  dan  untuk  kemajuan
organisasi.  Sehingga  semua  harapan  dan  tujuan  karyawan  maupun  organisasi  dapat tercapai.
Hasibuan  2005  menyatakan  :  ”Kinerja  adalah  suatu  hasil  kerja  yang  dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. Kinerja  merupakan  suatu  prestasi  atau  tingkat  keberhasilan  yang  dicapai  oleh  individu
atau suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu periode tertentu. Menurut Veithzal  Rivai  2004  bahwa  :  “  Kinerja  merupakan  perilaku  nyata  yang  ditampilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.”
Dalam  mencapai  hasil  kerja  yang  baik  seorang  pegawai  harus  memiliki  rasa  kesediaan untuk  melakukan  kegiatan.  Karena  dengan  rasa  kesediaan  karyawan,  semua  kegiatan
dapat  dilaksanakan  yang  sesuai  dengan  rencana  dan  tanggung  jawab  yang  diberikan kepadanya,  sedangkan  apabila  karyawan  tidak  memiliki  rasa  kesediaan  dalam
melaksanakan  kegiatan  maka  semua  kegiatan  tidak  dapat  dilaksanakan  dan  tidak  sesuai dengan apa yang direncanakan dan juga hasilnya pun akan tidak baik.
Menurut  Robbins  2008  kinerja  pegawai  adalah  sebagai  fungsi  dari  interaksi antara  kemampuan  dan  motivasi.  Dalam  studi  manajemen  kinerja  pekerja  atau  pegawai
ada  hal  yang  memerlukan  pertimbangan  yang  penting  sebab  kinerja  individual  seorang pegawai  dalam  organisasi  merupakan  bagian  dari  kinerja  organisasi,  dan  dapat
menentukan kinerja dari organisasi tersebut. Berhasil tidaknya kinerja pegawai yang telah
Universitas Sumatera Utara
dicapai  organisasi  tersebut  akan  dipengaruhi  oleh  tingkat  kinerja  dari  pegawai  secara individu maupun kelompok.
Mathis dan Jackson 2006 berpendapat bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang  dilakukan  atau  tidak  dilakukan  karyawan.  Kinerja  karyawan  adalah  yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi antara lain termasuk;
1 kuantitas output, 2 kualitas output,
3 jangka waktu output, 4 kehadiran di tempat kerja, dan
5 sikap kooperatif. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai
merupakan hasil yang dicapai pegawai dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang diberikan kepadanya  baik  secara  kuantitas  maupun  kualitas  melalui  prosedur  yang  berfokus  pada
tujuan  yang  hendak  dicapai  serta  dengan  terpenuhinya  standard  pelaksanaan.  Untuk mencapai  kinerja  yang  baik,  unsur  yang  paling  dominan  adalah  sumber  daya  manusia.
Walaupun  perencanaan  telah  tersusun  dengan  baik  dan  rapi  tetapi  apabila  orang  atau personil  yang  melaksanakan  rencanaprogram  tersebut  tidak  berkualitas  dan  tidak
memiliki semangat kerja yang tinggi, maka perencanaan yang telah disusun tersebut akan sia-sia.
