yang seragam. Penggunaan garis natural berbentuk pola aliran sungai meander pada kolam, memberikan kesan alami sungai sejalan dengan konsep riverside.
Prinsip unity dan harmony juga tercipta dari pemilihan material yang sama untuk fungsi yang sama, seperti tanaman Ficus hilli untuk area penerimaan baik
pada area penerimaan tapak maupun area penerimaan clubhouse. Penggunaan material grey tumbled stone sebagai perkerasan pada upper terrace juga
digunakan baik pada west courtyard maupun east courtyard. Emphasis pada perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse
terdapat pada island di tengah kolam pada area courtyard. Penggunaan material palem yang tinggi juga menjadi daya tarik pada keseluruhan tapak. jenis pohon
yang berfungsi sebagai feature tree dengan karakteristik pohon tinggi, memiliki dan keunikan bentuk seperti Dyera costulata dan Cananga odorata juga
memenuhi prinsip desain emphasis karena merupakan elemen yang menjadi focal point. Pada area gateway, terdapat juga feature wall yang dengan bentuk dan
warnanya menjadikan dinding tersebut focal point pada area gateway. Permainan elemen desain seperti tekstur dapat memberikan pengaruh
psikologis bagi pengguna. Tekstur perkerasan dengan pola fan bond pada area gateway memberikan efek psikologis pengguna untuk berjalan memasuki tapak.
Pemilihan warna juga dapat mempengaruhi psikologis pengguna. Penggunaan tanaman dengan warna-warna tertentu seperti dominansi hijau dengan perpaduan
merah dan kuning pada courtyard memberikan kesan nyaman, ceria, dan bersahabat sehingga cocok pada area yang berfungsi sebagai taman lingkungan
tersebut.
6.2.4 Finalisasi Rancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse
Finalisasi rancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse dilakukan dengan menentukan jenis material yang digunakan baik soft material maupun
hard material, lokasi titik penanaman pohon, serta jumlah material yang digunakan. Detail penggunaan elemen pada ruang terbuka Pondok Indah
Townhouse terdapat pada Lampiran 1 dan 2. Finalisasi rancangan memakan waktu yang cukup lama, hal ini disebabkan
oleh beberapa kendala terutama kendala yang berasal dari klien. Penentuan posisi bangunan unit rumah yang berubah pada tahap ini mengakibatkan beberapa
elemen disekitarnya juga berubah. Perubahan ini terjadi beberapa kali, sehingga cukup memakan banyak waktu.
Kendala lain datang pada saat memilih material terutama tanaman. Beberapa material yang diajukan PT. SFA tidak disetujui oleh direktur UK.
Pemilihan tanaman berdasarkan kecocokan fungsi dan kriteria terhadap desain. Dyera costulata, Cananga odorata dan digunakan sebagai feature tree karena
karakteristiknya yang unik dan termasuk pohon tinggi dengan bentuk tajuk yang kolumnar. Untuk memberi aksen pada feature wall pada area gateway Ficus hillii
digunakan karena merupakan pohon sedang dengan bentuk tajuk yang dipangkas kubus berfungsi sebagai screening yang diletakkan dibelakang wall sehingga
seolah muncul dari bagian atas feature wall Gambar 69. Ficus hilii juga digunakan kembali pada area clubhouse dan diletakkan di sambaing gedung
utama. Repetisi Ficus hillii dilakukan untuk memberikan kesamaan tema dan fungsi yaitu sebagai entrance trees.
Gambar 69. Ilustrasi tampak soft material pada area The Gateway Sumber PT. SFA
Archontophoenix alexandrae yang merupakan jenis palem tinggi dan Dypsis leptocheilos yang merupakan jenis palem sedang digunakan pada area
island untuk memberikan strata ketinggian. Karakter palem alexander yang tinggi dan kokoh menjadikan area island sebagai focal point pada area courtyard. Hal ini
sesuai dengan prinsip desain emphasis yang menyusun elemen lanskap sehingga memberikan nilai lebih satu elemen maupun area dibandingkan area disekitarnya
Booth 1983. Pohon lain yang digunakan adalah pohon dengan karakteristik pohon produksi seperti Anthocephalus cadamba untuk daerah little forest, dan
pohon berbunga menarik pada bagian belakang rumah. Anthocephalus cadamba dipilih karena pola penanamannya teratur sehingga tidak terlalu padat namun tetap
memberikan kesan hutan. Plumeria rubra dan Saracca indica dipilih karena memiliki bunga yang menarik dan termasuk pohon yang memiliki ketinggian
sedang sekitar 4-5 m sehingga tidak terlalu besar dan cocok untuk diletakkan di area belakang rumah untuk memenuhi fungsi estetik dan penghalang.
Semak dan tanaman penutup tanah pada area courtyard terdiri dari beberapa jenis. Beberapa semak seperti
Alocasia ‘Golden’ yang berdaun lebar maupun Etlingera elatior yang memiliki ketinggian mencapai 2 m disusun pada
island untuk memberikan mengisi kekosongan ruang dengan permainan ketinggian pada kombinasi palem. Semak berbunga seperti Eucharis grandiflora
yang berwarna putih, maupun Sanchezia speciosa dan Hibiscus rosa-sinensis yang berwarna merah diletakkan pada area yang belakang rumah dengan
kombinasi semak tidak berbunga seperti Calatea zebrina. Caesalpinia ferrea dan Tabebuia rosea ditempatkan pada bagian depan
unit rumah dengan kriteria pohon yang dapat berfungsi sebagai penaung namun merupakan pohon berbunga. Jenis pohon yang digunakan adalah jenis pohon
sedang dengan tinggi rata-rata 7 m untuk menyeimbangkan tinggi bangunan unit rumah yang memiliki 3 lantai.
