8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tingkat Keuntungan
a Pengertian Tingkat Keuntungan
Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau laba. Menurut Gilarso 2003: 307, keuntungan atau
laba adalah pendapatan sisa yang diterima oleh pengusaha sebagai balas karya terhadap kemampuan berwiraswasta, setelah segala biaya
produksi diperhitungkan. Menurut Soemarso 2004: 245, laba adalah selisih lebih
pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu. Dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari
keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode tertentu.
Menurut Simamora 2002: 45, laba adalah perbandingan antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka
hasilnya adalah laba bersih. Laba didapatkan dari penerimaan totalTotal Revenue TR diurangi biaya total Total Cost TC. Laba
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu laba akuntan dan laba ekonom. Laba menurut para akuntan adalah kelebihan pendapatan terhadap
beban. Laba menurut para ekonom, Adam Smith berpendapat bahwa laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa mengganggu modal
Nafarin, 2007: 788. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laba
berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan
usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba didapat dari selisih antara pendapatan dengan beban,
apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan
mendapatkan rugi.
b Jenis-jenis Laba
Menurut Tuanakotta 2001: 219 mengemukakan jenis-jenis laba
dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :
1 Laba kotor Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan
dengan harga pokok penjualan. 2 Laba dari operasi
Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban biaya.
3 Laba Bersih Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana
untuk mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain.
c Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba sebuah usaha. Menurut Angkoso 2006 menyebutkan bahwa
pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
1 Besarnya perusahaan Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba
yang diharapkan semakin tinggi. 2 Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3 Tingkat leverage Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4 Tingkat penjualan Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat
penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
5 Perubahan laba masa lalu Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba
yang diperoleh di masa mendatang.
d Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha
1 Modal Usaha
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan secara langsung atau tidak langsung, dalam kaitannya untuk
menambah output, lebih khusus dikatakan bahwa modal usaha terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produk
pada masa yang akan datang Suparmoko, dan Irwan 1992: 75. Menurut Lawrance dalam Giyanto 2010 modal merupakan
sinonim kekayaan yaitu semua barang yang dimiliki orang seorang. Tanah beserta sumber alam yang terkandung di dalamnya sering
disebut modal alami, untuk membedakan dari modal buatan seperti gedung, mesin-mesin, alat-alat, dan bahan-bahan.
Modal merupakan kekayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar
dalam periode tertentu. Besar kecilnya dan berhasil tidaknya usaha ditentukan oleh modal yang tersedia, sehingga kedudukan modal
dapat menjamin kelangsungan hidup usaha. Selain itu, modal mempunyai hubungan kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha
yang telah didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut Suryana, 2001: 36 :
a Modal Tetap
Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak
terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. Misalnya tanah, gedung, mesin, dan sebagainya.
b Modal Lancar Modal lancar adalah modal yang memberikan jasa hanya sekali
dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Modal ini
biasanya dalam bentuk pembelian bahan baku, membiayai upah, biaya penjualan, biaya pemeliharaan dan sebagainya.
Menurut Riyanto dalam Giyanto, 2010 sumber-sumber modal, yaitu: sumber internal yaitu modal yang dihasilkan sendiri,
sumber eksternal yaitu modal dari luar perusahaan, supplier, bank, pasar modal.
Sumber modal yang dimiliki dapat berasal dari perusahaan sendiri maupun dari luar. Jadi sumber modal yang dimiliki
pengusaha dapat diperoleh dari sumber internal dan eksternal. Apabila pengusaha mendapatkan kesulitan dalam memperoleh
sumber modal, maka dapat menggunakan bank dan supplier untuk memperoleh modal. Pasar modal merupakan sumber modal yang
terakhir karena tergantung kesanggupan perusahaan apakah sudah mampu berkompetisi dalam pasar modal.
2 Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menekuni usaha yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama
seseorang menjalankan
usahanya maka
akan semakin
berpengalaman orang tersebut karena mempunyai pengalaman lebih mengenai kondisi pasar dan kemauan konsumen. Pengalaman
usaha diukur dari lamanya seseorang menggeluti usaha yang dijalaninya.
Berhubungan dengan keterampilan, pengalaman usaha sangatlah erat kaitannya dengan tingkat pendapatan. Semakin
tinggi pengalaman usaha maka semakin tinggi pula keterampilan yang dimiliki, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat
output produksi yang bersangkutan Risdiyanto dalam Suryani, 2007. Semakin lama seorang pengusaha menekuni dalam suatu
usaha maka akan lebih mahir mengelola usahanya. Selain itu, semakin lama usaha maka semakin banyak konsumen yang
berlangganan produk yang dihasilkan produsen. Pengalaman usaha memberikan seseorang pelajaran secara
nyata apa yang dihadapi di pasar produk. Sejalan dengan bertambahnya pengalaman kerja maka bertumbuh pula pengalaman
dan keterampilan, sehingga dalam menghadapi pelanggan yang bervariasi akan semakin baik.
3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah sejumlah penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
kerja, mereka akan berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja sering pula disebut penduduk usia kerja dalam arti sudah
bekerja, sedang mencari kerja, dan sedang melakukan kegiatan lain yang belum tercakup mencari kerja, bersekolah dan mengurus
rumah tangga walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat berpartisipasi dalam
bekerja Wiro Suharjo dalam Ramadhan, 2010. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat dominan dalam
kegiatan produksi, karena tenaga kerja itulah yang berperan mengalokasikan dan memanfaatkan faktor produksi lain guna
menghasilkan suatu output yang bermanfaat. Faktor tenaga kerja terus diperhitungkan dalam proses produksi tidak hanya dalam
jumlah namun juga kualitas dan macam tenaga kerja yang memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperkirakan disesuaikan
dengan kebutuhan sampai pada tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Selain itu, tenaga kerja memberikan kontribusi
penting terhadap keuntungan yang diperoleh pengusaha melalui peningkatan produktivitasnya.
Menurut Winardi dalam Giyanto, 2010 faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja adalah:
a Produktivitas tenaga kerja hingga tingkat tertentu dipengaruhi oleh tenaga kerja keturunan, darimana dia berasal dan iklim
lingkungan yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan b Sifat-sifat kesehatan, kekuatan, intelegensi, ambisi kemampuan
untuk menilai, ketekunan, mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
c Kondisi tempat kerja d Tergantung kualitas dan metode dari organisasi perusahaan
e Berkaitan dengan upah yang diterimanya
4 Tingkat Pendidikan
Perkembangan suatu industri ditentukan oleh sejumlah faktor, salah satunya yaitu tingkat pendidikan pengusaha. Pendidikan
merupakan salah satu unsur yang dapat mengubah sikap, perilaku, peningkatan pola pikir, memperluas wawasan serta memudahkan
pengusaha menyerap informasi terutama mengenai usaha yang digelutinya. Secara umum pendidikan akan memperluas pengertian
seseorang. Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku dan selanjutnya akan berdampak pada pengambilan keputusan.
Dalam dunia usaha tingkat pendidikan akan mempengaruhi segala tindakan yang akan ditempuh dan akan lebih rasional dalam
mencermati setiap kejadian. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat
sehingga dapat meningkatkan kemampuan masyarakat tersebut
dalam mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki untuk meningkatkan perkembangan ekonomi. Pendidikan tidak hanya
menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan kerja sehingga akan berpengaruh pada keberhasilan usaha.
Menurut ragamnya, pendidikan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu Priyatno dalam Suryani 2004 : 41-42:
a Pendidikan Formal Pendidikan formal yaitu suatu sistem pendidikan yang
dikembangkan secara bertahap dan bertata tingkat, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
b Pendidikan Informal Pendidikan Informal yaitu sebagai proses seumur hidup bagi
setiap orang dalam mencari dan menghimpun pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengertian yang diperoleh dari
pengalaman sehari-hari. Kendatipun biasanya penyelenggaraan pendidian ini kurang terorganisir dan kurang sistematis, tetapi
ini merupakan sumber yang paling besar dari segala apa yang dipelajari manusia.
c Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal yaitu sebagai kegiatan pendidikan yang
terorganisir dan sistematis di luar pendidikan formal.
