Luxembourg tidaklah secara langsung terikat pada ECHR. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan ketidakseimbangan, bahwa anggota Uni Eropa
merupakan subjek ECHR, sedangkan institusi supranasional dimana mereka telah melimpahkan kekuasaannya, tidak.
Untuk memperbaiki kejanggalan ini, Uni Eropa telah berkomitmen lewat Treaty of Lisbon, yang berlaku pada tahun 2009
128
untuk menjadi bagian ECHR. Semua 28 anggotanya juga merupakan pihak ECHR dan meratifikasi
ECHR dimana secara explisit merupakan syarat aksesi Uni Eropa. Ketika aksesi sepenuhnya dilaksanakan, perseorangan akan dapat membawa
pengaduan pelanggaran hak-hak dalam ECHR oleh Uni Eropa kepada ECtHR. Kemungkinan ini juga dibuka oleh CoE melalui Paragraf 2 Pasal 59 Konvensi
yang berbunyi “The European Union may accede to this Convention.” Oleh karenanya Uni Eropa menjadi dalam situasi yang sama sebagaimana
perseorangan Negara-negara yang Terikat.
129
C. Komponen European Court of Human Rights
Lawrence M. Friedmann berpendapat “…a working system can be analyzed further into structural. By structural, we mean the institution
themselves, from the forms they take, and the processes that they perform…”
128
Pasal 6 Treaty of Lisbon berbunyi “The Union shall accede to The European Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms”
129
Alice Donald, Jane Gordon, Philip Leach, op.cit, hlm.19
sistem yang bekerja dapat dianalisis lebih jauh kepada struktural. Dengan struktural, yang dimaksud adalah institusi itu sendiri, dari bentuk-bentuk yang
mereka ambil, dan proses yang mereka tunjukkan.
130
Pendapat ini berkorelasi dengan alasan mengapa suatu institusi atau organisasi dalam menjalankan fungsi dan untuk mencapai tujuannya harus
dilengkapi dengan struktur institusi atau organisasi itu sendiri. Hans Kelsen berpendapat, hanya organ, secara terbatas yang dapat mematuhi atau tidak
mematuhi norma hukum, dengan mengaplikasikan atau tidak mengaplikasikan sanksi yang ditentukan. Sebagaimana biasa digunakan kata mematuhi norma
dan tidak mematuhi norma menunjuk pada tindakan subjek.
131
Hal ini mencerminkan bahwa organisasi Internasional dalam mencapai tujuannya dan
menampilkan fungsinya terutama adalah melalui organ-organnya. Selalu ada setidaknya satu organ dalam sebuah organisasi namun umumnya terdapat
lebih dari satu.
132
Terdapat dua jenis organ dari organisasi Internasional yakni organ non- yudisial dan organ yudisial. Organ non-yudisial adalah organ yang
menjalankan fungsi selain bidang yang mengadili perkara, seperti fungsi administrasi dan finansial internasional. Contoh organ yang termasuk dalam
jenis ini antara lain adalah Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB. Sedangkan organ yudisial adalah organ yang menangani perkara seperti
130
Lawrence M.Friedmann dikutip dari Masyhur Effendi, Taufani S.Evandri, op.cit, hlm.42
131
Hans Kelsen, General Theory of Laws and State, terjemahan Anders Wedberg, New York: Russell Russell, 1961, hlm.61 dikutip dari Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at, Teori Hans
Kelsen tentang Hukum, Edisi Keempat Jakarta: Kon Press, 2014, hlm.53-54
132
C. F. Amerasinghe, Principles of the Institutional Law of International Organizations 2th Revised Edition, Cambridge: Cambridge University Press, 2005, hlm.131
International Criminal Tribunal for the Former Rwanda ICTR, International Court of Justice ICJ dari PBB dan ECtHR sendiri yang berasal
dari CoE. Kebanyakan organisasi internasional memiliki setidaknya suatu pengadilannya sendiri atau menggunakan pengadilan internal dari organisasi
lain untuk menyelesaikan masalah sengketa melalui jalan yudisial.
133
Untuk mengetahui sistem kerja dan proses ECtHR dapat diidentifikasi melalui komposisi atau susunan Pengadilan dalam menjalankan fungsi
yudisialnya yang merupakan hal yang lebih teknis. Dasar terbentuknya komponen di ECtHR tercantum dalam Paragraf 1 Pasal 24 ECHR yang
menegaskan “The Court shall have a Registry, the functions and organisation of which shall be laid down in the rules of the Court”. Hal ini berarti, ECtHR
harus memiliki fungsi-fungsi dan bagian-bagian dalam menjalankan aturan Pengadilan. Fungsi-fungsi dan bagian-bagian tersebut terutama terdiri dari
Hakim-hakim, Seksi dan Grand Chamber.
