1
BAB I PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan  nasional  pada  bab  1  pasal  1,  dipaparkan  bahwa  pendidikan  adalah
usaha  sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya
untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian, kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Kegiatan belajar di dalam pendidikan, merupakan salah satu proses usaha
yang dilakukan oleh individu  untuk  memperoleh  perubahan perilaku  yang relatif dalam  aspek  kognitif,  afektif,  maupun  psikomotorik  yang  diperoleh  melalui
interaksi  individu  dengan  lingkungannya  Kurnia  dkk,  2007:  1-3.  Sekolah Menengah  Kejuruan  SMK  merupakan  lembaga  pendidikan  yang  menekankan
pada aspek keahlian atau tenaga kerja siap pakai. Stimulus  dalam  pembelajaran  di  SMK  dapat  diumpamakan  sebagai
informasi  yang  diberikan  oleh  guru  mata  pelajaran,  dan  respon  yang  diharapkan dari  masing-masing  siswa  adalah  pemahaman  terhadap  materi  mata  pelajaran.
Guna  menciptakan  hal  tersebut,  maka  dibutuhkan  metode,  model,  media,  dan sumber  belajar  yang  dapat  meningkatkan  stimulus  dan  respon  dari  siswa.  Salah
satu bentuk pembelajaran yang dapat di terapkan adalah pembelajaran kooperatif. Menurut  Isjoni  2013:  23  pembelajaran  kooperatif  adalah  suatu  model
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa student oriented.
Berdasarkan observasi  yang telah dilakukan peneliti di kelas XI TMO  7 SMK  Cokroaminoto  2  Banjarnegara,  pada  mata  pelajaran  sistem  bahan  bakar
diesel  dapat  dikatakan  tingkat  pemahaman  siswa  terhadap  materi  cenderung rendah. Hal ini terbukti dari persentase ketuntasan hasil belajar dengan keterangan
siswa  yang  tuntas  adalah  45,95  dan  yang  tidak  tuntas  54,05  dengan    standar KKM ≤ 70.
Keadaan  saat  proses  pembelajaran  berlangsung  di  kelas,  guru  mata pelajaran hanya menggunakan metode pembelajaran langsung dan terus  menerus
memberikan materi kepada siswa tanpa adanya pemberian waktu umpan balik dari siswa  untuk  merespon  materi  yang  mungkin  tidak  mereka  pahami.  Selain  itu,
tidak  semua  siswa  memperhatikan  guru  ketika  mengajar.  Beberapa  di  antara mereka  menyibukkan  diri  dengan  kegiatan  di  luar  pembelajaran,  misalnya
berbicara  dengan  teman  sebangku.  Kondisi  pembelajaran  yang  kurang  kondusif tersebut  perlu  ditindak  lanjuti  dan  dicarikan  penyelesaian  masalahnya.  Peneliti
beranggapan,  perlu  adanya  inovasi  terhadap  model  pembelajaran  dan  alat  bantu belajar yang digunakan guru untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Salah  satu  model  pembelajaran  kooperatif  adalah  Numbered  Head Together  NHT.  Model  pembelajaran  Numbered  Head  Together  NHT  adalah
pendekatan  yang  dikembangkan  oleh  Spencer  Kagan  1998  untuk  melibatkan
lebih  banyak  siswa  dalam  mereviu  berbagai  materi  yang  dibahas  dalam  sebuah pelajaran  dan  untuk  memeriksa  pemahaman  mereka  tentang  isi  pelajaran  itu.
Arends, 2008: 16. Modul merupakan alat bantu belajar siswa yang berisikan materi pelajaran
yang  disusun  secara  sistematis,  runtut  dan  jelas  untuk  menunjang  pemahaman siswa  terhadap  materi  pelajaran.  Peneliti  beranggapan  penggunaan  model
pembelajaran  NHT  berbantuan  modul  dapat  digunakan  untuk  memecahkan permasalahan kelas yang kurang kondusif . Alasan pemilihan modul bagi peneliti
dikarenakan modul dapat digunakan sebagai alat bantu siswa saat belajar mandiri, Alasan lain peneliti memilih modul adalah belum tersedianya proyektor di dalam
ruang pembelajaran. Berdasarkan  latar  belakang  tersebut,  peneliti  tertarik  untuk  mengadakan
penelitian  dengan  judul  “Penerapan  Model  Pembelajaran  Numbered  Head Together  NHT  Berbantuan  Modul  Guna  Meningkatkan  Hasil  Belajar  Siswa
pada Kompetensi Dasar Pemeliharaan Sistem Bahan Bakar Motor Diesel”.
B.  BATASAN MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH