Evaluasi Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Program Kemitraan Pt.Pegadaian (Persero) Kanwil Ix

(1)

“EVALUASI PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PROGRAM KEMITRAAN PT.PEGADAIAN (PERSERO)

KANWIL IX”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh : Faisal Fahmi 1112054100019

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437H/2016 M


(2)

(3)

(4)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Juli 2015

Faisal Fahmi


(5)

ii

Evaluasi Pelaksaaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada program kemitraan PT.Pegadaian (Persero) Kanwil IX

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama komunitas atau masyarakat baik itu disekitar wilayah operasional perusahaan maupun diluar perusahaan. Program Kemitraan adalah salah satu bentuk implementasi CSR yang dilakukan oleh PT.Pegadaian (Persero) Kanwil IX sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program Kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba perusahaan perusahaan 2%.

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan yang telah dilaksanakan oleh PT.Pegadaian (Persero) Kanwil IX. Tidak hanya melihat bagaimana pelaksanaan tetapi peneliti juga melihat bagaimana hasil evaluasi dari pelaksanaan yang sudah dijalankan oleh PT.Pegadaian (Persero) Kanwil IX yang mana ini bisa melihat sejauh mana pelaksanaan tersebut berjalan sesuai atau tidak dengan prosedur dan menilai tingkat keberhasilan program kemitraan yang dijalankan oleh Pegadaian.

Proses pelaksanaan program kemitraan pada tahun 2015 sudah berjalan dengan baik dan berjalan sesuai dengan SOP yang ada sebagai acuan dalam menjalankan program kemitraan. Tahapan proses yang dijalani seperti pegajuan mitra binaan, analisa data, survei lapangan, analisa hasil survei, pencairan, pelatihan, pendidikan hingga promosi sudah berjalan dengan baik. Tetapi yang masih menjadi kendala dalam hal ini adalah program kemitraan menggunakan analis program kreasi yang mana analis ini berfungsi sebagai orang yang turun ke lapangan atau ke masyarakat, tetapi bukan bertindak sebagai pendamping melainkan tuga fungsi dari analis hanya sebatas survei hingga pencairan saja. Metode yang digunakan dalam proses program kemitraan adalah pengembangan masyarakat. Yang mana pengembangan masyarakat tidak bisa dilepaskan dengan pendampingan, maka keliru apabila Pegadaian menggunakan analis kreasi yang mana tujuan dari dua program tersebut berbeda dan metode yang digunakan juga berbeda. Pegadaian harus fokus lebih mendalam mengenai tujuan jangka panjang dari program kemitraan agar masyarakat mampu merasakan dampak yang begitu berarti dari program kemitraan ini dan proses yang dijalani juga tidak akan mudah, maka dibutuhkan sosok pendamping dalam menjalankan proses kegiatan mitra binaan untuk mengembangkan mitra binaan tidak hanya sekedar memberikan bantuan modal saja melainkan dibekali pelatihan dan pendidikan dari pelaksana tugas yakni Pegadaian.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi, penulisan, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima dengan senang hati.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial. 3. Ibu Siti Napsiyah MSW Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis. 4. Bapak Ismet Firdas, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen–Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah


(7)

iv

6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

8. Kedua Orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Mija Sa’ar dan Ibunda Nety Lisayanti yang telah membesarkan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa, dorongan semangat, dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Kakak-kakak saya yang telah memberikan semangat kepada penulis.

10. Pihak Pegadaian Persero ibu Dian Pudjiastuti selaku kepada Divisi PKBL Pegadaian Kanwil IX dan Bapak harry yang staf PKBL pegadaian yang memberikan izin dan waktu untuk peneliti melihat pelaksanaan PKBL di Pegadaian kanwil IX

11. Teman–Teman Kessos Angkatan 2012, setelah lulus nanti penulis pasti akan merindukan teman–teman dan suasana kelas yang selalu asik.

12. Teman-teman Bina Remaja RW.018 Pondok Benda Pamulang yang sudah mengajarkan proses organisasi komunitas masyarakat yang sudah memberi aksess untuk peneliti menyalurkan apa yang peneliti miliki.