134
1. Hakim-Hakim
Hakim-hakim dipilih oleh Majelis Parlemen dan berasal dari daftar tiga kandidat yang diajukan oleh masing-masing Negara-negara Pihak. Mereka
dipilih untuk periode 9 tahun yang tidak dapat diperbaharui lagi dan tidak ada batasan usia pensiun. Susunan hakim dapat terdiri dari hanya satu
hakim single judge dan tiga hakim yang disebut sebagai Komite
135
133
Ibid, hlm.220
yang
134
Component,http:www.echr.coe.intPageshome.aspx?p=courtjudgesc=newCom ponent_1346152138668_pointer terakhir diakses tanggal 20 Januari 2015
135
Pasal 26 ECHR menjelaskan mengenai pembentukan single judge hakim tunggal dan Komite dari tiga hakim, Chamber dari 5 hakim dan Grand Chamber dari ini adalah dalam hal
untuk mempertimbangkan kasus sebelum dibawa ke proses pengadilan
memiliki kompetensi dalam mengumumkan bahwa suatu kasus itu diterima admissible hingga dilanjutkan pada proses persidangan, maupun
tidak diterimanya kasus tersebut inadmissible sehingga dikeluarkan dari daftar kasus serta tidak akan dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih
lanjut.
136
Adapun para hakim di ECtHR memiliki kriteria-kriteria tertentu dalam menjalankan fungsinya, sebagaimana tercantum pada Pasal 21
Paragraf 1, 2 dan 3.
137
Walaupun hakim dipilih untuk menghormati Negara, tetapi mereka bersifat independen dan tidak dapat ikut dalam
kegiatan yang akan bertentangan dengan kewajiban independensi dan ketidakberpihakan.
138
2. Seksi dan Chamber
Komponen ini adalah formasi yudisial dari Pengadilan khususnya dalam Pengadilan Pleno Paripurna dimana menurut Paragraf 1 Pasal 26
dibentuk oleh tujuh orang hakim. Pengadilan memiliki 5 seksi di mana Chamber terbentuk. Setiap seksi memiliki presiden, wakil presiden dan
beberapa hakim. Ketentuan tentang Seksi dan Chamber dapat dilihat pada huruf b pasal 25 ECHR “The plenary Court shall:…b set up
Chambers, constituted for a fixed period of time;” Hal ini berarti Chamber memiliki tugas utama atau kewenangan dalam
hal admissibility penerimaan permohonan yang diajukan baik oleh
136
Council of Europe, European Convention on Human Rights, Bagian II, Pasal 28
137
Hakim harus memiliki karakter moral yang tinggi dan harus memenuhi kualifikasi yang disyaratkan untuk pertemuan di kantor yudisial atau menjadi juri konsul dari kompetensi yang
diakui, ia juga harus bekerja di Pengadilan dalam kapasitas perseorangannya. Selama masa kerja, hakim harus tidak terikat dalam aktifitas lain yang tidak sesuai dengan independensi mereka,
secara terpisah atau dikehendaki dalam kerja penuh waktu.
138
Component, op.cit, para.4
perorangan maupun antar negara, jika tidak ada keputusan yang diambil oleh hakim tunggal. Selain itu dapat pula dilihat kewenangan dalam
memproses pada pokok perkara merits menurut Pasal 29. 3.
Grand Chamber Dalam Paragraf 2 Pasal 26, Grand Chamber terbentuk dari 17 hakim :
Presiden-Presiden Pengadilan dan Wakil-Wakil Presiden, seksi Presiden dan hakim nasional, bersama-sama dengan hakim-hakim. Kewenangan
Grand Chamber tercantum dalam Pasal 31 ECHR, antara lain adalah mempertimbangkan permohonan berdasarkan Pasal 33 dan 34 ECHR,
memutuskan permasalahan yang diajukan pada ECtHR dari Komite Menteri berdasarkan Paragraf 4 Pasal 46, serta mempertimbangkan
permintaan advisory opinion. Selain itu menurut Pasal 43 dalam waktu 3 bulan dari putusan
Chamber, para pihak boleh meminta kasus untuk diserahkan kepada Grand Chamber dalam kasus tertentu dan Grand Chamber harus
menetapkan cara putusan bila suatu kasus dapat berpengaruh pada penafsiran ataupun penerapan dari Konvensi atau Protokol tambahan atau
masalah lain yang menyangkut kepentingan umum.
C. Yurisdiksi European Court of Human Rights Menurut European