1. Pengaturan jumlah air ketuban 2. Faktor Predisposisi 3. Etiologi

18. KELAINAN LIKUOR AMNII A.

HIDRAMNIONPOLY HIDRAMNION Merupakan keaadaan di mana volume air ketuban ≥ 2000 cc. Normalnya, volume cairan amnion akan meningkat hingga 1 L atau mungkin lebih pada kehamilan 36 minggu, tetapi sesudah itu mengalami penurunan, sehingga pada keadaan postmatur, volume mungkin hanya sekitar beberapa ratus ml atau bahkan sedikit lagi. Pada kasus yang langka, uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak, bahkan pernah ditemukan sampai 15 L pada sebagian kasus. Jumlah kenaikan cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur hidroamnion kronis. Pada hidroamnion akut volume tersebut meningkat secara tiba-tiba dan terus mengalami distensi dalam waktu beberapa hari saja. Gambaran dan komposisi cairan hidroamnion biasanya serupa dengan cairan amnion dalam keadaan normal.

A. 1. Pengaturan jumlah air ketuban

Pada kehamilan muda, air ketuban mengisi kantong ketuban dengan komposisi sama dengan cairan ekstra seluler. Pada kehamilan 20 minggu pertama terjadi transfer cairan dan senyawa bermolekul kecil melalui selaput ketuban dan kulit janin. Selama trimester pertama, pengalihan air dan molekul kecil lainnya tidak berlangsung melalui selaput amnion melainkan melalui sirkulasi fetal. Baru pada kehamilan trimester II janin mulai menelan, menginspirasi air ketuban dan mengeluarkan lewat kencing, di mana proses ini ikut mengontrol volume air ketuban. Tiga sumber air ketuban: 1. Transudasi dari kulit, permukaan tali plasenta dan pusat 2. Sistem Trachea 3. Sistem Genitourinaria Pengurangan jumlah air ketuban terjadi melalui absorbsi di system gastrointestinal saat air ketuban ditelan. Jumlah air ketuban meningkat sejak kehamilan 12 minggu dengan volume 50 cc pada 20 minggu volumenya menjadi 400 cc, dan mencapai maksimal 1000 cc pada kehamilan 36-38 minggu di mana kemudian mengalami penurunan. Karena kesulitan untuk mengumpulkan seluruh cairan ketuban, diagnosis hidroamnion biasanya dibuat berdasarkan kesan klinik atau baru-baru ini diagnosis hidroamnion dapat dilakukan berdasarkan perkiraan sonografi. Maka dari itu, frekuensi diagnosis sangat bervariasi dan tidak mengherankan bila data yang dipublikasi mengenai hidroamnion bervariasi dari 1 dari 60 kelahiran sampai 1 dari 750 kelahiran.

A. 2. Faktor Predisposisi

1. Kehamilan dengan komplikasi DM dan erythroblastosis Fetalis. Pada kedua keaadaan ini plasenta membesar, sehingga transudasi permukaannyapun meningkat dan mengakibatkan tingginya produksi air ketuban. 2. Kelainan janin: - Kelainan system saraf pusat: anenchephaly spina bifida - Atresia esophagea, tak ada air ketuban yang ditelan 146

A. 3. Etiologi

Pada prinsipnya, kelainan terjadi akibat gangguan pengaturan jumlah air ketuban. Pada Atresia esophagus hidramnion terjadi karena tidak adanya air ketuban yang ditelan. Pada ancenchephaly spina bifida, transudasi dari meningen yang berada di luar meningkat, pada anenchephaly spina bifida juga tidak ada gangguna menelan tetapi jumlah urin meningkat, terjadi karena stimulasi hormon anti diuretik pada center cerebrospinal terhambat. Urinasi yang berlebihan disebabkan oleh stimulasi pusat-pusat serebrospinal yang tidak mempunyai penutup untuk melindunginya atau mungkin tidak terdapatnya hormon anti diuretic. Hidramnion bukan disebabkan oleh kelainan epiitel selaput ketuban, ini terbukti dengan tidak adanya kelainan histology pada sel epitel selaput ketuban dan kelainan biokimia dari air ketuban. Sebab lain hidramnion: 1. Monozigotic twins Pada keadaan ini terjadi bahwa pada janin yang menggunakan bagian terbesar dari sirkulasi darah bagi kedua janin, akan mengalami hipertripfi jantung yang selanjutnya akan mengakibatkan peningkatan pengeluaran urin. Jumlah urin yang meningkat terbukti dengan: tubulus renalis yang melebar dan pembesaran kandung kencing. Selain itu dibuktikan dengan urine output bayi selama periode neonatal dini meningkat, sebagai respon terhadap hidramnion. 2. Kehamilan dengan DM Hidramnion yang agak sering dijumpai pada diabetes maternal selama trimester ke tiga tetap tidak jelas penyebabnya. Pada pemeriksaan sonografi menunjukkan bahwa kecepatan pembentukan urin pada kasus tersebut berada pada batas normal. 3. Hiperplastic Lung Hasil penelitian menunjukkan bahwa paru-paru hiperplastik sering ditemukan pada neonatus dengan hidramnion dan paru-paru janin yang normal mempunyai potensi untuk pertukaran cairan dengan volume yang relative besar akibat inspirasi cairan amnion, tetapi pada paru-paru yang hiperplastik dapat mengganggu lintasan pengeluaran cairan amnion ini. 4. Berat Plasenta Berat plasenta cenderung tinggi pada sebagian kasus hidramnion. Plasenta yang membesar tersebut turut menyebabkan peningkatan jumlah cairan amnion. 5. Prolaktin Prolaktin dicurigai berperan dalam pengendalian amnion. Konsentrasi prolaktin dalam cairan amnion bila dibandingkan kadarnya dalam plasma maternal. Penelitian membuktikan bahwa pengikatan reseptor prolaktin lebih sedikit pada kasus-kasus hidramnion idiopatic daripada keadaan normal, dan dikatakan bahwa resistensi prolaktin yang disebabkan defisiensi reseptor mungkin menjadi penyebab yang mendasari hidramnion kronis.

A. 4. Gejala Hidramnion