58 Semakin tidak produktif, tanah tersebut dinilai semakin baik untuk dijadikan
sebagai TPA. Secara umum beberapa sifat kimia tanah latosol cokelat kemerahan kawasan Desa Galuga disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Sifat Kimia Tanah Latososl Cokelat Kemerahan Desa Galuga
Simbol horison
baru Kedalaman
cm pH Basa-Basa
me100g Jumlah
Basa-basa me100g
KTK Tanah
me100g KB
C- organik
N- total
H
2
O KCl K Na Ca Mg
Ap 0-10
5 4,7 0,05 0,12 6,29 1,77
8,24 20,47
40,23 3,05
0,26 E
10-42 4,8 4,5 0,04 0,18 4,71 0,90
5,83 21,02
27,72 1,32
0,12 AB
42-90 5,1 4,5 0,02 0,25 4,43 0,80
5,50 15,03
36,61 1,73
0,10 B
90-156 4,8 4,2 0,02 0,18 2,99 0,64
3,82 18,37
20,79 0,72
0,07 CR
156 4,3 4,2 0,02 0,15 1,81 0,82
2,80 18,05
15,53 0,47
0,12
Pengamatan dan identifikasi yang dilakukan di 3 tiga titik menunjukkan bahwa sifat kimia tanah pada masing-masing titik tidak berbeda jauh karena titik
tersebut masih berada di satu lahan dengan jenis tanah latosol cokelat kemerahan. Topsoil atau permukaan tanah pada ketiga titik rata-rata berada pada pH H
2
O 4,2-4,7 dan pH KCl 3,9-4,2. Kandungan C-organik yang ada di ketiga titik juga
tidak terlalu jauh berbeda kecuali di titik T2IPS. Perbedaan di titik ini lebih disebabkan oleh penggunaan lahan diatasnya yang berupa lahan terbuka,
sedangkan dua titik lainnya berupa rerumputan dan kebun campuran karena bahan organik mempengaruhi nilai C-organik. Sifat kimia tanah pada 3 tiga titik
pengamatan disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 . Analisis Sifat Kimia Tanah pada Tiga Titik Pengamatan
Nama pH 1:5
Basa-Basa me100g Jumlah
Basa- basa
me100g KTK
Tanah me100g
KB C-
organik N-
total H
2
O KCl K Na Ca Mg
T2IPS 4,2 3,9 0,03 0,26 2,76 1,02 4,07 26,25 15,51 4,26 0,49
T3IPS 4,7 4,0 0,02 0,24 1,75 0,98 2,99 25,72 11,64 0,84 0,06
T4IPS 4,2 4,2 0,04 0,27 2,76 0,93 3,99 21,08 18,93 3,69 0,31
5.1.4.2 Evaluasi Sifat Fisika Tanah TPA Galuga dan Kawasan Sekitarnya
Sifat fisik tanah merupakan faktor dasar penting dalam penentuan lahan untuk lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Kedalaman solum, tekstur tanah,
permeabilitas, dan drainase merupakan beberapa sifat fisik tanah yang dijadikan
59 kajian. Penilaian atau evaluasi pada masing-masing karakteristik fisik tanah
diperlukan untuk penentuan evaluasi dari kondisi tanah secara keseluruhan.
a Solum Tanah
Ketebalan tanah atau solum tanah menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan tanah sampai ke batuan induk. Kedalaman solum suatu tanah
dapat dilihat dari penampang vertikal tanah yang biasa disebut sebagai profil tanah. Profil tanah latosol cokelat kemerahan yang ada di kawasan TPA Galuga
disajikan pada Lampiran 6. Tanah latosol cokelat kemerahan di kawasan TPA Galuga dan sekitarnya
merupakan tanah dengan perkembangan yang cukup matang dan sudah berkembang lanjut. Solum tanah yang cukup dalam terlihat dari perkembangan
horizonnya.Warna tanah dapat digunakan sebagai petunjuk tentang sifat-sifat tanah antara lain: kandungan bahan organik tanah, keadaan drainase dan aerasi
tanah. Dengan jenis tanah latosol cokelat kemerahan, warna tanah di setiap horizon tampak sangat mewakili yaitu hue 7,5 YR cokelat dan 5 YR cokelat
kemerahan, value berkisar 3 dan 4 dengan chroma berkisar 4 dan 6 Tabel 15.