Jakarta, 18 Juli 2016


(8)

v DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar Persyaratan

Lembar Persetujuan Pembingbing Lembar Pegesahan

Abstrak... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar... v

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B.Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah... 7

C.Tujuan Penelitian... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E.Tinjauan Pustaka... 8

F.Metedologi Penelitian... 9

1.Pendekatan Penelitian... 9

2.Jenis Penelitian... 10

3.Subjek dan Objek Penelitian... 10

4.Lokasi dan Waktu Penelitian... 11

5.Teknik Pengambilan Informan ... 11

6.Sumber Data ... 11

7.Teknik Pengumpulan Data... 12

8.Teknik Analisa Data... 13

9.Teknik Keabsahan Data... 13

G.Pedoman Penulisan... 14


(9)

vi

A.Corporate Social Responibility... 16

1.Pengertian Corporate Social Responsibility... 16

2.Model Corporate Social Responsibility... 19

3.Konsep Perseroan dan CSR... 19

4.Implementasi CSR... 23

B.Program Kemitraan... 24

1.Defini Program Kemitraan... 24

2.Ruang Lingkup PK... 25

3.Tujuan PK... 25

4.Landasan Hukum Pelaksanaan PKBL... 26

C.Evaluasi... 28

1.Pengertian Evaluasi... 28

2.Indikator Evaluasi... 29

3.Jenis Evaluasi... 31

4.Ruang Lingkup Evalusi... 34

D.Pengembangan Masyarakat... 35

1.Pengertian Pengembangan Masyarakat... 35

2.Peran Community Worker... 36

E.Praktik Pemberdayaan Ekonomi... 38

BAB III PROFILE LEMBAGA A.Sejarah PT Pegadaian (Persero)... 42

B.Visi,Misi dan Prinsip Good Corporate Governance... 44

1.Visi ... 2.Misi... 53


(10)

vii

3.Good Corporate Governance... 54

C.Logo Perusahaan... 46

D.Sturuktur PT.Pegadaian Kanwil IX... 48

E.Struktur Organisasi PKBL... 48

F.Visi dan Misi Program Kemitraan... 49

G.Ketentuan-ketentuan Program Kemitraan... 49

H.Tahapan Pelaksanaan Program Kemitraan... 51

I.Sumber Dana Program Kemitraan... 57

J.Sasaran Program Kemitraan... 57

K.Pengawasan Program Kemitraan... 58

BAB IV ANALISA DAN TEMUAN LAPANGAN A.Pelaksanaan Program Kemitran dan Bina Lingkungan... 61

B. Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitaan berdasarkan SOP... 81

C.Evaluai antara keterkaitan program kemitraan dengan metode pengembangan masyarakat... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 93

B.Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA... 97


(11)

viii Tabel 1.1 Informan PKBL

Tabel 3.1 Struktur PT.Pegadaian Persero Kanwil

Tabel 3.2 Struktur Organisasi PKBL Kantor Pusat

Tabel 3.3 Struktur Organisasi PKBL Pegadaian Kanwil IX

Tabel 3.4 Tahapan Pelaksanaan Pemberian bantuan PK


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tripple Bottom Lines CSR

Gambar 3.1 Logo PT.Pegadaian Versi Lama


(13)

1

A.Latar Belakang Masalah

Corporate Social Responsibilty (CSR) sudah tidak asing lagi dengan masyarakatkan pada saat ini. Perseroan dipersamakan sebagaimana layaknya manusia yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Abstraksi nilai-nilai inilah yang kemudian diangkat pada tingkat korporasi. Dengan demikian berarti perseroan dihadapkan juga berbagai macam kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan olehnya agar kehidupan perusahaan atau korporasi dan manusia-manusia yang terkait didalamnya dapat terus berlanjut (sustain). Ini berarti dalam suatu Corporate Social Responsibiity terdapat bentuk kerjasama antara perusahaan (tidak hanya perseroan terbatas) dengan segala suatu atau segala hal (Stakeholders) yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan tersebut, termasuk aspek sosial dan lingkungannya, untuk tetap menjamin keberadaan dan keberlangsungan usaha (sustainability) perusahaan tersebut.1

World Business Council for sustainable Development, dalam publikasinya mendefinisikan CSR bahwa “Tanggung jawab Sosial perusahaan merupakan komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada ummnya. Kemudian Internasional Finance Corporation komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomsi yang

1

Gunawan Widjaya,Risiko Hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa CSR (Jakarta:Forum Sahabat,2008),h.8-9).


