60 dalam melakukan sesuatu, terlalu sering memukul anak serta
ketidakharmonisan keluarga yang menuntut anak menjadi apa yang diinginkan oleh para orang tua. Namun selain anak yang berperilaku
menyimpang, di kecamatan Toboali juga terdapat perilaku atau kegiatan anak yang positif yag diantaranya adalah remaja masjid, TPA
dan karate.
3. Pola Asuh yang Diterapkan Orang Tua pada Anak Berperilaku
Menyimpang di Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan
Pola asuh merupakan tata cara orang tua dalam mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Peran
orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak sangatlah mempengaruhi perilaku anak. Namun, tidak semua orang tua memiliki
pola asuh yang sama dalam mendidik anak, tidak semua orang tua memiliki kesamaan dalam mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan
setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda terutama dalam mengasuh anak. Dalam kehidupan sehari-hari ada orang tua
yang membiarkan anak secara bebas, masa bodoh, dan ada orang tua yang menginginkan anaknya untuk mengikuti jejaknya.
Menurut Mohammad Takdir Illahi 2013: 135 pola asuh merupakan suatu sikap yang dilakukan orang tua, baik itu ayah
maupun ibu dalam berinteraksi dengan anaknya. Bagaimana cara mereka dalam memberikan kedisiplinan, hadiah, hukuman, perhatian,
dan tanggapan-tanggapan yang lain yang berpengaruh pada pembentukan kepribadian maupun perilaku anak.
61 Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 5 lima orang tua
dan 5 lima orang anak yang berperilaku menyimpang di Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan, 3 tiga diantaranya mengarah
pada pola asuh permisif, sedangkan 2 dua keluarga diantaranya menggunakan pola asuh otoriter. Pola asuh permisif dapat dilihat dari
sikap orang tua yang memberikan kebebasan penuh pada anak, membiarkan segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan keinginan
anak. Pola asuh otoriter ini ditandai dengan hubungan orang tua dan anak yang tidak hangat dan sering memberikan hukuman pada anak.
Berikut paparan hasil wawancara yang dilakukan pada 5 keluarga yang memiliki anak yang berperilaku menyimpang di
Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan, yaitu sebagai berikut:
a. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif merupakan pola asuh dengan orang tua yang selalu memberikan kepercayaan lebih dan selalu menuruti
keinginan anaknya. Sebagaimana yang telah diungkapan oleh Bapak SM keluarga I, bahwa:
“Saya tidak pernah melarang-larang anak, mereka bebas mau ngapain saja. Keingian dia juga selalu saya turuti. Saya sibuk
dikebun, kita percaya dengan dia.” Hal serupa juga diungkapkan oleh RK keluarga III, bahwa:
“Orang tua saya lebih sering berada di kebun dibandingkan di rumah. Beliau selalu memberikan uang kepada saya tanpa
mengetahui uangnya untuk apa, mereka percaya kepada saya .”
Ibu MG keluarga V juga mengatakan hal yang sama, yakni:
62 ”Semua keinginannya saya turuti. Saya berpikiran bahwa anak
saya masih kecil dan bagus untuk proses perkembangannya, jadi tidak saya larang dan selalu saya dukung.
” Selain itu, pola asuh permisif tidak pernah membatasi anaknya
dalam melakukan sesuatu. Hal ini diungkapkan oleh SM selaku ayah dari TK yang melakukan perilaku menyimpang yaitu hamil diluar
nikah. Beliau mengungkapkan bahwa: “Saya tidak pernah membatasi anak saya dalam melakukan
sesuatu, saya pernah memberikan wejangan agar hati-hati dalam bergaul, akan tetapi tidak ditanggapi oleh anak saya.
Setelah itu sudah saya tidak pernah memberikan dia wejangan lagi, dia bebas sebebas-bebasnya.
” Saudara TK juga memperkuat pernyataan dari bapaknya,
yakni: “Mereka jarang membatasi perilaku saya, bapak atau ibu saya
memberikan wejangan kepada saya, akan tetapi saya tidak pernah mencernanya dengan baik. Saya hanya mengiyakan
saja namun
tidak melakukan wejangan tersebut.” Hal ini menjelaskan bahwa dengan kebebasan yang telah
diberikan oleh orang tua kepada anak akan menimbulkan sikap yang sewenang-wenang. Dengan adanya kebebasan dari orang tua juga
akan menimbulkan kurangnya kontrol terhadap perilaku dan aktivitas yang dilakukan anak di luar rumah. Sehingga anak tanpa disadarai
memiliki peluang besar untuk melakukan perilaku menyimpang, walaupun si anak tidak bermaksud untuk melakukan hal tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh RK, yakni: “Bagaimana mau mengontrol, mereka lebih banyak di kebun
daripada di rumah. Beliau tidak tau kegiatan saya di rumah dan di luar rumah apa saja. Karena orang tua jarang dirumah,
63 diberikan kebebasan, dan pegang uang. Saya mulai merokok
dan melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, seperti nongkrong, minum-minuman keras, ikut
berkelahi, bahkan obat- obatan terlarang pernah saya coba.”
JB selaku ibu dari RK memunguatkan pernyataan yang
disampaikan oleh RK, yakni: “Saya lebih sering berada di kebun untuk bantu ayahnya.
Setiap saya pulang saya selalu memberikan uang kepada anak saya, mau digunakan untuk apa uangnya terserah, saya tidak
pernah menanyakan hal tersebut.” Hal yang sama yang diungkapkan oleh saudara DD informan
V. DD mengungkapkan bahwa: “Ibu saya hanya mengontrol saya pada saat saya berada di
sekolahan saja, hal tersebut dikarenakan ibu saya merupakan salah satu penjaga kantin sekolah. Selebihnya ibu saya jarang
mengontrol saya, ibu saya sibuk di rumah membuat makanan
yang akan dijual pada hari berikutnya.” MG selaku ibu dari DD menguatkan pernyataan di atas, yaitu:
“Selain saya sibuk membuat makanan untuk dijual di sekolahan, saya juga berpikiran bahwa anak saya masih kecil,
masanya untuk
bermain, dan
bagus untuk
proses perkembangannya, jadi tidak saya batasi dan tida
k terkontrol.” Pada keluarga permisif ini juga tidak terdapat hukuman,
kebijakan, maupun kedisiplinan, sebagaimana telah diungkapkan oleh DD keluarga V, bahwa:
“Ibu saya lebih senang membela saya dari pada memberi nasehat atau memberi hukuman. Dulu pernah waktu saya
dihukum oleh ibu guru di sekolahan karena saya mengganggu teman yang sedang menulis, terus sampai rumah saya laporkan
dengan ibu saya. Besoknya ibu saya melabrak guru yang menghukum saya dan saya tidak sedikutpun dimarahin ibu
saya.”