2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Robbins  2008,  ada  tiga  kriteria  kinerja  yang  paling  umum,  yaitu:  hasil  kerja perorangan,  perilaku  dan  sifat.  Jika  mengutamakan  hasil  akhir,  lebih  dari  sekedar  alat,
maka  pihak  manajemen  harus  mengevaluasi  hasil  kerja  dari  seorang  pekerja.  Dengan menggunakan  hasil  kerja,  seorang  manajer  perencana  dapat  menentukan  kriteria  untuk
kuantitas yang diproduksi, sisa yang dihasilkan, dan biaya per unit produksi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut  Mathis  dan  Jackson  2006,  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kinerja karyawan adalah:
1.  Faktor kemampuan individu yang meliputi bakat, minat dan faktor kepribadian 2.  Usaha  yang  dicurahkan  meliputi  motivasi,  etika  kerja,  kehadiran,  dan  rancangan
tugas 3.  Dukungan  organisasi  yang  meliputi  pelatihan  dan  pengembangan,  peralatan  dan
teknologi, standar kerja, manajemen dan rekan kerja. Suatu  organisasi  dapat  berkembang  merupakan  keinginan  setiap  individu  yang
ada  di  dalam  organisasi  tersebut,  sehingga  diharapkan  dengan  perkembangan  tersebut organisasi  mampu  bersaing  dan  mengikuti  kemajuan  zaman.  Kemajuan  organisasi
dipengaruhi faktor-faktor lingkungan yang bersifat eksternal dan internal. Daesler 2005, kinerja karyawan dapat dilihat pada diri karyawan itu sendiri saat
bekerja,  yang  meliputi  ketepatan  waktu  dalam  mengerjakan  pekerjaan,  ketelitian  dalam mengerjakan  tugas  dan  juga  keterampilan  dalam  mengerjakan  tugas.  Kemudian  faktor-
faktor yang mempengaruhi organisasi dan kinerjanya, yaitu : 1.  Kualitas  kerja  yaitu  pencapaian  prestasi  kerja  yang  dapat  dilihat  pada  diri
karyawan  itu  sendiri  saat  bekerja,  yang  meliputi  ketepatan  waktu  dalam mengerjakan  pekerjaan,  ketelitian  dalam  mengerjakan  tugas  dan  juga
keterampilan dalam mengerjakan tugas. 2.  Kuantitas  kerja  yaitu  pencapaian  prestasi  kerja  yang  diukur  atas  dasar  hasil
pekerjaan yang dicapai oleh karyawan dalam bekerja. Kuantitas kerja dapat pula diukur melalui output atau hasil yang dibandingkan dengan standar output yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. 3.  Supervisi  yang  diperlukan  oleh  karyawan  dimana  setiap  karyawan  sangat
membutuhkan  saran,  kritik,  arahan  dan  ketepatan  waktu  dalam  menyelesaikan pekerjaan.
4.  Tingkat kehadiran atau presensi dari karyawan dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
5.  Konservasi  ataupun  upaya  setiap  karyawan  untuk  mencegah  pemborosan, kerusakan dan bagaimana karyawan dalam memelihara alat.
Menurut Mondy 2008, Kriteria kinerja yang paling umum adalah, sifat, perilaku, kompetensi, pencapaian tujuan, dan potensi perbaikan.
1.  Sifat Sifat-sifat karyawan tertentu seperti sikap, penampilan dan, inisiatif adalah
dasar untuk beberapa evaluasi. Namun banyak dari kualitas yang umum digunakan tersebut bersifat subjektif dan bisa jadi tidak berhubungan dengan
pekerjaan atau sulit untuk didefenisikan
2.  Perilaku Ketika hasil tugas seseorang sulit ditentukan, organisasi bisa mengevaluasi
perilaku atau kompetensi orang tersebut yang berhubungan dengan tugas. 3.  Kompetensi
Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat, dan perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar
pribadi, atau berorientasi bisnis. Kompetensi-kompetensi yang terseleksi untuk keperluan evaluasi haruslah yang berhubungan erat dengan kesuksesan pekerjaan
4.  Pencapaian Tujuan Jika organisasi-organisasi menganggap hasil akhir lebih penting dari cara,
hasil-hasil pencapaian tujuan menjadi faktor yang tepat untuk dievaluasi. Hasil- hasil yang dicapai harus berada dalam kendali individu atau tim dan haruslah
hasil-hasil yang mengarah pada kesuksesan perusahaan. 5.  Potensi Perbaikan
Universitas Sumatera Utara
Ketika organisasi-organisasi mengevaluasi kinerja para pegawai, banyak criteria yang digunakan berfokus pada masa lalu. Data evaluasi menjadi
dokumen-dokumen historis. Dengan demikian perusahaan-perusahaan harus berfokus pada masa depan, memasukkan perilaku-perilaku dan hasil-hasil yang
diperlukan untuk mengembangkan karyawan dan dalam proses tersebut mencapai tujuan-tujuan organisasi.