5 Kemitraan Usaha
Kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang terwujud dalam strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih
dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar dan saling menguntungkan Hakim, 2004. Dalam kerjasama tersebut
terdapat upaya untuk melakukan pembinaan dan pengembangan, karena pada dasarnya masing-masing pihak mempunyai kelemahan
dan kelebihan sehingga akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara melakukan pembinaan
terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan, pasal 1 angka 1 menjelaskan mengenai kemitraan yakni,
kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip
saling memerlukan,
saling memperkuat,
dan saling
menguntungkan. Pada dasarnya kemitraan merupakan suatu kegiatan saling
menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lain. Berkaitan dengan hal
tersebut kemitraan usaha mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan,
saling memperkuat dan saling memerlukan, yaitu Hakim, 2004 : 21:
a Kerjasama Usaha Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini,
jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran
kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan
kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan
yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling
mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan
usahanya. b Hubungan antara Pengusaha Besar atau Menengah dengan
Pengusaha Kecil Melalui hubungan dengan kemitraan ini diharapkan
pengusaha besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama saling menguntungkan dengan pengusaha kecil atau
pelaku ekonomi lainnya, sehingga pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh di dalam berusaha demi tercapainya
kesejahteraan. c Pembinaan dan Pengembangan
Pada dasarnya yang membedakan hubungan kemitraan dengan hubungan dagang biasa oleh pengusaha kecil dengan
pengusaha besar adalah adanya bentuk pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha kecil atau koperasi yang
tidak ditemukan pada hubungan dagang biasa. Bentuk pembinaan dalam kemitraan antara lain pembinaan di dalam
mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajemen usaha, pembinaan peningkatan Sumber Daya Manusia SDM,
pembinaan manajemen produksi, pembinaan mutu produksi, serta menyangkut pula pembinaan di dalam pengembangan
aspek institusi kelembagaan, fasilitas alokasi serta investasi. d Prinsip Saling Memerlukan
Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi,
keunggulan, dan kelemahan usahanya. Pemahaman akan keunggulan yang ada akan menghasilkan sinergi yang
berdampak pada efisiensi, turunnya biaya produksi dan sebagainya. Penerapannya dalam kemitraan, perusahaan besar
dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh
perusahaan yang kecil. Sebaliknya perusahaan yang lebih kecil, yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi,
permodalan, dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahan besar. Dengan demikian
sebenarnya ada saling memerlukan atau ketergantungan di antara kedua belah pihak yang bermitra.
e Prinsip Saling Memperkuat Dalam kemitraan usaha, sebelum kedua belah pihak
memulai untuk bekerjasama, maka pasti ada sesuatu nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang
bermitra. Nilai tambah ini selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan, perluasan
pangsa pasar, tetapi juga ada nilai tambah yang non ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen, penguasaan
teknologi dan kepuasan tertentu. Keinginan ini merupakan konsekuensi logis dan alamiah dari adanya kemitraan.
Keinginan tersebut harus didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut dan untuk
memperkuat keunggulan-keunggulan
yang dimilikinya,
sehingga dengan bermitra terjadi suatu sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga nilai tambah yang diterima akan
lebih besar. Dengan demikian terjadi saling isi mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang
bermitra. Dengan motivasi ekonomi tersebut maka prinsip kemitraan dapat didasarkan pada saling memperkuat.
f Prinsip Saling Menguntungkan Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha
adalah kesadaran dan saling menguntungkan. Pada kemitraan ini tidak berarti para partisipan harus memiliki kemampuan dan
kekuatan yang sama, tetapi yang essensi dan lebih utama adalah posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing.
Pada kemitraan usaha terutama sekali terhadap hubungan timbal balik, bukan seperti kedudukan antara buruh dan
majikan, atau terhadap atasan kepada proporsional, di sinilah letak kekhasan dan karakter dari kemitraan usaha tersebut.
