17
illegal gratuities, dan pemerasan secara ekonomi economic extortion.
2.1.3 Kecurangan Laporan Keuangan Financial Statement Fraud
Definisi financial statement fraud menurut Association of Certified Fraud Examniers ACFE adalah Rezaee, 2002:“The intentional,
deliberate, misstatement, or omission of material facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all the information made
available, would case the reader to change or alter his or her judgment or decision.”
Kecurangan laporan keuangan didefinisikan oleh AICPA sebagai satu hal yang disengaja, salah saji atau penghilangan fakta-fakta material, atau
data akuntansi yang menyesatkan dan, bila dianggap dengan semua informasi yang telah dibuat, akan menyebabkan pembaca mengubah penilaian atau
keputusannya. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial. Ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
suatu perusahaan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan financial engineering dalam penyajian
laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.
Gravitt 2006 dalam Nguyen 2008 mengatakan bahwa kecurangan pada laporan keuangan melibatkan skema berikut:
1 pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material,
dokumen pendukung atau transaksi bisnis;
Universitas Sumatera Utara
18
2 kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa, transaksi,
rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang disusun;
3 kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi,
kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan, laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis;
4 kelalaian yang disengaja pada pengungkapan atau penyajian
pengungkapan yang tidak memadai berdasarakan prinsip akuntansi dan kebijakan dan nilai yang terkait.
2.1.4 Teori Fraud Triangle
Teori yang mendasar dari penelitian ini yaitu teori fraud triangle. Teori ini dicetuskan oleh Cressey 1953 yang diperkenalkan dalam literatur
profesional pada SAS No. 99, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. Secara umum kecurangan mempunyai tiga sifat seperti yang
diungkapkan dalam fraud triangle. Dimana kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu tekanan pressure, kesempatan opportunity,
dam rasionalisasi rationalization Turner et al., 2003. SAS No. 99 mengharuskan auditor untuk menerapkan prosedur baru yang bertujuan untuk
mengetahui lingkungan perusahaan dan untuk mengevaluasi jumlah luas informasi baru dalam upaya untuk mengindentifikasi fakta dan keadaan yang
mengindikasikan adanya tekanan, peluang, dan rasionalisasi Skousen et al., 2009. Gambar 2.2 menerangkan hubungan antara pressure, opportunity, dan
rationalization.
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 2.2 Fraud Triangle
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey 1953 2.1.4.1 Tekanan Pressure
Menurut Rahmanti 2013 pressure adalah dorongan orang untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal
termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain, termasuk hal keuangan dan non keuangan. Dalam hal keuangan sebagai contoh
dorongan untuk memiliki barang-barang yang bersifat materi. Tekanan dalam hal non keuangan mendorong seseorang melakukan kecurangan,
misalkan tindakan untuk menutupi kinerja yang buruk karena tuntutan pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik.
Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut
adalah stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan keuangan individu, dan target keuangan.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.4.2 Kesempatan Opportunity
Nabila 2013 berpendapat bahwa opportunity adalah kesempatan yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku
kecurangan percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Kesempatan dapat terjadi karena pengendalian internal yang lemah,
pengawasan manajemen yang kurang baik atau melalui penggunaan posisi. Kesempatan untuk melakukan fraud berdasarkan pada
kedudukan pada umumnya, manajemen suatu perusahaan memiliki potensi yang lebih besar untuk melakukan fraud dibandingkan dengan
karyawan. Tetapi patut digaris bawahi bahwa kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Kegagalan
dalam menetapkan prosedur yang memadai untuk kondisi fraud juga mampu meningkatkan keterjadian suatu kecurangan. Dari ketiga elemen
fraud triangle, kesempatan memiliki kontrol yang paling atas. Oleh karena itu dalam mendeteksi adanya aktivitas kecurangan maka
perusahaan perlu membangun sebuah proses, prosedur dan kontrol yang efektif.
SAS No. 99 menyebutkan bahwa kesempatan pada kecurangan laporan keuangan dapat terjadi pada tiga kategori. Kondisi tersebut
adalah kondisi industri, ketidakefektifan pengawasan, dan struktur organisasional.
Universitas Sumatera Utara
21
2.1.4.3 Rasionalisasi Rationalization
Salah satu elemen penting terjadinya fraud yaitu rasionalisasi, di mana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi
merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur Skousen et al., 2009. Sikap atau karakter adalah apa yang menyebabkan satu
atau lebih individu untuk secara rasional melakukan fraud. Penentu utama dari kualitas laporan keuangan yaitu integritas manajemen.