2.5.3.  Pengukuran Kinerja
Dalam  pelaksanaan  kegiatan  organisasi,  ada  hal  penting  yang  perlu  dilakukan pimpinan  yaitu  mengukur  kinerja  karyawan  dengan  tujuan  untuk  mengetahui  apakah
kinerja  karyawan  mengalami  peningkatan  atau  mengalami  penurunan.  Pengukuran kinerja  dalam  organisasi  perlu  dilakukan,  karena  dengan  dilakukannya  pengukuran
kinerja  terhadap  karyawan,  pimpinan  atau  pihak  manajemen  dapat  mengetahui  kinerja karyawan yang ada didalam organisasinya.
Beberapa  cara  yang  dapat  dilakukan  untuk  mengukur  kinerja,  seperti  yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai 2004 yaitu sebagai berikut :
1.  Melakukan  pengukuran  dengan  cara  perbandingan  antara  kinerja  nyata  dengan kinerja yang direncanakan.
2.  Melakukan pengukuran dengan cara perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil sasaran yang diharapkan.
3.  Melakukan  pengukuran  dengan  cara  perbandingan  antara  kinerja  nyata  tahun  ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
4.  Melakukan  pengukuran  dengan  cara  perbandingan  kinerja  suatu  perusahaan  dengan perusahaan lain yang unggul dibidangnya.
5.  Melakukan  pengukuran  dengan  cara  perbandingan  capaian  tahun  berjalan  dengan rencana dalam dua, tiga, empat atau lima tahun pencapaian.
Pengukuran  kinerja  sangat  perlu  dilakukan  oleh  pimpinan  atau  atasan  untuk mengetahui  kinerja  pegawai  dan  pengukuran  kinerja  pegawai  perlu  dilakukan  secara
berulang-ulang kali atau secara periode. Dengan sering dilakukannya pengukuran kinerja tujuan  organisasi  dapat  tercapai  dan  harapan  dari  masing-masing  pegawaipun  dapat
tercapai pula.
2.5.4. Sistem Penilaian Kinerja
Penilaian  kinerja  merupakan  suatu  proses  organisasi  untuk  menilai  kinerja pegawainya,  penilaian  ini  dilakukan  untuk  memberikan  umpan  balik  kepada  pegawai
dalam  upaya  memperbaiki kinerjanya  dan  usaha  meningkatkan  produktivitas organisasi. Hal  ini  berkaitan  dengan  kebijakan  terhadap  pegawai  seperti  untuk  tujuan  promosi,
demosi,  mutasi,  kenaikan  pangkat,  pendidikan  dan  pelatihan.  Penilaian  kinerja  yang dilakukan  dalam  suatu  organisasi  haruslah  mengikuti  standar  kinerja  yang  ditetapkan,
dimana  pengukuran  kinerja  tersebut  juga  memberikan  umpan  balik  yang  positif  kepada pegawai. Mangkuprawira,2004.
Berikut ilustrasi gambar elemen-elemen kunci sistem penilaian kinerja:
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Mangkuprawira 2004
Gambar 2.1. Elemen-elemen Kunci System Penilaian Kinerja
Dari  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  penilaian  kinerja  merupakan bagian  integral  dari  proses  penilaian  meliputi:  penerapan  sasaran  kinerja  yang
spesifik, terukur, memiliki tingkat perubahan, dibatasi waktu, adanya pengarahan dan dukungan dari atasan. Karyawan dan atasan secara bersama dapat menetapkan
sasaran dan standar kinerja yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.
2.5.5.  Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pegawai
Tujuan penilaian kinerja: 1.  Mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap pegawai.
2.  Digunakan  sebagai  dasar  perencanaan  di  bidang  personalia,  khususnya penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
Kinerja Karyawan Penilaian Kinerja
Umpan balik Karyawan
Ukuran Kinerja
Standar Kinerja
Catatan Karyawan Keputusan SDM
Universitas Sumatera Utara
3.  Digunakan  sebagai  dasar  pengembangan  dan  pendayagunaan  pegawai seoptimal  mungkin,  sehingga  dapat  diarahkan  jenjang  karirnya  atau
perencanaan karirnya, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan. 4.  Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antar atasan dan
bawahan. 5.  Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang personalia,
khususnya prestasi pegawai dalam bekerja. 6.  Pegawai  dapat  mengetahui  kelemahan  dan  kelebihan  masing-masing
sehingga  dapat  memacu  perkembangannya.  Sebaliknya  bagi  atasan  yang menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan sehingga dapat
membantu dan memotivasi pegawai dalam bekerja. 7.  Hasil  penilaian  kinerja  tersebut  akan  bermanfaat  bagi  penelitian  dan
pengembangan di bidang personalia secara keseluruhan.
2.6. Kerangka Konseptual
Sumber  daya  manusia  merupakan  faktor  yang  berperan  aktif  dalam menggerakkan  organisasi  dalam  mencapai  tujuannya.  Tercapainya  tujuan  organisasi
hanya  dimungkinkan  karena  upaya  para  pelaku  yang  terdapat  dalam  organisasi,  untuk berkinerja  dengan  baik.  Kinerja  perorangan  individual  performance  dengan  kinerja
lembaga institutional performance terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila  kinerja  pegawai  individual  performance  baik  maka  kemungkinan  besar  kinerja
lembaga institutional performance juga baik. Peningkatan  kualitas  sumber  daya  manusia  merupakan  aspek  yang  penting  bagi
suatu  organisasi  yang  membangun  keunggulan  bersaing  melalui  peran  sumber  daya manusia yang menjalankan strategi organisasinya. Oleh karena itu sangatlah penting bagi
sebuah  organisasi  untuk  meningkatkan  kualitas  sumber  daya  manusia  yang  mampu
Universitas Sumatera Utara
mendorong  semua  pegawai  untuk  memberikan  kontribusi  secara  optimal  terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Mangkunegara  2006  menyatakan  : ”Kinerja adalah hasil  kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Berkualitas  bukan  hanya  pandai  tetapi  memenuhi  semua  syarat  kualitatif yang dituntut pekerjaan itu sehingga pekerjaan itu benar- benar dapat diselesaikan
menurut kompetensi kemampuan, kecakapan, ketrampilan, kepribadian, sikap dan perilaku.  Sumber  daya  manusia  keberadaannya  menempati  posisi  yang  paling
menentukan  dalam  peningkatan  mutu  suatu  sistem  organisasi.  Prasarana  yaitu fasilitas  yang  mendukung  kalancaran  pelaksanaan  pekerjaan  untuk  mencapai
kesesuaian  terhadap  persyaratan  produk  meliputi  bangunan,  ruang  kerja,  dan fasilitas  yang  sesuai,  peralatan  proses  perangkat  lunak  dan  perangkat  keras,
pelayanan pendukung transportasi dan komunikasi.
Dalam  upaya  peningkatan  kinerja  pegawai  perlu  diperhatikan  lingkungan  kerja yang mendukung dan memadai sehingga pekerja merasa nyaman dalam bekerja dan dapat
bekerja dengan baik. Keberhasilan organisasi sangat tergantung pada lingkungan kerja di dalam organisasi, karena para pegawai yang melakukan kegiatan pekerjaan merasa betah
dan  menyukai  lingkungan  tempat  mereka  bekerja.  Lingkungan  kerja  merupakan  salah satu faktor pendukung semangat kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  hal  tersebut  maka  secara  sederhana  kerangka  konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
2.7. Hipotesis