Gambaran Inflation Targeting Framework

BAB III. GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Inflation Targeting Framework

Bank Indonesia mulai bulan Juli 2005 mengimplementasikan kerangka kerja kebijakan moneter yang baru, yaitu ITF Inflation Targeting Framework, ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Menurut Mishkin dalam Bank Indonesia 2005 penggunaan ITF bermanfaat untuk: 1 menurunkan inflasi; 2 membuat kebijakan moneter lebih terfokus; 3 memperkuat komunikasi, transparansi dan akuntabilitas; 4 membantu menurunkan dan mengarahkan ekspektasi inflasi dan lebih baik dalam mengatasi kejutan inflasi; 5 membantu menurunkan volatilitas output dalam jangka menengah; 6 teruji terhadap kejutan ekonomi yang kurang menguntungkan; 7 kebijakan moneter relatif fleksibel dalam mengakomodasi kejutan inflasi temporer yang tidak mengganggu pencapaian sasaran inflasi jangka menengah. Dan manfaat yang terakhir untuk memperkuat independensi bank sentral dalam melaksanakan kebijakan moneter. Menurut Bank Indonesia 2005, sasaran inflasi yang telah ditetapkan Pemerintah untuk tahun 2005, 2006, dan 2007 masing-masing sebesar 6 persen ± 1 persen, 5,5 persen ± 1 persen, dan 5 persen ± 1 persen. Penetapan lintasan sasaran inflasi ini sejalan dengan keinginan untuk mencapai sasaran inflasi jangka 31 menengah panjang sebesar 3 persen agar Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Asia lainnya. Salah satu isu jangka pendek yang perlu diperhatikan adalah prakiraan inflasi tahun 2006 yang cenderung lebih tinggi dari sasaran, terutama karena dampak administered prices, volatile foods, dan melemahnya nilai tukar yang lebih besar dari perkiraan semula. Dan dalam pembahasan asumsi makro APBN-P 2005 dan RAPN 2006 juga disepakati angka inflasi yang lebih tinggi, yaitu 7,5 persen untuk tahun 2005, dan 6,5 persen sampai 8 persen untuk tahun 2006. ITF mencakup empat elemen mendasar: penggunaan suku bunga BI rate sebagai sasaran operasional, proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, strategi komunikasi yang lebih transparan, dan penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah tersebut ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan tata kelola governance kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. 12.75 12.75 12.75 12.75 12.5 12.5 12.25 11.75 11.2 11.4 11.6 11.8 12 12.2 12.4 12.6 12.8 13 9- Jan -0 6 7-F eb- 6 7 M ar e t 200 6 5-A p r- 06 9 M ei 2 00 6 6 Ju ni 2 00 6 6 J u li 20 06 8 A gus t 20 6 Periode Per sen BI Rate Gambar 3.1. Perkembangan BI rate periode Januari-Agustus 2006. Sumber : Bank Indonesia 2006. 32 BI rate diumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur RDG. Dalam Gambar 3.1 dapat dilihat perkembangan BI rate periode Januari-Agustus 2006. BI rate yang diumumkan pada bulan Januari-April bernilai sama yaitu sebesar 12,75 persen. Kemudian mulai diturunkan pada bulan berikutnya menjadi sebesar 12,50 persen dan pada bulan Agustus nilainya ditetapkan sebesar 11,75 persen. BI rate tersebut ditetapkan sebagai sinyal stance kebijakan moneter dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan.

3.2. Perkembangan Indikator-Indikator Makroekonomi di Indonesia