Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar dan pembelajaran merupakan istilah yang sering kita jumpai dalam dunia pendidikan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan Moh. Surya 1981:32. Arikunto 1993: 12 mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut Arikunto 1993: 4 mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Belajar matematika merupakan proses siswa untuk menguasai materi yang dipelajari dengan pemahaman yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran. Tingkat pemahaman siswa menjadi aspek yang fundamental dalam belajar matematika. Siswa yang mampu menguasai materi dan memiliki pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari akan mampu mengaplikasikan konsep matematika dalam menyelesaikan suatu permasalahan terkait dengan materi yang telah dipelajari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Matematika, sebagai salah satu ilmu yang banyak diaplikasikan di bidang ilmu lain menjadi mata pelajaran yang penting, tetapi mata pelajaran matematika malah ditakuti oleh sebagian besar siswa. Seringkali siswa terbebani dengan target nilai yang harus mencapai ketuntasan minimal, sehingga dalam proses pembelajaran siswa kurang untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa cenderung terfokus pada cara menggunakan rumus yang telah diberikan oleh guru dan menghafalkannya. Siswa lebih berorientasi pada hasil akhir karena terbebani harus mencapai nilai yang memenuhi ketuntasan minimal. Menghafalkan rumus atau menerapkan cara- cara praktis dan cepat seperti yang diberikan oleh lembaga bimbingan belajar mungkin akan membantu siswa dalam menghadapi soal matematika, dan juga untuk mencapai nilai yang diharapkan, tetapi tidak memberikan pemahaman yang mendalam terhadap materi matematika yang telah dipelajari selama proses pembelajaran matematika. Skemp 1976 dalam teori pembelajarannya membedakan pemahaman, yaitu pemahaman relasional dan pemahaman instrumental. Pemahaman instrumental adalah kemampuan seseorang menggunakan suatu prosedur matematis untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui mengapa prosedur itu boleh digunakan untuk menyelesaikan masalah rules without reason. Sedangkan pemahaman relasional, Skemp menjabarkannya sebagai kemampuan seseorang menggunakan suatu prosedur matematis yang berasal dari hasil menghubungkan berbagai konsep matematis yang relevan dalam menyelesaikan suatu masalah dan mengetahui mengapa prosedur tersebut dapat digunakan knowing what to do and why. Skemp menyimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika dapat dikategorikan sebagai pemahaman relasional dan juga pemahaman instrumental dengan perbedaan sebagai berikut: 1. Pemahaman relasional, jika siswa selain sudah dapat menentukan hasil namun ia juga harus dapat menjelaskan mengapa hasilnya seperti itu. 2. Pemahaman instrumental jika siswa hanya dapat menentukan hasil, tetapi tidak dapat menjelasakan mengapa hasilnya seperti itu. Skemp menyatakan bahwa pemahaman instrumental sejatinya belum termasuk pada kategori pemahaman sedangkan pemahaman relasional sudah termasuk pada kategori pemahaman. Siswa yang memiliki pemahaman relasional memiliki fondasi atau dasar yang lebih kokoh dalam pemahaman tersebut. Soal cerita dalam matematika merupakan jenis soal yang dalam menyelesaikannya diperlukan kemampuan untuk mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika. Terdapat aspek penyelesaian masalah dalam soal cerita. Siswa harus mampu memahami maksud dari permasalahan yang akan diselesaikan, dapat menyusun model matematikanya, serta mampu mengaitkan permasalahan tersebut dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari sehingga dapat menyelesaikannya dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan langkah-langkah penyelesaian masalah model Polya dalam Antonius Cahyo Prihandoko , 2006: 208-209 , untuk menyelesaikan soal cerita perlu menyusun langkah-langkah sebagai berikut: 1. menentukan apa yang diketahui, 2. menentukan apa yang ditanyakan, 3. menyusun model matematika , mengubah permasalahan dalam soal cerita ke dalam kalimat matematika, 4. Menafsir hasil yang didapat dalam penyelesaian matematika ke dalam soal. Seringkali siswa mengalami kesulitan ketika menyelesaikan soal cerita. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi maupun konsep dasar matematika menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa kurang menguasai konsep-konsep yang yang dipelajari untuk memecahkan masalah dalam soal cerita. Peneliti melakukan observasi di SMP Negeri 2 Piyungan. Sebelum melakukan observasi, peneliti bertemu dengan Pak Restituta Gotama, yang merupakan salah satu guru matematika di sekolah tersebut. Peneliti bertanya pada Pak Restituta Gotama, apa saja kendala selama proses pembelajaran matematika. Pak Restituta Gotama kemudian mengatakan bahwa siswa di SMP Negeri 2 Piyungan cenderung bersikap pasif selama proses pembelajaran matematika. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Piyungan memakai kurikulum KTSP, dan selama proses pembelajaran guru menjadi pusat pembelajaran, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menyebabkan siswa kurang aktif selama proses pembelajaran. Guru memberikan materi pelajaran, menuliskan rumus di papan tulis dan memberikan latihan soal. Tidak terlalu banyak siswa yang bertanya. Sebagian besar hanya mencatat materi dan pembahasan soal yang ditulis di papan tulis. Pada materi bangun ruang kubus dan balok yang diajarkan di kelas VIII, sebagian besar siswa sudah mampu menggunakan rumus luas permukaan dan volume untuk mengerjakan soal-soal yang sederhana, sudah diketahui panjang, lebar, dan tinggi untuk balok dan rusuk pada kubus. Pada soal yang diketahui luas permukaan atau volume untuk menentukan panjang, lebar, atau tinggi pada balok, serta rusuk pada kubus, beberapa siswa mengalami kesulitan. Ketika dihadapkan pada soal berbentuk soal cerita pada materi kubus dan balok, siswa seringkali mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan materi luas permukaan dan volume kubus dan balok yang telah diajarkan untuk menyelesaikan masalah soal cerita. Siswa kesulitan dalam menyusun model matematika dari soal cerita. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Kelas VIII C dan VIII F SMP Negeri 2 Piyungan Dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok ”

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBENTUK CERITA PADA POKOK BAHASAN Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran Kelas VIII MTs Negeri Ngemplak T

1 3 16

IDENTIFIKASI KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS SISWA KELAS IDENTIFIKASI KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 4 DELANGGU TAHUN AJARAN 2014/

0 2 20

IDENTIFIKASI KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS SISWA KELAS IDENTIFIKASI KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 4 DELANGGU TAHUN AJARAN 2014/

0 3 16

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 7 12

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 4 16

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN LINGKARAN DENGAN Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII SMP Dalam Menyelesaikan Soal Pokok Bahasan Lingkaran Dengan Panduan Kriteria Watson.

0 0 16

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENERJEMAHKAN SOAL CERITA KE DALAM MODEL MATEMATIKA DAN Analisis Kemampuan Siswa SMP Dalam Menerjemahkan Soal Cerita Ke Dalam Model Matematika Dan Penyelesaiannya (Pokok Bahasan Kubus dan Balok Kelas VIII Di SMP Negeri

1 8 14

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENERJEMAHKAN SOAL CERITA KE DALAM MODEL MATEMATIKA DAN Analisis Kemampuan Siswa SMP Dalam Menerjemahkan Soal Cerita Ke Dalam Model Matematika Dan Penyelesaiannya (Pokok Bahasan Kubus dan Balok Kelas VIII Di SMP Negeri

0 2 19

Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII Dalam Menyelesaikan Soal Uraian Pokok Bahasan Kubus

0 0 8

Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Kemampuan Pemahaman dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Kubus dan Balok Di Kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi Nizlel Huda, Angel Gustina Kencana

0 0 12