26 3.1
Densitas air = W
1
– W V
3.2 3.
Minyak yang telah dipulihkan melalui destilasi pada hot plate dimasukkan ke dalam silinder pengukuran.
4. Silinder pengukuran kemudian ditempatkan pada water bath selama 2-3 jam
untuk proses evaporasi pelarut yang sempurna. 5.
Volume minyak dicatat. 6.
Kandungan minyak dihitung dengan persamaan:
Kandungan Minyak = x 100
3.3.3.2 Prosedur Penentuan Spesific Gravity
Prosedur penentuan spesific gravity dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut [15]:
1. Berat silinder ditimbang untuk pengukuran yang akan digunakan
2. Berat silinder ditimbang pengukuran + air
3. volume air yang digunakan diukur
4. Diperoleh densitas air dengan persamaan:
Dimana: W
1
= berat silinder pengukuran + air W
= berat silinder pengukuran V
= volume air yang digunakan
5. Berat silinder ditimbang untuk pengukuran yang akan digunakan
6. Berat silinder ditimbang untuk pengukuran + minyak
7. Volume minyak yang digunakan diukur
8. Densitas minyak diperoleh dengan persamaan:
Universitas Sumatera Utara
27 Densitas minyak =
W
1
– W V
3.3
Densitas minyak yandigunakan
Densitas air 3.4
Dimana: W
1
= berat silinder pengukuran + minyak W
= berat silinder pengukuran V
= volume minyak yang digunakan
9. Setelah densitas air dan densitas minyak diketahui, spesific gravity dapat dihitng
dengan persamaan:
Sehingga spesific gravity =
3.3.3.3 Prosedur Penentuan Bilangan Peroksida Bilangan peroksida adalah indikasi dari kestabilan minyak [19], memiliki
suatu sifat yang penting dalam penentuan ketengikan minyak [17]. Pada umumnya, bilangan peroksida harus lebih kecil dari 10 mgg minyak dalam minyak segar.
Minyak dengan bilangan peroksida yang tinggi tidak stabil dan dengan mudah menjadi tengik [19], sedangkan minyak dengan bilangan peroksida yang rendah
mengindikasikan bahwa minyak dapat disimpan pada periode waktu yang sangat lama [15].
Prosedur penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dua gram ekstrak minyak dicampurkan ke dalam 22 mL campuran dari 12 mL
klorofom dan 10 ml asam asetat pada labu [15]. 2.
Satu gram kalium iodida ditambahkan ke campuran di dalam labu [20] 3.
Campuran dipanaskan selama 1 menit [20]. 4.
Air distilat 30 mL ditambahkan ke dalam campuran [15] 5.
Campuran yang panas dituangkan ke dalam labu lain yang mengandung 20 mL dari 5 kalium iodida [20].
6. Na
2
SO
3
0.1 M diitrasi sampai warna kuning hampir hilang [20] 7.
Indikator starch 0.5 mL segera ditambahkan dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru menghilang [15]
8. Dilakukan titrasi blanko
Universitas Sumatera Utara
28 Peroxide value =
S-B x N x 1000 W
9. Bilangan peroksida dihitung dengan persamaan:
Dimana : S = volume titran dari sampel ml B = volume titran untuk blanko ml
N = molaritas larutan Na
2
SO
3
1000 = unit konversi gkg W = berat sampel minyak
3.3.3.4 Prosedur Penentuan Bilangan Iodin I.V.