Tamarindus indica atau asam jawa merupakan merupakan jenis pohon cocok digunakan sebagai pembatas karena karakternya yang kuat dan cukup
kokoh namun memiliki tajuk yang tidak masif Lestari dan Kencana 2008. Bagian barat tapak merupakan jalan lingkar luar Jakarta, sehingga dibutuhkan
vegetasi yang dapat berfungsi sebagai pembatas dan juga penghalang baik udara maupun suara yang masuk ke tapak. Vegetasi yang dipilih adalah jenis bambu
yaitu Rhapis humilis. Bambu dipilih karena pola penanamannya yang rapat dan juga tinggi dan tidak membutuhkan area penanaman yang besar sehingga cocok
ditempatkan di bagian batas yang tidak memiliki area yang besar. Selain itu, bambu juga dipilih karena tidak memiliki cabang yang menjulur keluar sehingga
tidak memungkinkan adanya orang yang memanjat masuk melalui cabang pohon
Spathodea campanulata digunakan pada area gerbang masuk komplek PIT karena memiliki cabang yang banyak, sehingga dapat berfungsi sebagai penaung.
Spathodea campagnulata juga memiliki bunga dengan warna yang menarik sehingga cocok ditempatkan pada area gerbang komplek PIT. Jejeran palem
Oncospermae tigillarium digunakan di sekitar kolam di seberang gerbang masuk PIT. Palem tersebut merupakan jenis palem tinggi yang tumbuh berkelompok.
Penggunaan palem dimaksudkan untuk menyatukan tema pada bagian dalam tapak yaitu area courtyard dengan external road. Border wall dengan tinggi 2,5 m
menggunakan material batu palimanan putih dengan tanaman merambat Ficus repens untuk memberikan aksen.
Hard material yang digunakan merupakan material yang cocok pada ruang luar berupa batu alam vulkanik dengan karakteristik tidak licin dan bertekstur.
Batuan vulkanik seperti batu andesit memiliki kekuatan fisik karena bersifat keras sehingga cocok digunakan sebagai perkerasan. Batuan vulkanik juga tahan
terhadap asam dan perubahan cuaca yang ekstrim Vernon et al 2009. Batu andesit dengan warna abu muda light grey andesit stone paving
atau yang biasa disebut abu towo digunakan pada central courtyard yang merupakan area pertama yang ditemui ketika memasuki area courtyard. Abu towo
memiliki karakteristik warna yang cerah dengan perbedaan kontras warna pada polanya. Penggunaan abu towo dengan pengolahan diasah memberikan hasil
perkerasan yang memiliki tekstur guratan-guratan Vernon et al 2009. Hard material pada perkerasan causeway menggunakan koral sikat dengan
diameter koral 3-5 mm. Koral sikat dipilih melihat causeway memiliki banyak sudut, sehingga akan lebih mudah pemasangan koral sikat karena sifatnya yang
lebih fleksibel dan juga penggunaan koral sikat lebih murah dibandingkan penggunaan batuan alam melihat causeway memiliki luasan yang cukup besar.
Selain itu, koral sikat juga mudah dalam perawatannya. Grey tumbled stone paving pada area upper terrace karena
karakteristiknya sesuai untuk digunakan pada ruang luar. Batu ini juga memberikan aksen di antara koral sikat yang digunakan pada causeway. Grey
tumbled stone digunakan dengan dua jenis finishing yang berbeda. Grey tumbled stone paving honed finished dan grey tumbled stone paving flame finished.
Pengolahan akhir dengan diasah honed finished menghasilkan warna yang lebih pucat, memberikan tekstur berupa guratan-guratan namun mudah dalam
perawatannya. Pengolahan akhir dengan dibakar flame finished memberikan hasil permukaan yang kasar dan cocok untuk batuan vulkanik. Vernon et al
2009. Penggunaan grey tumbled stone paving rata bakar pada bagian riser tangga menjadikan perbedaan antara bagian permukaan dan riser lebih terlihat.
Perkerasan lain yang terdapat pada east courtyard adalah stepping stone yang merupakan jalan bagian belakang rumah. Stepping stone menggunakan batu
andesit hitam black andesit dengan pengolahan akhir dibakar . Batu andesit hitam dipilih karena warnanya yang gelap akan menjadi kontras apabila
dikelilingi oleh tanaman penutup tanah. Perkerasan yang digunakan pada jalur kendaraan adalah, sedangkan pada
bagian shared space digunakan concrete block dengan warna yang terang. Perbedaan material ini untuk menandakan perbedaan pengguna antar jalur
kendaraan dan shared space. Pada area shared space, pengguna kendaraan akan mengurangi laju kendaraannya karena pada area tersebut terdapat juga aktivitas
pejalan kaki, baik menyebrang maupun berada di dekat taman. Perkerasan pada jalur kendaraan dibuat dengan kemiringan 2,5 agar air hujan tidak akan
tergenang. Aliran air ini akan masuk ke lubang drainase yang berada di bagian bawah jalur pejalan kaki ataupun ke dalam tanah pada bagian area penanaman.
6.3. Produk Perancangan