Ketika integritas manajemen dipertanyakan, keandalan laporan keuangan diragukan. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka
akan lebih mudah merasionalisasi kecurangan. Bagi mereka dengan standar moral yang lebih tinggi, mungkin tidak begitu mudah. Pelaku
fraud selalu mencari pembenaran rasional untuk membenarkan perbuatannya Molida, 2011.
Menurut SAS No. 99 rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapatkan
perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total aktiva.
2.1.5 Penyajian Kembali Laporan Keuangan
Penelitian ini menggunakan definisi penyajian kembali laporan keuangan yang dipergunakan oleh Ahmed dan Goodwin 2007 yang dikutip
oleh Retnoasih, 2008. Definisi tersebut adalah: Penyajian kembali laporan keuangan diartikan sebagai perubahan bersih
dari laba periode sebelumnya yang dilaporkan pada laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara
22
komparatif periode berjalan. Penyajian kembali laporan keuangan merupakan proksi untuk penarikan dan penerbitan kembali laporan keuangan periode
sebelumnya. Penerapan penyajian kembali laporan keuangan dapat dilakukan dengan
acuan PSAK No. 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. PSAK No. 25
mengkelompokkan faktor utama yang mempengaruhi revisi atau penyajian kembali laporan keuangan ke dalam 3 kelompok sebagai berikut:
1. Perubahan Estimasi Akuntansi Changes in Accounting Estimates
Terdapat banyak unsur dalam laporan keuangan yang memerlukan adanya estimasi karena tidak dapat diukur secara tepat, misalnya
estimasi atas penyisihan piutang tak tertagih bad debts, keusangan impairment, keusangan persediaan, dan estimasi umur ekonomis
aktiva tetap yang dapat disusutkan. 2.
Kesalahan Mendasar Fundamental Errors Perlakuan akuntansi atas keselahan mendasar diatur dalam PSAK No.
25 Paragraf 30-36. Terdapat kemungkinan kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau lebih periode sebelumnya baru
ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan dapat timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan
kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Koreksi atas kesalahan tersebut akan dimasukkan dalam
perhitungan laba tau rugi bersih untuk periode berjalan.
Universitas Sumatera Utara
23
3. Perubahan Kebijakan Akuntansi Changes in Accounting Policies
Paragraf 38 PSAK No. 25 menyatakan bahwa suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu
kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau jika
diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu
perusahaan. Dalam laporan yang dipublikasikan oleh USA GAO Goverment
Accounting Officer di tahun 2002, dinyatakan bahwa terjadinya penyajian kembali laporan keuangan dikarenakan adanya fraud kecurangan dan
kesalahan yang meningkat secara signifikan dalam selang waktu antara bulan Januari tahun 1997 hingga bulan Juni tahun 2002 Retnoasih, 2008.
Dengan melihat beberapa contoh tersebut, sangat relevan bila dikatakan financial statement fraud sering kali diawali dengan penyajian kembali
laporan keuangan yang digambarkan melalui salah saji. Dalam penelitian ini, untuk mengukur indikasi perusahaan menuju terjadinya kecurangan fraud
yang diproksi dalam penyajian kembali restatement laporan keuangan berhubung tidak tersedianya data resmi mengenai data perusahaan yang
fraud.
Universitas Sumatera Utara
24
2.2 Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian mengenai kecurangan laporan keuangan yang dihubungkan dengan teori fraud triangle telah banyak dilakukan sebelumnya.
Berikut penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Turner et al. 2003 melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji
dampak fraud triangle terhadap proses audit. Metode penelitian yang digunakan dengan mengembangkan jaringan bukti yang memiliki dua sub-jaringan dengan
menggunakan pendekatan belief functions, yaitu untuk menangkap risiko dan bukti hubungan untuk audit laporan keuangan konvensional dan untuk menangkap
hubungan risiko dan bukti untuk penilaian risiko kecurangan. Hasil penelitian ini mendukung konsep fraud triangle dalam tiga komponen dan hubungan antar
komponen terbukti memiliki dampak yang besar pada resiko audit. Nguyen 2008 melakukan penelitian bertujuan untuk fokus pada sifat
kecurangan laporan keuangan dan skema kecurangan terhadap laporan keuangan. Dua kasus kecurangan pada laporan keuangan dianalisis dari Enron dan
WorldCom. Penelitian ini membahas teknik-teknik umum yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Lou dan Wang 2009 menguji fakto risiko dari fraud triangle. Lou dan Wang 2009 menggunakan sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor
risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan
keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, rasio yang lebih
Universitas Sumatera Utara