Mbah Sariman enggan menghukum cucunya ketika melakukan kesalahan. Lebih sering memberikan nasihat dan teguran.
Gambar 5. Mbah Sariman dengan kedua cucunya Dok. Pribadi tanggal 21 Maret 2013
3. Kakak
Peneliti mewawancarai beberapa kakak dari anak pemilik warteg yang menggantikan orangtuanya mengasuh anak. Diantaranya adalah mba
Ertikawati dan mba Wahyuningsih. Keduanya adalah kakak perempuan dari anak pemilik warteg. Mba Ertikawati berusia 21 tahun, sudah berkeluarga dan
mempunyai satu anak laki-laki yang masih berusia 3,5 tahun. Mba Wahyuningsih berusia 30 tahun, sudah berkeluarga dan mempunyai anak
yang masih bayi. Mba Ertikawati dan Mba Wahyuningsih kurang fokus dalam
mengasuh anak pemilik warteg yang merupakan adiknya sendiri. Hal ini jelas karena mereka sudah memiliki keluarga sendiri. Anak mereka yang masih
kecil bahkan yang masih bayi membutuhkan perhatian lebih dari ibunya, tidak jarang anak pemilik warteg dikesampingkan. Seperti yang diutarakan
oleh Bayinatul Munawaroh yang merupakan adik dari mba Wahyuningsih sebagai berikut :
“ ...aku tinggale di rumah sama mbaknya aku, mbaknya aku udah punya anak satu masih kecil. Kalo sama anake sendiri eman oh kalo
sama aku ngga. Yang diurusi anake terus “ wawancara pada tanggal 25 Maret 2013
Dari wawancara dengan anak pemilik warteg diatas terlihat bahwa anak pemilik warteg merasa ada perbedaan perhatian yang diberikan kakanya
saat mengasuh anak nya sendiri dan mengasuh dirinya. Mba
Wahyuningsih sendiri
pun menyadari
hal itu
dan menyampaikannya sebagai berikut :
“ ...yah pimen maning ya mba, aku ya wis nduwe anak dewek. Mbegin bayi maning. Perhatiane kudu tak bagi-bagi nggo adine aku karo
nggo anake aku dewek. Adine aku tak anggepe wis gede wis bisa apa- apa dewek, wis kelas 6 sih. Angger anake aku kan bayi, rewel maning.
Njaluk mimi susu lah, njaluk digendong lah. Ruwed m
ba “ “..ya mau bagaimana lagi ya mba, saya ya sudah punya anak sendiri.
Masih bayi lagi. Perhatiannya harus saya bagi-bagi untuk adik saya dan untuk anak saya sendiri. Adik saya, saya anggap sudah besar
sudah bisa apa-apa sendiri, sudah kelas 6 sih. Kalau anak saya kan bayi, rewel lagi. Minta minum susu lah, minta digendong lah. Ribet
mba “wawancara pada tanggal 25 Maret 2013
Gambar 6. Anak pemilik warteg pamit dengan kakaknya ketika akan berangkat sekolah Dok. Pribadi tanggal 25 Maret 2013
Mba Wahyuningsih tidak sepenuhnya mengasuh Bayinatul sendiri melainkan bergantian dengan orangtuanya, karena Mba Wahyuningsih juga
berprofesi sebagai pemilik warteg. Mba Wahyuningsih aplusan dengan orangtuanya. Ketika orangtua pulang, maka orangtualah yang mengasuh
Bayinatul. Namun ketika Mba Wahyuningsih pulang, Mba Wahyuningsihlah yang mengasuh Bayinatul. Begitu berlangsung terus menerus. Mba
Wahyuningsih aplusan dengan orangtua mereka setiap 3 bulan sekali.
4. Paman