Brand loyalty Loyalitas Merek

dapat meningkatkan laba yang secara langsung dapat meningkatkan profitabilitas. 3. Perluasan saluran distribusi Para pengecer dan distributor akan termotivasi untuk menjadi penyalur produk dan merek dengan perceived quality yang tinggi, yang berarti dapat memperluas distribusi dari merek produk tersebut. Dengan citra menyalurkan produk berkualitas, distributor dapat menawarkan harga-harga yang menarik dan dapat menguasai niaga distribusi. 4. Perluasan merek Suatu merek produk dengan perceived quality kuat dapat dieksploitasi ke arah perluasan merek. Produk dengan merek yang memiliki perceived quality kuat dan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar dibandingkan dengan merek yang memiliki perceived quality lemah, sehingga perluasan produk dari merek dengan perceived quality yang kuat memungkinkan perolehan pangsa pasar yang lebih besar pula.

2.7.4. Brand loyalty Loyalitas Merek

Menurut Durianto, dkk 2004, brand loyalty menjadi gagasan inti dari pemasaran dan merupakan ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Loyalitas merek merupakan salah satu indikator inti dari ekuitas merek yang terkait dengan laba di masa depan, karena secara langsung dihubungkan dengan tingkat penjualan di masa depan. Menurut Aaker dalam Durianto, dkk 2004, loyalitas pelanggan terhadap merek terdiri dari beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut: 1. Berpindah-pindah switcher Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat yang paling dasar. Pada tingkatan ini, pelanggan menganggap merek memegang peranan yang sangat kecil dalam pengambilan keputusan pembelian. Ciri pelanggan yang berpindah-pindah merek adalah mereka membeli suatu produk karena faktor harga yang murah. 2. Pembeli yang bersifat kebiasaan Habitual buyer Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pembeli ini membeli suatu merek didasarkan kebiasaan. 3. Pembeli yang puas Satisfied buyer Pembeli merek ini termasuk dalam kategori puas pada merek yang dikonsumsinya, meskipun mereka menganggung switching cost biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang atau resiko kinerja dengan beralih pembeliannya ke merek lain. 4. Pembeli yang menyukai merek Liking the brand Pembeli ini merupakan pembeli yang bersungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini perasaan emosional sangat terkait pada merek. Rasa suka pembeli dapat didasarkan oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. 5. Pembeli yang berkomitmen Committed buyer Pembeli ini merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting dari segi fungsinya maupun sebagai ekspresi diri. Tiap tingkatan brand loyalty mewakili tantangan pemasaran yang berbeda dan mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan ekploitasinya. Konsep brand loyalty dapat terlihat seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Piramida brand loyalty Aaker, 1997 2.8.Penelitian Terdahulu Menurut Ramdhan 2006 yang meneliti analisis efektivitas iklan semen Holcim PT. Holcim Indonesia, Tbk., pada media televisi menunjukkan hasil yang baik. Sebagian besar responden telah mengetahui hadirnya merek semen Holcim pada pasar segmen nasional. Responden memberikan respon dan sikap yang positif terhadap iklan semen Holcim. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode EPIC model, dapat disimpulkan bahwa iklan semen Holcim dinilai efektif ditinjau dari keempat dimernsinya yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi. Begitu pula halnya dengan hasil analisis yang menggunakan metode DRM, dapat disimpulkan bahwa iklan semen Holcim dinilai efektif dilihat dari kelima dimensinya yaitu perhatian, pemahaman, aspek kognitif, aspek afektif dam sikap responden terhadap iklan. Menurut Mulyadin 2006 dalam penelitiannya tentang analisis efektifitas iklan televisi kecap cap bango dan brand equity produk kecap, hasil dari strategi iklan yang dilakukan cap Bango sudah efektif, hal ini terlihat dari hasil pengukuran melalui CRI Customer Response Index. Sebagian besar dari responden sudah mengetahui keberadaan kecap cap Bango, hal ini terlihat berdasarkan hasil analisis brand awareness yang menempati posisi tertinggi dibandingkan merek kecap lainnya. Asosiasi Committed buyer Liking the brand Satisfied buyer Habitual buyer Switcher pembentuk brand image dari cap Bango yaitu iklan di televisi yang gencar, iklan di televisi yang menarik, kualitas yang diperoleh sudah sesuai harga, informasi produk yang lengkap, dan terbuat dari bahan-bahan alami. Pada ukuran persepsi kualitas, kecap merek Bango dinilai lebih unggul pada atribut rasanya yang enak, kekentalannya pas, mudah meresap pada makanan, dan terbuat dari bahan-bahan alami. Sementara pada tingkat loyalitas merek, kecap merek Bango didominasi oleh konsumen yang berada pada tingkatan konsumen yang benar-benar menyukai kecap Bango. Menurut Pratama 2006 dalam analisis brand equity Pocari Sweat dalam persaingan industri minuman bahwa elemen brand awareness merek Pocari Sweat merupakan merek yang paling diingat oleh konsumen. Asosiasi pembentuk brand image pada elemen brand association menunjukkan bahwa merek Pocari Sweat mendapatkan dua brand image, yaitu aman bagi kesehatan dan rasa yang segar pelepas dahaga. Penilaian konsumen pada perceived quality menunjukkan bahwa merek Pocari Sweat lebih unggul dibandingkan merek lainnya dalam atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi, rasa, dan memulihkan stamina. Hasil analisa perceived quality dengan metode biplot menunjukkan bahwa Pocari Sweat memiliki beberapa karakteristik atribut yang melekat pada mereknya yaitu atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi dan memulihkan stamina. Analisa pada elemen brand loyalty menunjukkan bahwa merek Pocari Sweat belum memiliki brand loyalty yang kuat. Hal ini tercermin dari bentuk piramida brand loyalty yang mengecil pada tingkatan liking the brand dan committed buyer.

III. METODE PENELITIAN