(14)

2

berkelanjutan bekerja dengan para karyawan, keluarga mereka,masyarakat lokal dan masyarakat pada umumnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Dewasa ini, isu CSR mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah satu pendorongnya adalah perubahan paradigma dunia usaha untuk tidak semata-mata mencari keutungan, tetapi harus pula bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial. Diantaranya, yang lazim dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan kegiatan karatif,filantropis dan menyelenggarakan program pengembangan masyarakat (Community Development).2

Pada hakikatnya perusahaan harus mengurangi penyebab permasalahan yang ada dilingkungan dimana perusahaan tersebut mengembangkan usahanya, mengenai masalah ini masing-masing ahli membuat sistematiika sendiri. Sistematika yang paling tua adalah menurut teori Cina kuno seperti di kemukakan oleh Soekamto dari Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA) Surakarta yang mengatakan bahwa masalah sosial itu bersumber pada beberapa masalah seperti, kemiskinan (poverty), segala macam penyakit (deseases), kebodohan dan ketakhayulan (ignorance), Pengangguran (un-employment), bencana atau kecelakaan (Calamities). Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) dalam hal ini menyatakan bahwasannya upaya untuk mencapai atau mendapatkan kesejahteraan Sosial. Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan, membina, memilihara, memulihkan dan mengembangkan Kesejahteraan Sosial dan upaya tersebut bisa berupa program maupun kegiatan mengenai Kesejahteraan Sosial itu sendiri.3

2

Zaim Saidi dkk,Membangun Kemandirian Berkarya, Potensi dan Pola kedermawanan Serta Penggalannya di Indonesia ( Jakarta:PIRAC,2004),h.2.

3

C. Pramuwito,Pengantar Ilmu Kejahteraan Sosial ( Yogyakarta:Departeman Sosial R.I Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial ,1996), h.32.


(15)

Perkembangan dan motif Corporate Social Responsibility (CSR) sebagaimana dinyatakan oleh Porter dan Kramer (2002), yang menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan adalah pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dengan masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung kepada keadaan lokal dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida anggung jawab sosial perusahaan yang harus difahami sebagai satu kesatuan. karenanya, secara konseptual CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal sengan istilah tripple bottom lines,yaitu 3P.

Gambar 1.1

Trippe bottom Lines CSR 3P

Pada Gambar di atas menunjukan kepedulian yang harus ditanamkan pada pelaksanaan program CSR ada istilah 3P seperti gambar di atas, yaitu Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus berpoperasi dan berkembang. People, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar,

Profit (Keuntungan Perusahaan)

People (Kesejahteraan Manusia/Masyaraka t)

Plannet

(Keberlangsungan Lingkungan Hidup)


(16)

4

pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. Plannet, perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan kelanjutan keberagaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata.4

CSR dalam kaitan islam sangat kental sesuai dengan ayat al-Qur‟an karena pada dasarnya program CSR merupakan program dengan kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan, dikarenakan perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan semata melainkan memberikan tingkat sosial kepada masyarakat. Sesuai dengan surah al-Baqarah 2/177 berikut:5

ْ ْ ّّ ب آ ْ ّر ْ ّ

رْغ ْ قرْش ْ ق ْ ه ج ّ ت ْ أ ّر ْ ْ

رَِْ

ت ْ بْرقْ

هّ ح ع ْ تآ ّ ّن ت ْ ئا ْ

ْب ك ْ

ه ع إ ْ ه ْ عب ف ْ كّ تآ ّص قأ قّر ف ئ ّ ّ

ك أ ق ص ّ ك أ ْأ ْ ح ء ّرّض ء ْأ ْ ف رب ّص

قّت ْ ه

(

711

)

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS:Al Baqarah: 177)”

4

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR, ( Bandung:Alfabeta 2009), h. 107.

