34 tinggi, bobot jenisnya juga semakin tinggi. Walaupun demikian, bobot jenis yang didapatkan dari
kedua perlakuan diatas masih memenuhi rentang SNI-06-3953-1995 yaitu : 0,880-0,992.
b. Indesk Bias
Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 14 menunjukan bahwa rata- rata indeks bias residu yang didapatkan dari perlakuan kenaikan suhu distilasi 1°C adalah 1,471, sedangkan indeks bias
residu dari perlakuan kenaikan suhu distilasi 2°C adalah 1,469. Hasil ini menunjukkan bahwa indeks bias residu dengan perlakuan kenaikan suhu distilasi 1°C, lebih tinggi dibanding indeks bias residu
dengan perlakuan kenaikan suhu distilasi 2°C. Hal ini diduga karena terdapat lebih banyak komponen fraksi berat yang terkonsentrasi dalam residu yang diakibatkan oleh tahapan fraksinasi dengan
kenaikan suhu distilasi 1°C yang panjang. Fraksi-fraksi berat tersebut seperti geraniol dan geraniol asetat yang mempunyai titik didih yang tinggi. Selain itu, komponen berat dalam residu akhir banyak
mengandung molekul yang berantai panjang. Menurut Forma 1979, indeks bias makin tinggi dengan semakin panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Hal ini dikarenakan semakin banyak
jumlah ikatan rangkap, kerapatan minyak semakin meningkat, sehingga sinar yang datang akan bias mendekati garis normal. Indeks bias residu akhir dari perlakuan kenaikan suhu distilasi 1ºC dan 2°C
memenuhi rentang SNI-06-3953-1995, yaitu : 1,466 – 1,475.
c. Warna
Warna marupakan salah satu parameter mutu dari minyak sereh wangi. Penentuan warna berguna untuk mengetahui perbedaan residu dan distilat secara visual. Pengamatan ini hanya
dilakukan pada residu dan distilat akhir dari masing-masing perlakuan. Gambar 24 dan 25 menunjukkan hasil pengamatan warna tersebut. Berdasarkan Gambar 24 dan 25, diketahui bahwa
warna residu yang teramati adalah kuning tua hingga kecoklatan, sedangkan distilat yang teramati adalah tidak berwarna. Warna residu dari perlakuan kenaikan suhu distilasi 1°C terlihat berbeda
dengan warna residu dari perlakuan kenaikan suhu distilasi 2°C. Warna residu akhir dari perlakuan suhu tersebut lebih kuning tua dan keruh. Sementara, warna residu akhir dari perlakuan kenaikan suhu
distilasi 2ºC adalah kuning tua dan jernih. Hal ini diduga karena banyak fraksi berat yang terkonsentrasi dalam residu akhir yang didapatkan dengan perlakuan kenaikan suhu distilasi 1ºC,
sehingga kerapatan minyak meningkat dan menyebabkan warna residu lebih berwarna kecoklatan. Walaupun demikian, ke dua warna residu tersebut masih sesuai dengan standar mutu minyak sereh
wangi berdasarkan SNI 06-3953-1995. Standar SNI tersebut yaitu warna kuning pucat hingga kuning kecoklatan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa dari ke dua perlakuan kenaikan suhu tersebut, perlakuan yang paling baik adalah perlakuan kenaikan suhu distilasi 2ºC. Hal ini dikarenakan
dengan perlakuan tersebut, tahapan proses SPD yang dilakukan tidak terlalu panjang, rendemen residu yang didapatkan tinggi,serta karakteristik sifat fisikokimianya lebih baik. Sementara, proses SPD yang
digunakan pada penelitian ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu : tekanan yang digunakan sangat rendah 10
-3
mbar. Penggunaan tekanan yang rendah tersebut menyebabkan suhu didih senyawa dapat diturunkan dan membuat proses kondensasi senyawa tersebut lebih cepat, sehingga produk yang
dihasilkan tidak mengalami kerusakan. Selain itu, kemurnian fraksi sitronelol dan geraniol bisa lebih tinggi dalam residu. Hal ini dikarenakan proses SPD yang dilakukan menggunakan kenaikan suhu
secara bertahap, sehingga terjadi proses pengonsentrasian fraksi-fraksi yang bertitik didih lebih tinggi. Kemudian, distilat yang didapatkan dengan proses SPD mempunyai tampilan yang baik, sehingga
proses SPD ini berpotensi sebagai proses dekolorisasi warna dari minyak atsiri.
35 Gambar 25. Residu dan distilat akhir
Kenaikan suhu distilasi 1ºC Gambar 24. Residu dan distilat akhir
Kenaikan suhu distilasi 2ºC
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan