Keudie Kupie Ule Kareng

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

4.1.1. Keudie Kupie Ule Kareng

Nongkrong di warung kopi atau kedai kopi sepertinya sudah menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya Kota Medan. Berbagai menu, fasilitas, dan konsep ditawarkan guna menarik pelanggan. Semua punya ciri khas, termasuk Keude Kupie Ulee KarengGayo Medan yang ada di Jalan Dr. Mansyur Medan. Selama ini kedai kopi identik dengan warung pinggir jalan. Tidak memandang kelas atau status sosial, kasta, maupun kalangan. Namun kini tidak, karena kedai kopi bersifat eksklusif telah menjamur. Dengan begitu, secara tidak langsung gengsi ngopi semakin tinggi. Tidak lagi di pinggir jalan, akan tetapi sudah menjual susana yang lebih nyaman. Al Junishar yang akrab dipanggil Agam ini merupakan salah seorang yang memiliki usaha coffee shop bernama Keude Kupie Ulee KarengGayo Medan yang berdiri sejak 3 tahun lalu. Dulu kedai kopi miliknya hanya berkapasitas kecil, ruko 2 lantai. Tidak seperti coffee shop lainnya, miliknya ini cukup sederhana. Tidak berfasilitas mewah, apalagi mahal. Tapi Agam sepertinya tahu apa keinginan pelanggannya, sehingga dia memenuhi hampir seluruh kebutuhan konsumen yang datang ke kedainya. Alhasil, kedainya pun menjadi salah satu tempat favorit berbagai kalangan untuk nongkrong atau sekedar minum kopi. Seiring berjalannya waktu, pria kelahiran 6 juni 1980 ini memutuskan untuk mengembangkan usahanya. Tak jauh dari Universitas Sumatera Utara tempatnya yang dulu, dia membangun gedung baru dengan konsep yang lebih menarik. Kita membuat ini, juga karena kita melihat kebutuhannya seperti itu. Kita ingin semuanya ada di sini. Itu yang ingin kita sajikan kepada pelanggan, katanya kepada MedanBisnis beberapa waktu lalu saat ditemui di tempat usahanya. Wajar jika Agam ingin memanjakan konsumennya, karena dari pengalamannya dulu sebelum dia memulai usahanya, apa yang dia mau hampir tidak terpenuhi atau tidak didapatnya dari kedai kopi yang ditongkronginya. Itu yang menjadi inspirasinya untuk menghadirkan kedai kopi yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen, baik dari kalangan pelajar maupun profesional. Dari segi makanan, Agam menyediakan menu yang simple, enak, cepat dibuat, dan sesuai porsi. Di Keude Kupie Ulee KarengGayo Medan ini juga menyediakan 7 macam cemilan, agar pelanggan tidak bosan saat menunggu pesanannya datang. Respon pelanggan dengan gedung baru kita ini sangat bagus, dan saya yakin akan kian berkembang. Karena siapa sih yang tidak mau usahanya bertumbuh? ujarnya. Memang pertumbuhan bisnis milik Agam terbilang maju pesat. Terletak di tengah kota dengan area yang strategis dan fasilitas yang memadai, menjadikan permintaan dan jumlah pelanggan kian besar. Di gedung baru ini, ruang yang disediakan lebih lebar dari yang lama. Ukurannya 16x16 meter, di mana setiap lantainya punya konsep yang berbeda. Lantai 1 dibuat tampak lebih serius. Dengan konsep eksekutif muda, lantai 1 ini lebih kepada privasi, di mana pelanggan memang tidak diperbolehkan untuk Universitas Sumatera Utara merokok. Sedangkan lantai 2 merupakan tongkrongan kedai kopi yang sesungguhnya. Konsepnya adalah hura-hura. Hura-hura di sini bukan bebas foya-foya atau pesta, melainkan lebih ke sifat santai. Itu sebabnya kebanyakan anak muda lebih memilih nongkrong di lantai 2 ketimbang di lantai 1 yang lebih banyak diminati para orangtua. Sedangkan lantai 3 lebih ke nuansa romatis. Meski belum dipasang kanopi, namun dedaunan dan bunga sudah mengentalkan suasana. Suasana gedung baru ini lebih rapi dari yang dulu. Ukuran gedungnya juga lebih besar, sehingga daya tampungnya juga lebih besar, bisa menampung 700 orang pelanggan. Desainnya kita buat semakin bagus, hingga jadi pusat perhatian, jelasnya sembari menambahkan jika dia harus menguras kocek sebesar Rp 600 juta demi mendesain gedung baru tempat usahanya ini. Diakuinya, semua desain dan konsep tersebut merupakan hasil karyanya sendiri dengan tidak mengesampingkan masukan-masukan dari pihak lain. Untu beberapa hal dia memang menggunakan jasa konsultasi, tapi selebihnya merupakan hasil buah pikirnya. Di lantai satu ada desain bambu. Itu sebenarnya karena kebetulan di situ ada bambu. Lalu kita manfaatkan terlihat kontemporer. Dengan majunya bisnis ini, kita membuka peluang kerja yang lebih besar, karena karyawan kita sekarang sudah bertambah menjadi 35 orang, tuturnya. Dengan konsep yang tidak biasanya ini, lumrah bagi Agam jika setiap lantainya dia memasagn harga yang berbeda. Itu karena kepuasan yang didapat pelanggan juga berbeda di setiap lantainya. Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Visi