19
intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Perubahan perilaku yang terjadi setelah belajar tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa.
Sedangkan hasil belajar yang akan diamati peneliti adalah keterampilan menulis aksara Jawa yang meliputi beberapa indikator, yaitu: ketepatan penulisan
aksara Jawa, ketepatan penulisan pasangan, ketepatan penempatan pasangan, dan keterbacaan penulisan.
2.1.5 Aksara Jawa
2.1.5.1 Pengertian Aksara Jawa
Huruf Jawa merupakan dua bentuk huruf, yaitu: 1 nglegena yang merupakan huruf pokok yang berjumlah 20 huruf, 2 huruf pasangan merupakan
bentuk lain dari huruf pokok yang berjumlah 20 huruf Darusuprapta, 2002: 5
.
Menurut Abdurrahman 2007: 1 Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni
pembuatannya-pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini juga digunakan di daerah Sunda dan Bali,
meskipun ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama.
Bedasarkan pendapat tersebut disimpulkan aksara Jawa adalah huruf yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, huruf tersebut berjumlah dua puluh
huruf, bermula dari ha dan berakhir dengan nga.
20
2.1.5.2 Makna Aksara Jawa
Makna aksara Jawa menurut Sujiyanto 2011: 129 dan Yuwanto 2012 dapat diuraikan sebagai berikut:
Ha Na Ca Ra Ka memiliki arti “ono utusaning pangeran adanya utusan
Tuhan”. Manusia diciptakan Tuhan sebagai bukti adanya kebesaran Tuhan dan manusia memiliki fungsi untuk menjaga kelestarian hidup Hamemayu Hayuning
Bawono . Kelestarian hidup terdiri atas dua bentuk yaitu kelestarian hidup
manusia sendiri Hamemayu Hayuning Jagat kang Piniji dan kelestarian alam Hamemayu Hayuning Jagad Royo. Di dunia ini hanya Tuhan yang memiliki
kebesaran abadi. Manusia tidak boleh sombong dengan segala kelebihan yang dimiliki. Kelebihan yang dimiliki manusia seharusnya menjadi sesuatu yang patut
disyukuri dan dapat dimanfaatkan untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Kelebihan yang dimiliki harus dapat digunakan sebagai bentuk makarya yaitu
karya atau usaha yang dilakukan dengan tujuan mulia bagi diri sendiri ataupun orang lain tanpa adanya pamrih. Kelebihan yang dimiliki harus disyukuri sebagai
bentuk pengakuan adanya kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk relasi vertikal. Relasi dengan sesama manusia yang baik dapat menjaga kelestarian
hidup manusia sebagai bentuk relasi horizontal. Kelestarian hidup manusia juga dapat dijaga dengan menghindari perusakan alam sehingga berbagai bentuk
bencara alam dapat dicegah. Aksara Jawa sudah mengingatkan sejak awal bahwa kerusakan alam akibat ulah manusia akan berdampak rusaknya kelesatarian alam
dan menjadi ancaman bagi kelestarian hidup manusia.
21
Da Ta Sa Wa La memiliki arti “ora biso suwolo kabeh wus ginaris kodrat
tidak bisa diingkari bahwa semua sudah menjadi kodrat Tuhan”. Segala sesuatu atau kejadian yang ada di dunia ini telah digariskan oleh Tuhan. Manusia tinggal
menjalankannya saja sesuai dengan lakon yang diperankan. Orang Jawa memiliki prinsip nerimo ing pandum artinya menerima apapun yang diberikan oleh Tuhan
kepada manusia. Namun makna ini jangan dinilai bahwa manusia sebagai makhluk yang pasif. Manusia harus selalu berusaha dalam hidup namun setelah
usahanya maksimal dan apapun hasil dari usaha maksimal tersebut maka harus diterima dan disyukuri.
Pa Dha Ja Ya Nya memiliki arti “kanti tetimbangan kang podo sak jodo
anane Tuhan menciptakan sesuatu di dunia dengan pertimbangan dan
berpasangan”. Arti ini dicontohkan dengan adanya siang-malam, terang-gelap, atas-bawah, laki-laki-perempuan, bahagia-sedih, hidup-mati. Di dalam kehidupan
akan selalu dijumpai kondisi-kondisi tersebut, manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang ada. Misalnya saat siang apa
yang harus dilakukan, saat malam apa yang harus dilakukan. Tidak selamanya manusia akan mengalami kesusahan namun adakalanya akan mengalami
kegembiraan. Banyak makna yang bisa dipetik sebagai hakikat manusia, misalnya untuk meneruskan kelestarian hidup manusia harus menikah antara laki-laki dan
perempuan karena kodratnya perempuan yang dibuahi dan laki-laki yang membuahi dalam proses reproduksi. Saat kita berada di puncak karir kita harus
ingat suatu saat karir kita akan di bawah dan seterusnya seperti roda. Makna
22
aksara Pa Dha Ja Ya Nya juga dapat diartikan sebagai keseimbangan dalam hidup.
Ma Ga Ba Tha Nga memiliki arti “manungso kinodrat dosa, lali, luput,
apes, lan mati manusia pasti memiliki dosa, lupa, kesalahan, kesialan, dan
mati”. Tidak ada manusia yang lepas dari kekurangan ini harus diakui oleh manusia, menyalahi kodrat kalau manusia tidak mau menerima atau mengakui
kesalahan yang telah dibuat, kekurangan diri, ataupun hal-hal negatif dari diri. Adanya kelemahan tersebut seharusnya dapat menjadi bahan kewaspadaan bahwa
manusia harus selalu eling lan waspodo ingat dan waspada. Dengan segala kekurangan yang pada dasarnya dimiliki manusia, manusia harus selalu berhati-
hati dalam perbuatan agar tidak melakukan kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain, ataupun alam.
2.1.5.3 Macam-macam Aksara Jawa