Berpedoman pada kesejajaran kedudukan atau memiliki derajat yang setara bagi masing-masing pihak yang bermitra, maka
tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan tetapi justru terciptanya rasa saling percaya diantara para pihak sehingga
pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya.
g Teknologi Teknologi dalam proses produksi digunakan untuk
meningkatkan jumlah output yang dihasilkan oleh suatu industri. Perkembangan teknologi yang semakin maju dapat
memperbaiki produktivitas dan meningkatkan standar produksi. Kemajuan teknologi dapat berupa perbaikan dalam proses
produksi yaitu dengan jumlah input yang sama dapat dihasilkan output dalam jumlah lebih banyak, atau sebaliknya dengan
tingkat output sama dihasilkan dengan jumlah input lebih sedikit.
Perkembangan teknologi dalam suatu industri dapat dilihat dari pengenalan produk baru. Produk baru yang
dihasilkan biasanya telah terjadi proses inovasi sehingga ada peningkatan kualitas dari produk sebelumnya. Inovasi produk
menyebabkan suatu barang lebih bernilai secara kualitas dan kuantitas sehingga inovasi sangat diperlukan untuk kemajuan
suatu industri. Selain itu, produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui penerapan teknologi yang lebih maju.
Tenaga kerja dan teknologi tidak dapat dipisahkan.
h Jangkauan Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelmpok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan
tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing
dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih Kotler,
2004: 9. Jangkauan pemasaran merupakan kesanggupan suatu
industri untuk dapat memasarkan produknya pada konsumen dimanapun tempatnya. Pada proses pemasaran diperlukan biaya
pada pengangkutan transportasi untuk sampai pada pasar tujuan. Pengusaha akan berusaha mencapai sejauh mana
jangkauan pemasaran produknya. Jangkauan pemasaran yang luas akan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan
pengusaha. Oleh karena itu, pengusaha harus dapat mengatasi masalah biaya tersebut sehingga dengan meluasnya jangkauan
pemasaran, namun tidak menyulitkan proses distribusi produksi.
e Teori Biaya Produksi
Biaya dalam pengertian Ekonomi ialah semua “beban” yang harus ditanggung untuk menyediakan suatu barang agar siap dipakai oleh
konsumen. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua “beban” yang
harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Jadi biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1 Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi 2 Bahan-bahan pembantu atau penolong
3 Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur 4 Penyusutan peralatan produksi
5 Uang modal, sewa
6 Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
7 Biaya pemasaran, seperti biaya iklan 8 Pajak
Teori Biaya Produksi Jangka Pendek, meliputi:
1 Biaya Total Total Cost TC
Biaya Total Total Cost adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu baik yang bersifat tetap maupun variabel. Biaya total TC
diperoleh dari TFC ditambah dengan TVC:
TFC = Biaya Tetap TVC = Biaya Variabel
2 Biaya Tetap Total Total Fixed Cost TFC
Biaya Tetap Total Total Fixed Cost adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang
tidak dapat berubah jumlahnya. Contoh: biaya pembelian mesin, membangun bangunan pabrik, membangun prasarana jalan menuju
pabrik, dan sebagainya. Biaya tetap total TFC diperoleh dari TC dikurangi dengan TVC.
TC = Biaya Total Rata-rata TVC = Biaya Variabel Total
3 Biaya Variabel Total Total Variable Cost TVC
Biaya Variabel Total Total Variable Cost adalah keseluruhan biaya yang dieluarkan untuk memperoleh faktor
produksi variabel. Contoh: upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku, pembelian bahan bakar mesin, dan sebagainya. Biaya
Variabel Total TVC diperoleh dari TC = Biaya Total Rata-rata
TFC = Biaya Tetap Total TC = TFC + TVC
TFC = TC - TVC
TVC = TC - TFC
f Memaksimalkan Keuntungan Laba
Keuntungan laba merupakan tujuan utama suatu pengusaha dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien
mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo keuntungan laba adalah selisih antara total pendapatan
dengan total biaya, yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen
untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Keuntungan total merupakan penerimaan total TR dikurangi
dengan biaya total TC, Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar.
Secara sistematis laba dapat dirumuskan π=TR-TC, perusahaan dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila selisihnya bernilai positif
π0 dimana TR harus lebih besar dari pada TC TR-TC. Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis
kegiatan perusahan adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat dimana keuntungan mereka
mencapai jumlah yang maksimum”. Berdasarkan kepada pemisalan ini
dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya.
Dalam praktek, pemaksimuman keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan. Ada perusahaan yang menekan kepada volume
penjualan dan ada pula yang memasukkan pertimbangan politik dalam menentukan tingkat produksi yang akan di capai. Ada pula perusahaan
yang lebih menekankan kepada usaha untuk mengabdi kepentingan masyarakat dan kurang mementingkan tujuan untuk mencari
keuntungan yang maksimum. Memang beberapa tujuan yang di temui dalam praktek tersebut memberikan dalam menganalisis kegiatan
perusahaan. Tetapi, disamping menyadari kenyataan tersebut, juga diingat bahwa pada sebagian besar perusahaan, Intinya tujuan
terpenting adalah memaksimumkan keuntungan. Telah terbukti bahwa
yang telah diberikan kepada masyarakat telah memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya yaitu untuk
memaksimalkan laba. Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi
perusahaan, sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba
perusahaan. Dengan
menghasilkan laba,
perusahaan dapat
mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain kerena laba tersebut dapat ditanam kembali dan
digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya. Seperti halnya industri lain, tiap industri juga bertujuan untuk
memperoleh laba guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Laba yang dihasilkan tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain jumlah
hasil produksinya, modal, dan total upah tenaga kerja.
g Pendekatan-Pendekatan dalam Memaksimalkan Keuntungan
Di dalam memaksimalkan keuntungan oleh produsen terdapat tiga pendekatan, yaitu:
1 Pendekatan Totalitas Totality Approach
Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara membandingkan pendapatan total TR dan biaya total TC.
Pendapatan total TR adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual Q dikalikan dengan harga output per unit P, maka TR =
P.Q Sedangkan biaya total TC adalah samadengan biaya tetap FC ditambah dengan biaya variable VC, maka TC = FC + VC.
Dalam pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap konstan sehingga biaya variable adalah jumlah output Q
dikalikan dengan biaya variable per unit v, maka VC=v.Q Sehingga dapat disimpulkan bahwa π=P.Q-FC+v.Q.
Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum Maximum Selling. Sebab
semakin besar penjualan semakin besar laba yang diperoleh. Hanya
saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik
impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif
2 Pendekatan Marginal Marginal Approach
Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum. Analisis ini mendasarkan pada satu konsep yaitu
keuntungan marginal yakni tambahan keuntungan total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk mencari jumlah output
yang menghasilkan keuntungan maksimum dapat digunakan patokan sebagai ber
ikut “Jika keuntungan marginal masih positif dengan menambah satu unit output maka output harus ditambah dan apabila
keuntungan marginal negative dengan menambah satu unit output maka output harus dikurangi sampai keuntungan atau laba
marginal= 0”.
Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan biaya marginal MC dan pendapatan
marginal MR. Laba maksimum akan tercapai pada saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungannya apabila
menambah produksinya pada saat MRMC yaitu hasil penjualan marginal MR melebihi biaya marginal MC. Dalam keadaan ini
pertambahan produksi
dan penjualan
akan menambah
keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MRMC, mengurangi produksi dan penjualan akan menambah untung. Maka
keuntungan maksimum dicapai dengan keadaan di mana MR=MC
berlaku sehingga π=TR-TC. 3
Pendekatan Rata-Rata
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata AC dengan
harga jual output P . Laba total adalah laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual. Dapat dijelaskan secara
matematis π=P-ACxQ. Dari persamaan ini perusahaan akan
mencapai laba bila harga jual per unit output P lebih tinggi dari biaya rata-rata AC. Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P
sama dengan AC. Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan
perbandingan besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan hanya mencapai angka impas bila P=AC.
Keputusan untuk memproduksi didasarkan pada perbandingan antara P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC maka
perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit laba usaha harus menjual sebanyak-
banyaknya maximum selling a gar laba π makin besar.
2. Jumlah Modal Kerja