commit to user
BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Sebelum terjadinya krisis moneter, khususnya di bidang ekonomi telah mencatat sejumlah kemajuan walaupun masih ditemui sejumlah masalah
pembangunan yang perlu segera dicari solusinya. Permasalahan tersebut merupakan masalah fundamental yang bersifat kronis, yaitu berkaitan dengan kesenjangan antar
pelaku ekonomi, kesenjangan antar sektor ekonomi, dan kesenjangan antar daerah. Kesenjangan ini berakibat luas pada masalah kemiskinan, pengangguran dan
kesejahteraan sosial. Di samping itu terdapat masalah pembangunan yang bersifat kejutan shock,
yaitu berkaitan dengan krisis moneter, ekonomi dan politik. Permasalahan ini menyebabkan kondisi ekonomi Indonesia menjadi sangat memprihatinkan. Inflasi
yang tinggi, pertumbuhan yang rendah, pemutusan hubungan kerja PHK, pengangguran, kemiskinan yang semakin meluas, yang telah membawa dampak
buruk bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Pada masa krisis moneter yang paling terpuruk adalah kelompok masyarakat
miskin yang hidup di bawah garis kemiskinan, yaitu para buruh, pekerja informal, petani kecil dan pengusaha mikro. Selama ini kaum miskin selain berpenghasilan
commit to user
rendah, juga sudah sekian lama mengalami kesulitan dan hambatan dalam mengakses faktor-faktor produksi tanah dan modal bahkan tidak memiliki akses informasi
pasar, ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Dalam pandangan pemerintah, bahwa kondisi yang memprihatinkan sebagai dampak krisis moneter membutuhkan
intervensi segera dan langsung kepada kelompok masyarakat miskin yang sangat membutuhkan bantuan. Salah satu jalan yang ditempuh pemerintah adalah meminta
bantuan Negara donor Internasional untuk ikut serta dalam penanggulangan dampak krisis moneter terutama pinjaman dalam bentuk Program Jaring Pengaman Sosial
JPS Jaring Pengaman Sosial baru popular di Indonesia pada akhir 1998 setelah
Bank Dunia mengucurkan dana dengan memperkenalkan program-program darurat emergency untuk mengatasi dampak buruk krisis moneter. Sebenarnya sudah
lama dikenal Program Jaring Pengaman Sosial, seperti Program Padat Karya, Program Inpres Desa Tertinggal IDT, kredit subsidi untuk rumah, subsidi untuk
petaninelayan tradisional, subsidi energilistrik dan subsidi pangan. Konsep Program JPS untuk menanggulangi sosial ekonomi masyarakat agar
tidak semakin terpuruk, dengan strategi pelaksanaannya adalah melalui tahapan penyelamatan rescue yang sifatnya mendesak dan harus ditangani secepat mungkin
dan tahapan pemulihan recovery untuk memberdayakan masyarakat miskin. Program JPS didesain menekankan pada tiga sasaran pokok meliputi: Pertama,
menjamin adanya makanan dengan harga yang dapat terjangkau oleh keluarga
commit to user
miskin. Kedua, memberikan kemampuan daya beli di antara pengusaha kecil dan menengah. Ketiga, menjaga akses masyarakat pada pelayan-pelayan sosial.
Tujuan utama Jaring Pengaman Sosial adalah sebagai berikut: 1. Memulihkan kecukupan pangan dengan harga terjangkau oleh masyarakat miskin
2. Menciptakan kesempatan kerja produktif yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat miskin.
3. Memulihkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau masyarakat miskin.
4. Memulihkan kegiatan ekonomi rakyat. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan
berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar diberbagai sektor. Adapun kebijakan pengentasan atau penenggulangan kemiskinan menurut
Sumodiningrat 1998 dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu kebijakan tidak langsung dan kebijakan langsung. Kebijakan tidak langsung meliputi: upaya menciptakan
ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial dan politik; mengendalikan jumlah penduduk; melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok
masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan kebijakan langsung meliputi: pengembangan data dasar base data dalam penentuan kelompok sasaran
targeting; penyediaan untuk kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan; usaha penciptaan kesempatan kerja program
pembangunan wilayah; dan pelayanan perkreditan.
commit to user
Strategi dalam penanggulangan kemiskinan harus dapat memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian nasional, sehingga terjadi
perubahan struktural yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumber daya manusia Sumodiningrat, 1998. Maka
program yang dipilih harus memberdayakan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan perekonomian rakyat. Program ini harus diwujudkan dalam
langkah-langkah strategis untuk perluasan akses masyarakat miskin kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi masyarakat paling bawah untuk
berperan serta dalam proses pembangunan, sehingga mereka diharapkan mampu mengatasi kondisi keterbelakangan. Di samping itu usaha penanggulangan
kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada penetapan garis kemiskinan yang tepat dan pada pemahaman yang jelas mengenai sebab –sebab timbulnya persoalan itu.
Setiap usaha penanggulangan kemiskinan yang kurang memperhatikan kedua hal tersebut tidak hanya cenderung tidak efektif, tetapi dicurigai sebagai retorika belaka
Baswir, 1999 Menurut Soegijoko dkk 1997 dalam penanggulangan kemiskinan terdapat
3tiga pendekatan pemberdayaan masyarakat miskin. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus terarah yaitu berpihak kepada
masyarakat miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan,
artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator,
commit to user
komunikator, dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian. Sedang menurut Sumodiningrat 1999 Arah baru strategi
pembangunan diwujudkan dalam bentuk: 1 upaya pemihakan kepada yang lemah dan pemberdayaan masyarakat; 2 pemantapan otonomi dan desentralisasi, dan 3
modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat. Untuk merealisasi arah baru pelaksanaan pembangunan tersebut, pemerintah perlu
lebih mempertajam fokus pelaksanaan strategi pembangunan yaitu melalui penguatan kelembagaan pembangunan masyarakat maupun birokrasi.
Penguatan kelembagaan pembangunan masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan model pembangunan partisipatif yang bertujuan mengembangkan
kapasitas masyarakat dan kemampuan aparat birokrasi dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan rakyat.
Pembangunan yang
partisipatif mengutamakan
pembangunan yang
dilaksanakan dan dikelola langsung oleh masyarakat lokal. Model ini menekankan pada upaya pengembangan kapasitas masyarakat dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat. Menurut model pembangunan tersebut, dapat dikemukakan bahwa suatu proyek atau program dapat digolongkan ke dalam model pembangunan partisipatif
apabila program tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan, bukan oleh aparat pemerintah. Pemberian kepercayaan kepada masyarakat setempat yang
tidak hanya untuk menyelenggarakan proyek atau program pembangunan, tetapi juga untuk mengelola proyek tersebut akan mendorong masyarakat untuk mengerahkan
segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek atau program tersebut.
commit to user
Pada akhirnya keberdayaan masyarakat menjadi baik sebagai akibat dari meningkatnya kapasitas dan kualitas masyarakat setempat.
Menguatnya kemampuan masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya, merupakan dampak dari semua aktivitas program penanggulangan
kemiskinan. Penguatan masyarakat tersebut dapat dilihat dari: 1 dimensi pemberdayaan masyarakat miskin; 2 dimensi terwujudnya kemandirian masyarakat
miskin; dan 3 dimensi perekonomian rakyat. Yang perlu ditekankan adalah dimensi pemberdayaan masyarakat perlu diarahkan terutama dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial ekonominya. Sedang dimensi kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui asas gotong royong, kebersamaan, keswadayaan dan partisipasi. Adapun
untuk dimensi perekonomian rakyat dapat ditandai dengan tersedianya dana untuk modal usaha guna dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri.
Salah satu bentuk upaya dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah selama ini terutama yang memberikan peluang pada masyarakat miskin
untuk meningkatkan kesejahteraannya adalah melalui pendekatan pemberdayaan keluarga yang mengacu pada UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang pelaksanaannya diatur dalam Inpres nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam
rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Inpres ini menekankan perlunya usaha yang terpadu dan menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
keluarga untuk memberikan kemampuan pada keluarga, terutama keluarga yang masih dalam tahap Pra Sejahtera dan Sejahtera I, agar dapat memanfaatkan berbagai
commit to user
peluang dan dukungan yang ada untuk mengangkat dari ketertinggalan dalam bidang sosial dan ekonomi, sehingga mampu memiliki wawasan, sikap, perilaku, dan nilai-
nilai yang menjunjung tinggi sifat hemat, perencanaan ke depan dan mampu mengumpulkan modal kerja secara mandiri untuk mengembangkan usahanya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan program penanggulangan
kemiskinan yang salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri. Pada PNPM Mandiri dirumuskan kembali upaya penanggulangan
kemiskinan yang melibatkan unsure masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi hingga pelestarian. Ruang lingkup kegiatan
PNPM Mandiri terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi: penyediaan dan perbaikan sarana
prasarana lingkungan pemukiman, social, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah local serta kegiatan ekonomi,
meliputi: penyediaan dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin yang dikelola di tingkat kecamatan oleh lembaga Unit
Pengelola Kegiatan UPK. PNPM Mandiri memberikan satu peluang unik untuk menangani sebagian
dari kendala dalam pemberdayaan perempuan, yang pada akhirnya akan meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan. Persiapan PNPM akan
banyak memanfatkan pengalaman dari pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan PPK dan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP.
commit to user
Kajian dalam penelitian ini menitikberatkan pada implementasi program PNPM terhadap masyarakat pedesaan melalui program PPK.
Program Pengembangan Kecamatan adalah program pemerintah yang bertujuan mengentaskan kemiskinan, memperkuat kelembagaan pemerintah lokal dan
masyarakat, serta memperbaiki tata pemerintahan local. Untuk mencapai tujuan tersebut, program ini memberikan bantuan langsung block grant kepada kecamatan-
kecamatan untuk pembangunan infrastruktur produktif dan investasi sosial ekonomi yang diidentifikasi melalui sebuah proses perencanaan partisipatif. PPK merupakan
program pemerintah yang didanai sebagian dari Bank Dunia, dan sudah berjalan sejak tahun 1998. Program ini mencakup 34233 desa di lebih dari 2.000 kecamatan
termiskin di 252 kabupaten di 30 propinsi. Di samping itu juga diberikan fasilitas kredit dengan cara dan prosedur yang
mudah serta bunga rendah lewat Kredit Usaha Keluarga Sejahtera I alasa ekonomi yang telah memiliki Tabungan Keluarga Sejahtera Takesra dan tergabung dalam
kelompok Usaha Peningkatan Keluarga Sejahtera UPPKS agar mereka dapat mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga.
Adapun tujuan umum program ini adalah untuk membantu keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I alasan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup keluarga
sejahtera melalui kegiatan ekonomi produktif dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Sedang tujuan khususnya adalah sebagai berikut BKKBN, 1997 :
commit to user
1. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin pro-poor. 2. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
3. Merangsang kesadaran, motivasi dan semangat keluarga untuk berwirausaha. 4. Membantu keluarga dalam mendapatkan modal usha dengan syarat ringan,
mudah dan cepat. 5. Mengembangkan kegiatan kemitrausahaan dalam bidang ekonomi.
6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya kucuran dana
PNPM diharapkan dapat menambah modal usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan para anggota kelompok UPPKS.
B. Perumusan Masalah