Penolakan Pematuhan Putusan European Court of Human Rights oleh

B. Penolakan Pematuhan Putusan European Court of Human Rights oleh

Inggris Secara umum Inggris merupakan rekor percontohan dalam penerapan putusan ECtHR 206 . Putusan ECtHR yang menyangkut Inggris biasanya menuntun pada perubahan cepat terhadap hukum atau cara hukum itu diterapkan. Namun masih terdapat beberapa kasus penolakan implementasi putusan ECtHR oleh Inggris khususnya melalui kekuasaan yudikatif atau pengadilan. Salah satu faktor terjadinya hal ini adalah ECtHR dikiritisi karena melampaui otoritas dan mencampuri hukum dalam negeri yang telah dibentuk, dan memaksakan penyeragaman standar hukum pada Negara-negara Pihak. 207 Terdapat beberapa kasus dimana Inggris tidak mengikuti putusan ECtHR antara lain adalah kasus Hirst melawan Inggris 208 yang berkaitan dengan pelarangan sepenuhnya atas penerapan hak pilih oleh tahanan yang menjalani hukuman penjara berdasarkan Bagian 3 dari Representation of the People Act 1983 209 Hirst berpendapat bahwa penghalang pada pemilihan voting melanggar HAM nya. Hal ini menyebabkan ia tidak memenuhi syarat untuk memilih dalam yang tidak sesuai dengan hak pemilihan umum yang dijamin oleh Pasal 3 Protokol 1 ECHR. Hirst yang menjalani hukuman pembunuhan. 206 Ibid, hlm.183 207 Ibid 208 Hirst v UK No.2, No. 7402501 [GC], 6.10.2005. 209 Bagian 3 dari Representation of the People Act 1983 memaksa pembatasan sepenuhnya pada semua narapidana dalam tahanan, tidak memandang masa hukuman mereka dan sifat beratnya pelanggaran dan keadaan individual mereka. Pemilihan Umum Inggris pada 6 May 2010. Walau pengaduannya tidak berhasil di Inggris, Hirst berhasil dalam pemohonannya pada ECtHR.. 210 Hak-hak tahanan Inggris terlanggar ketika mereka dihalangi dari hak suara pada pemilihan umum. 211 Hasil dari putusan ECtHR dalam kasus Hirst adalah mewajibkan Inggris untuk menerapkan legislasi dalam negeri yang harus membedakan kategori tahanan. Pada tahun 2010 dalam kasus Greens dan MT melawan Inggris 212 , ECtHR menemukan pelanggaran terhadap pasal tersebut. Hal ini secara explisit mewajibkan Inggris mengajukan proposal legislasi untuk mengamandemen Bagian 3 dari Undang-undang tahun 1983 tersebut dan jika perlu, Bagian 8 dari European Parliamentary Elections Act 2002, dalam 6 bulan dari tanggal putusan tersebut dinyatakan final. ECtHR selanjutnya memberikan tambahan batasan selama 6 bulan yang mana telah melewati masanya pada 11 Oktober 2011 sebagai hasil pemeriksaan Grand Chamber yang memunculkan analogi permasalahan hukum seperti dalam kasus Greens and MT. 213 Selain itu penolakan penerapan putusan ECtHR di Inggris juga terjadi pada kasus mengenai netralitas media dimana House of Lords menolak untuk mengikuti putusan ECtHR, yang mana akan mewajibkan untuk membebaskan pengaturan Inggris mengenai netralitas media pada pemilihan. Inggris menindaklanjuti yurisprudensi ECtHR, namun tidak terikat dengannya. 214 210 James Packer, Prisoner voting and human rights http:www.duncanlewis.co.ukpubliclaw_newsPrisoner_voting_and_human_rights_2822_No vember_201229.html para. 4-5, terakhir diakses tanggal 4 April 2015 211 UK prisoner voting rights breached, European judges rule http:www.bbc.comnewsuk-31356895, para.1, terakhir diakses tanggal 18 Maret 2015 212 Greens and MT v UK, Nos. 6004108 and 6005408, 23.11.2010. 213 Alice Donald, Jane Gordon, Philip Leach, op.cit. hlm.126 214 Ibid, 133 Posisi Inggris dapat berdampak penting. Jika Inggris mengambil garis negative dan mencoba untuk mendorong melalui putusan yang akan mengenyampingkan otoritas ECtHR, maka aka nada suatu kemungkinan penolakan pada tingkat nasional, yang akan sangat merusak, yang akan meemulai perpecahan sistem dan akan memiliki konsekuensi serius di keseluruhan Eropa. 215

C. Yurisdiksi European Court of Human Rights Terkait Implementasi