5


(17)

Bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada masyarakat. PKBL dilaksanakan dengan dasar Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN serta Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 yang menyatakan maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. PKBL merupakan program pembinaan usaha kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari sebagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2 % dari laba bersih untuk program kemitraan dan maksimal 2 % dari laba bersih untuk Ppogram bina lingkungan. pogram kemitraan BUMN dengan usaha kecil, yang selanjutnya disebut program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program bina lingkungan yang selanjutnya disebut program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Bentuk Program Kemitraan (PK): 1. Pemberian pinjaman untuk modal kerja atau pembelian Aktiva Tetap Produktif 2. Pinjaman khusus bagi UMK yang telah menjadi binaan yang bersifat pinjaman tambahan dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha UMK binaan 3. Program pendampingan dalam rangka peningkatan kapasitas (capacity building) UMK binaan dalam bentuk bantuan pendidikan atau pelatihan, pemagangan, dan promosi.6

6


(18)

6

PT.Pegadaian Persero merupakan sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Latar belakang pendirian PT.Pegadaian adalah untuk mencegah ijon,rentenir, dan pinjaman tidak wajarnya, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan untuk mendukung Pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan sosial. Dengan usia yang sudah menginjak usia 115 tahun, PT.Pegadaian sudah memiliki asam garam dalam menjalankan roda perusahaan dengan maksud untuk membantu warga, dimana seperti sudah dijelaskan latar belakang berdirinya PT.Pegadaian.7

Yang menjadi kunci kerterarikan peneliti melakukan penelitian di Pegadaian Kanwil IX adalah data dengan fakta dilapangan masih sangat berbeda, dengan contoh dana yang tersedia begitu besar tetapi pemanfaatan dana tersebut masih kurang maksimal, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat proses pelaksanaan sehingga data dan fakta dilapangan berbeda seperti contoh Pegadaian Kanwil IX memiliki 52 cabang dan setiap cabang di targetkan dalam setahun mengeluarkan bantuan Rp.60.000.000,00 percabang tetapi data pada tahun 2015 penerima manfaat program PK hanya 10 orang, yang mana ini dirasa masih sangat kurang dalam segi pemanfaatan program kemitraan, sehingga peneliti memberi judul penelitian sebagai berikut “Evaluasi Pelaksanaan

Corporate Social Reponsibility (CSR) Pada Program Kemitraan (PK)

PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX.

7


(19)

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi pelebaran objek pembahasan maka dari itu penulis memfokuskan pada evaluasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Program Kemitraan (PK) PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX pada tahun 2015.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan masalah tersebut, penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a.Bagaimana tahapan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) pada Program Kemitraan (PK) PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX ?

b.Bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) pada Program Kemitraan (PK) PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX ?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan maka tujuan penelitian skirpsi ini adalah:

a.Untuk mengetahui tahapan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) pada Program Kemitraan (PK) PT.Pegadaian (Persero) kantor wilayah IX

b.Untuk mengetahui hasil pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) pada Program Kemitraan (PK) PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX.


(20)

8

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Praktis:

a. Untuk bahan evaluasi PT.Pegadaiann (Persero) Kanwil IX pada pelaksanaan Program Kemitraan (PK)

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan Kesejahteraan Sosial khususnya dibidang industri khususnya mengenai Corporate Social Responsibility.

c. Untuk merubah wawasan umum bagi para pembaca dan khususnya pada pekerja sosial agar mendapat gambaran umum tentang pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (CSR) pada Program Kemitraan (PK) PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX.

2. Manfaat Akademis

Sebagai sarana informasi mahasiswa sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian yang akan melakukan penelitian serupa dan di harapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi perguruan tinggi yang konsen pada studi ilmu sosial khususnya mengenai Corporate Social Responsibility (CSR).

E.Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian Skripsi ini, peneliti melakukan tujuan pustaka sehingga peneliti terinspirasi pada skripsi berjudul “Implentasi Corporate Social Responsibility (CSR) Melaui Program pusat pelatihan dan Pemberdayaan


(21)

Masyarkat PT.Indocement Tunggal Prakarsa TBK di Kabupaten Bogor” oleh Noviyani Muslikhah tahun 2014.

Selain itu, tinjauan pustaka lain yang peneliti gunakan adalah skripsi yang berjudul “Impelentasi Corporate Social Responsibility pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia yang di tulis oleh Fiqih Fauzi.

Tinjauan pustaka lainnya yang peneliti gunakan adalah skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT.Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Jakarta.

Skripsi diatas menjadi dasar penelitian yang dilakukukan oleh penelti dalam menyusun skripsi ini. Namun dibuat beberapa perubahan dan penambahan bagian. Salah satunya mengganti lokasi atau tempat penelitian, serta menambahkan berbagai macam teori. Perubahan ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian dan menjadi tolak ukur untuk membedakan skripi ini dengan penelitian lainnya. E. Metedologi Penelitian

Metode Penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian ini kemudian dibagi menjadi

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang


(22)

10

antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.8

2. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penulisan deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel lain. Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati guna mendapat data-data yang diperlukan, data yang diperlukan adalah berupa kata-kata karena adanya penerapan metode kualitatif. Laporan penelitian akan berisis kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.9. 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah penerimamanfaat program Corporate Social Responsibility pada Program Kemitraan (PK) PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX dan staff PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX

Objek Penelitian ini adalah pelaksanaan Program Corporate Social Responibilitypada Program Kemitraan (PK) di PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX

8

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung; Alfabeta, 2013),h. 8.

9

Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, cet. 3, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 76.


(23)

4. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan di lokasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX Waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan 3 bulan kedepan. 5. Tekhnik Pengambilan Informan

Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara purposive. Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power atau otoritas pada ituasi sosial atau objek yang diteliti. Yang terpenting disini bukan jumlah respondenny melainkan potensi dari setiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari. Tipologi responden penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut:10

Tabel 1.1

Tipologi Informan PKBL PT.Pegadaian (Persero) Kanwil IX

No Nama Pertanyaan Jumlah

1 Kepala Divisi PKBL Pegadaian Kanwil IX

Pelaksanaan PKBL

1 2 Penerima Manfaat Dampak Program

Kemitraan

3

6. Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2 ( dua) sumber data yaitu sumber data primer dan data sekunder yang akan di jelaskan sebagai berikut:

10

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif&kuantilatif Dan R&D,Cet 19,Bandung,Alfabeta,2013,h.293.


(24)

12

a. Data Primer yaitu berupa data yang diperoleh dari sasaran penelitian atau partisipan. Data Primer yang penulis maksud adalah pengamatan yang bersifat partisipatoris artinya dengan wawancara bersama penerimamanfaat program CSR dan staff dari PT.Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah IX tersebut.

b. Data Sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang di ambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,seperti brosur,arsip, dan lain-lain.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data peneliti gunakan adalah sebagai berikut: a. Teknik Wawancara

Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melaui tanya jawab , sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu. 11

b. Teknik Obervasi

Observasi (pengamatan) sebagai teknik pengumpulan data, mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik

11


(25)

pengumpulan data yang lain. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang menjadi sumber data atau yang sedang diamati.12

c. Study Dokumentasi

Dokumen, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya momumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi. Dokumen berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang berbentuk gambar dan lain-lain.

8. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik interactive model yang dikemukakan oleh Miles and Huberman. Teknik analisis data ini meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan lalu diverifikasi.13

9. Teknik Keabsahan data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi

12

Ibid, h. 145.

13


(26)

14

atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas sosial tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Dan teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapati dari obervasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari obervasi.14

F. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan pedoman sesuai dengan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQda tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab yang terdiri sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian (terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pemilihan subyek dan informan, sumber data, teknik analisis data), serta Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori, Bab ini mengemukakan teori Coporate Soial Responsibility, Konsep Piramida Corporate Social Responsibility,

14

Lexy j.meleong,Metodelogi Penelitian Kualitatif,cet 28, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2010), h.83.


(27)

model Corporate Social Responsibility, Manfaat Corporate Social Reponsibiity, Pentingnya Corporate Social Responsibility, Konsep Perseroan dan Corporate Social Responsibility, Implementasi Corporate Social Responsibility, Pengertian PKBL, Ruang Lingkup PKBL, Tujuan PKBL, Landasan Hukum Pelaksanaan PKBL, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pengertian Evaluasi, Tujuan Evaluasi, Indikator Evaluasi, Jenis Evaluasi, Manfaat Evaluasi.

BAB III Gambaran Umum, Deskripsi umum PT.Pegadaian (Persero), sejarah PT Pegadaian (Persero), Visi Misi PT Pegadaian (Persero), Logo Perusahaan PT Pegadaian (Persero), Landasan Hukum PT.Pegadaian (Persero), Struktur PT Pegadaian (Persero) Kanwil IX , Struktur PKBL PT.Pegadaian (Persero) Kanwil IX. Visi Misi Tujuan PKBL,Strategi PKBL.

BAB IV Hasil Penelitian dan Analisis Data, Pada bab ini memuat tentang gambaran program kemitraan dan bina lingkungan PT. Pegadaian (Persero) dan evaluasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.Pegadaian (Persero)

BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran dengan daftarpustaka dan lampiran-lampiran.


(28)

16

BAB II KAJIAN TEORI

A.Corporate Social Responsibilty

1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Ide mengenai Tanggung Jawab Sosial perusaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibilty ( CSR ) kini semakin diterima secara luas. Namun demikian, sebagai sebuah konsep yang masih relatif baru CSR masih tetap kontroversial, bagi kalangan pebisnis maupun akademisi. Kelompok yang menolak mengajukan argumen bahwa perusahaan adalah organisasi pencari laba dan bukan person atau sekedar kumpulan orang seperti halnya dalam organisasi sosial. Bukanlah perusahaan telah membayar pajak kepada negara dan karenanya tanggung jawabanya untuk meningkatkan kesejahteraan publik telah diambil alih pemerintah. Kelompok yang mendukung berpendapat bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pada individu yang terlibat di dalamnya, yakni pemilik dan karwayannya. Karenanya, mereka tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansial bagi perusahaannya saja. Melainkan pula harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap publik, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.15

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) sampai saat ini belum adanya kesatuan bahasa terhadap CSR, namun secara empiris CSR ini telah diterapkan oleh perusahaan dalam berbagai bentuk kegiatan yang didasarkan atas kesukarelaan (Voluntary). CSR tersebut dilakukan dengan motivasi bergamam,

15

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR, ( Bandung:Alfabeta 2009), h. 101.


(29)

17

tergantung pada sudut pandang dan bagaimana memaknai CSR itu sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa rumusan tentang CSR sebagai berikut:16

a. World Business Council for Sustainable Development: Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berprilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi,seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya,serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umunya

b. Internasional Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

c. Institute of Charteted Accountants, England dan Wales: jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberikaan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham.

d. Europe Union: Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

e. CSR Forum menegaskan bahwa CSR merupakan keterbukaan dan transparan dalam dunia bisnis yang didasarkan atas nilai etika dan respek terhadap karyawan,komunitas dan lingkungan

16Busyra Azheri, “Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory”,


(30)

18

Reinhard (2008) and Bénabou & Tirole (2009 adopted a simple standard definition of CSR originally offered by Elhauge (2005) that is: sacrificing profits in the social interest. For there, to be a sacrifice, the firm must go beyond its legal and contractual obligations, on a voluntary basis. CSR thereby embraces a wide range of behaviors, such as being employee friendly, environment friendly, mindful of ethics, respectful of communities where the

firm’s plants are located and even investor friendly,obligations of

businessmen to pursue those policies, to make those decisions, or to follow those lines ofaction which are desirable in terms of the objectives and values of our society (..Mengadopsi definisi standar sederhana CSR awalnya ditawarkan oleh Elhauge (2005) yaitu: mengorbankan keuntungan untuk kepentingan sosial. Karena di sana, menjadi korban, perusahaan harus melampaui kewajiban hukum dan kontraknya, atas dasar sukarela. CSR sehingga mencakup berbagai perilaku, seperti menjadi karyawan yang ramah, ramah lingkungan, sadar etika, menghormati masyarakat di mana tanaman perusahaan berada dan bahkan investor ramah.Kewajiban pengusaha untuk mengejar kebijakan tersebut, untuk membuat keputusan, atau mengikuti garis dari tindakan yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai masyarakat kita)17

Jadi perusahaan harus mau mengorbakan keuntungan perusahaan bukan hanya semata untuk melangsungkan keberlangsungan perusahaan itu saja, melainkan perusahaan harus memiliki rasa peduli terhadap masyarakat dimana masyarakat merupakan tanaman perusahaan untuk mendapatkan keutungan, kegiatan CSR harus didasari sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada di masyarakat agar kegiatan CSR mampu langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan CSR yang sudah dijalankan oleh sebuah perusahaan.

