Uji Validitas Uji Reliabilitas Analisis Regresi Linear Berganda

3.2.3 Pengolahan dan Analisis Data

a. Uji Validitas

Menurut Umar 2003, uji validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jika menggunakan kuesioner sebagai alat dalam pengumpulan data, kuesioner yang disusun harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Instrumen yang valid dapat diartikan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data adalah valid. Langkah-langkah dalam menguji validitas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. 2 Melakukan uji coba pengukuran tersebut pada sejumlah responden. 3 Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. 4 Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16,0, atau dengan memakai rumus teknik korelasi Pearson product moment berikut : ……………… 2 dimana : r = korelasi product moment n= jumlah responden x= skor masing-masing pernyataan dari tiap responden y= skor total semua pernyataan dari tiap responden

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukuran seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dengan menggunakan 28 teknik Cronbach. Teknik ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya memiliki rentang nilai antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau dalam bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7. Rumus teknik Cronbach ditulis sebagai berikut Umar, 2003 : 2 2 11 1 1 - k k r t b …………………………….. 3 Keterangan : r 11 reliabilitas instrumen, k banyak butir pertanyaan, b 2 jumlah ragam butir dan t 2 ragam total.

c. Analisis Regresi Linear Berganda

1 Uji Asumsi Klasik Proses uji asumsi klasik dilakukan secara bersamaan dengan proses uji regresi. Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik statistik yang meliputi uji normalitas, multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pada penelitian ini hanya dilakukan tiga uji asumsi, yaitu uji normalitas, multikolineritas dan heteroskedastisitas karena tidak menggunakan data time series atau crossection. i. Uji Normalitas Menurut Suliyanto 2005, Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Cara mengetahui bahwa data yang diambil terdistribusi normal salah satunya dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual terstandardisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogorov-S mirnov Z ≤ Z tabel atau nilai asymp. sig. 2-tailed α pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov. ii. Multikolineritas Menurut Nugroho 2005, Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya peubah independent 29 yang memiliki kemiripan dengan peubah independent lainnya dalam satu model regresi. Uji multikolineritas juga bertujuan menghindari bias dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing- masing peubah independent terhadap peubah dependent. Uji multikolineritas pada suatu model dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Factor tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Semakin tinggi VIF maka Tolerance semakin rendah. Sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. iii. Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perbedaan ragam residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilihat pada pola gambar Scatterplot Nugroho, 2005. Analsis gambar Scatterplot yang menyatakan tidak terdapat heteroskedastisitas jika : i Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. ii Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. iii Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola. 2 Persamaan Regresi Linear Berganda Menurut Supranto 2004, manfaat dilakukannya analisis regresi linear berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap peubah bebas terhadap peubah tak bebas, serta dapat meramalkan nilai peubah tak bebas Y, jika seluruh peubah bebas sudah diketahui nilainya. Perhitungan analisis regresi linear berganda untuk n peubah dilakukan berdasarkan rumus berikut : 30 Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 +…...+ b n X n + e…….. 4 Jika persamaan regresi tersebut telah diestimasi dan tidak menyertakan standar error, maka persamaan regresi linear tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 +…...+ b n X n ….............. 5 dimana : = peubah dependen X 1-n = peubah independen a, b 1-n = nilai Y apabila X 1 = X 2 = ….. = X n b 1 = besarnya kenaikanpenurunan Y dalam satuan, jika X 1 naikturun satu satuan dan X 1, X 2, ….., X n konstan. 3 Uji F dan Uji t Uji F atau Uji global dilakukan untuk melihat apakah terjadi pengaruh nyata antara peubah independen terhadap peubah dependen secara keseluruhan. Menurut Suharyadi dan Purwanto 2009, Uji F ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari peubah bebas X 1, X 2, ….., X n dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman peubah terikat Y. Uji F juga dimaksud untuk mengetahui apakah semua peubah bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol. Melihat nyata uji F dengan memperhatikan nilai nyata F hitung lebih kecil dari alpha α yang ditetapkan. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing peubah independen berpengaruh terhadap peubah dependen atau tidak. Pada regresi berganda, mungkin peubah X 1, X 2, ….., X n secara bersama-sama berpengaruh nyata. Namun, belum tentu secara individu atau parsial seluruh peubah tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah terikat Y, dengan demikian diperlukan uji parsial atau uji t. Melihat nyata uji t dengan memperhatikan nilai nyata t hitung kecil dari alpha yang ditetapkan. 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT Bank BRI

BRI yang merupakan bank pemerintah pertama yang didirikan pada 16 Desember 1895 di Purwokerto Jawa Tengah. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia merupakan lembaga keuangan kecil yang bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden yang merupakan cikal bakal Bank Rakyat Indonesia. Seiring berjalannya waktu, lembaga yang didirikan oleh Raden Aria Wiriaatmadja semakin berkembang dan dibutuhkan masyarakat. Terbentuknya Bank Rakyat Indonesia secara resmi sebagai Bank Pemerintah pada 22 Februari 1946 dengan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1946 dan diresmikannya BRI sebagai bank pertama yang dimiliki pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia kembali mengubah nama BRI menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan BKTN. Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1968 pemerintah menetapkan kembali nama Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum dan berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992, BRI berubah nama dan status badan hukumnya menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia Persero dengan fokus bisnis pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM, BRI telah menginspirasi berbagai pihak untuk lebih mendayagunakan sektor UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. BRI yang merupakan bank pemerintah, berperan dalam mewujudkan visi pemerintah dalam membangun ekonomi kerakyatan. Hal ini dapat terlihat pada produk yang ditawarkan BRI sebagian besar ditujukan untuk melayani sektor UMKM. Di sisi simpanan, BRI memiliki produk unggulan Simpedes Simpanan Umum Pedesaan dan Britama. Simpedes merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Sedangkan Britama ditargetkan untuk golongan masyarakat yang rentangnya lebih luas. Di sisi pinjaman, BRI telah membuktikan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan UMKM. Kupedes merupakan produk andalan BRI yang sangat diminati oleh golongan pengusaha mikro, baik untuk keperluan investasi, modal kerja maupun tujuan lainnya.