Tabel 15. Perkembangan Horizon Tanah Latosol Cokelat Kemerahan
Horizon Kedalaman
cm Warna
pH H
2
O KCl
Ap 0-10
7,5 YR 34 5,0
4,7 E
10-42 5 YR 46
4,8 4,5
AB 42-90
5 YR 34 5,1
4,5 B
90-156 5 YR 46
4,8 4,2
CR 156
5 YR 46 4,3
4,2
Perkembangan horizon tanah ltosol cokelat kemerahan menunjukkan beberapa parameter kriteria kesesuaian lahan untuk tempat pembuangan sampah
secara terbuka yang ditulis dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 meliputi kedalaman sampai hamparan batuan dan sampai padas keras. Kedalaman sampai
hamparan batuan dan kedalaman sampai padas keras yang ditunjukkan oleh horizon CR baru terlihat pada kedalaman 150 cm, tepatnya pada kedalaman
60 156 cm. Berdasarkan kriteria tersebut, lahan di TPA Galuga dan kawasan
sekitarnya dinilai baik atau sangat sesuai S1 dijadikan sebagai lahan untuk TPA.
b Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan parameter fisik tanah lainnya yang harus diperhatikan sebagai lokasi untuk TPA. Jika tekstur tanah terlalu kasar maka akan
berakibat terhadap pencemaran lingkungan. Diakibatkan pori-pori yang cukup besar, aliran air buangan sampah atau yang biasa dikenal dengan air lindi akan
mudah masuk ke daerah air bawah tanah sehingga bisa mencemari lingkungan sekitar. Hasil analisis laboratorium dengan menggunakan metode pipet 3 fraksi
menunjukkan bahwa kawasan TPA Galuga dan sekitarnya tepatnya di 3 tiga titik yang diamati dengan mengacu kepada segitiga tekstur, kandungan liat yang cukup
tinggi yakni 71-89, tanah di kawasan ini termasuk ke dalam kelas tekstur liat Gambar 18.
Tekstur liat merupakan tekstur dengan pori-pori yang kecil dimana ukuran pori-pori tanah mencapai 2 mikrometer. Tekstur liat juga menyebabkan
terbentuknya pori-pori mikro. Hal ini mengakibatkan daya pegang air cukup kuat dan penyerapan air cukup bagus dan banyak. Rembesan air limbah sampah akan
bisa diserap dengan optimal sehingga pencemaran lingkungan baik dari air limbah maupun hasil dekomposisi sampah bisa berkurang. Berdasarkan Widiatmaka et al.
2004, lahan dengan kelas tekstur liat dikelaskan pada kelas lahan S1 sangat sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi TPA Lampiran 15. Ini menandakan
bahwa lahan TPA Galuga dan kawasan sekitarnya dinilai sangat sesuai S1 bila dijadikan sebagai lokasi TPA.
61
Gambar 18.
Perbandingan Tekstur Tiga Fraksi pada Tiga Titik Pengamatan
c Permeabilitas Tanah
Penentuan apakah suatu tanah jenuh air atau tidak bisa dilihat dari nilai permeabilitas tanah. Permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Secara lebih sederhana permeabilitas tanah merupakan cepat lambatnya air meresap ke
dalam tanah melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal. Cepat atau lambatnya perembesan air ini sangat ditentukan oleh tekstur
tanah. Semakin kasar tekstur tanah semakin cepat perembesan air. Ketiga titik analisis yaitu T2IPS, T3IPS, dan T4IPS, nilai permeabilitasnya
tidak jauh berbeda. Nilai permeabilitas tanah berada pada nilai 5 cmjam Gambar 19, dengan kelas permeabilitas agak lambat sampai sedang. Ini
menandakan bahwa tanah ini relatif tidak jenuh air. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk tempat pembuangan sampah secara terbuka dalam
Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, lahan kawasan TPA Galuga dengan nilai permeabilitas 5 cmjam dinyatakan baik atau sangat sesuai S1 untuk dijadikan
sebagai lokasi TPA.
20 40
60 80
100
T2IPS T3IPS
T4IPS
Persentase
Titik Pengamatan
Pasir Debu
Liat
62
Gambar 19. Perbandingan Nilai Permeabilitas pada Tiga Titik Pengamatan
d Muka Air Tanah
Muka air tanah merupakan kedalaman air yang berada di dalam tanah baik berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah. Hal yang perlu dilihat sebagai
kriteria tanah lainnya untuk dijadikan sebagai lokasi TPA yaitu muka air tanah apparent dan perched. Apparent merupakan air tanah yang langsung terlihat di
lapisan bagian atas, sedangkan perched merupakan air bawah tanah ground water
. Dari tiga titik pengamatan didapatkan kedalaman muka air tanah baik apparent
maupun perched berturut-turut berada pada kedalaman 150 cm dan 90 cm Tabel 16. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk tempat
pembuangan sampah secara terbuka dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, dengan kedalaman tersebut menandakan bahwa muka air tanah lahan kawasan
TPA Galuga ini dinilai baik atau sangat sesuai S1 untuk dijadikan sebagai lokasi TPA.
Tabel 16. Kedalaman Muka Air Tanah Pada Tiga Titik Pengamatan
No Titik
Pengamatan Apparent cm
Perched cm
1 T2IPS 150
90 2 T3IPS
150 90
3 T4IPS 150
90 1
2 3
4 5
T2IPS T3IPS
T4IPS
Nilai Permeabilitas cmjam
Titik Pengamatan
Kedalaman 30-60 cm Kedalaman 0-30 cm
63
e Drainase Tanah
Drainase dapat diartikan sebagai kemampuan tanah melalukan air atau aliran air keluar dari tanah. Kelas drainase perlu menjadi kajian terkait dengan
lokasi atau lahan untuk tempat pembuangan akhir sampah. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001 dalam Widiatmaka et al. 2004, kelas
drainase merupakan resultan dari drainase permukaan penampang tanah dan permeabilitas tanah. Penilaian kelas drainase didasarkan pada tekstur dan struktur
tanah. Apabila kelas drainase tanah tersebut buruk, maka akan terjadi
penghambatan pada proses dekomposisi sampah. Kelas drainase di wilayah kawasan TPA Galuga dan sekitarnya berada pada kelas drainase sedangagak
baik. Drainase sedangbaik menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001 dalam Widiatmaka et al. 2004, dinyatakan sebagai air ditahan massa tanah, penampang
terlihat basah untuk sementara waktu. Karatan di horizon B bagian bawah antara kedalaman 80-120 cm dari permukaan dengan daerah dataran atau lereng bagian
bawah. Kelas drainase sedangagak baik yang ada di kawasan TPA Galuga ini juga dapat dilihat dari nilai permeabilitas yang lambat-sedang dengan tekstur
halusliat. Sehingga aliran air tanah menjadi cukup baik atau tidak tergenang karena tanah memiliki peredaran udara yang cukup baik.
Berdasarkan Widiatmaka et al. 2004, lahan dengan drainase sedangagak baik dikelaskan pada lahan kelas S2 cukup sesuai untuk dijadikan sebagai TPA
Lampiran 16, sehingga penilaian drainase lahan TPA Galuga dan kawasan sekitarnya dikategorikan pada kelas S2 cukup sesuai untuk dijadikan sebagai
TPA. Penilaian pada kelas S2 ini memiliki sejumlah pembatas diantaranya sistem drainase buangan dari pengelolaan TPA. Secara hidrologi TPA Galuga kurang
baik dalam sistem drainase pada saat pengolahan untuk menampung air limpasan. Kondisi ini diperburuk dengan kurang optimalnya instalasi pengeluaran leachate
air lindi. Setelah peristiwa longsoran sampah di sebelah utara TPA yang terjadi pada bulan Februari 2010 Nusantaraku, 2010. Kondisi ini rentan terutama pada
saat curah hujan yang cukup tinggi dapat mencemari lingkungan sekitar terutama kawasan persawahan yang berada di sebelah utara TPA. Tingkat kesesuaian S2
64 dari segi drainase tanah ini akan lebih terlihat jika didukung dengan sistem
drainase pengolahan sampah yang baik.
5.1.5 Evaluasi Lahan TPA Galuga dan Kawasan Sekitarnya Berdasarkan