17Muhammad Tariq Khan, “Corporate Social Responsibility (CSR)

- Definition, Concepts and Scope (A Review)”, (Department of Management Sciences University of Haripur, 2012), h.43.


(31)

2. Model Corporate Social Responsibility(CSR)

Menurut Saidi dan Abidin, setidaknya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan di Indonesia:18

a. Keterlibatan langsung perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabar public relation.

b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adposi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan-perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yang didirikan perusahaan diantaranya adalah yayasan Coca cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.

c. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi non-pemerintah, instasi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam megelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial atau organisasi non pemerintah yang bekerjasama dengan perusahaan

18

Fiqih Fauzi “Implementasi Corporate Social Reponsibility Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia”,( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2015).h.33.


(32)

20

dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dan Dompet Dhuafa.

d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah peruahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukung secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakti bersama.

3. Konsep Perseroan dan Corporate Social Reponsibility (CSR)

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas khususnya pasal 1 dinyatakan bahwa “Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta pelaksanaanya.

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.40 Tahun 2007 dijelaskan, perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada didalamnya. Pemilik modal di dalam PT tidak harus memimpin perusahaan,


(33)

karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai syarat lainnya.19

Definisi Perseroan Terbatas dapat terdiri dari unsur-unsur:20 a. Persekutuan

b. Dengan modal perseroan yang tertentu yang dibagi atas saham-saham c. Para persero ikut serta dalam modal itu dengan mengambil atau saham

atau lebih.

d. Melakukan perbutan hukum di bawah mana yang sama dengan tanggung jawab yang semata-mata terbatas pada modal yang mereka setorkan. Hal yang harus diperhatikan bagi para shareholders (pemegang saham) yang hanya memahami bahwa perusahaan adalah badan hukum yang diciptakan demi mewujudkan cita-cita mereka untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada konsep klasik, perusahaan dipandang sebagai organisasi yang diadakan dengan tujuan khusus untuk melayani pemegang saham. Perusahaan memberikan kerja dan menghasilkan barang atau jasa. Akan tetapi semua itu hanya cara untuk meningkatkan kekayaan pemagang saham. Banyak yang berpendapat bahwa kewajiban manajer perusahaan adalah untuk berusaha mencapai keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang saham perusahaan dalam batasan hukum.

Although the concept of corporate social responsibility (CSR) has been advocated for decades and is commonly employed by corporations globally, agreement on how CSR should be defined and implemented remains a contentious debate amongst academia, businesses and society. This gap is problematic for corporations because they are increasingly

19

Penjelasan Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

20Noviani Muslikhah, “

Implementasi Corporatee Social Responsibility ( CSR) Melalui Program Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat PT Indocement Tuggal Prakarsa TBK Di Kabupaten Bogor,”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2014),23.


(34)

22

being required to align with societal norms while generating financial returns. In order to remedy this problem, the following definition is presented: corporate social responsibility is a business system that enables the production and distribution of wealth for the betterment of its stakeholders through the implementation and integration of ethical systems and sustainable management practices...(Meskipun konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) telah menganjurkan selama puluhan tahun dan umumnya digunakan oleh perusahaan-perusahaan global, kesepakatan tentang bagaimana CSR harus didefinisikan dan diimplementasikan tetapi Perdebatan kontroversial antara akademisi, bisnis dan masyarakat. kesenjangan ini adala bermasalah bagi perusahaan karena mereka semakin sering diperlukan untuk menyelaraskandengan norma-norma sosial sementara menghasilkan keuntungan finansial. Dalam rangka untuk memperbaiki inimasalah, definisi berikut disajikan: tanggung jawab sosial perusahaan adalahsistem bisnis yang memungkinkan produksi dan distribusi kekayaan untuk perbaikan pemangku kepentingan melalui implementasi dan integrasi sistem etika dan praktek pengelolaan yang berkelanjutan....)21

Tetapi dalam kenyataannya perusahaan masih menunjukan sikap yang “meremehkan” peranan masyarakat dalam perusahaan dengan dalih bahwa perusahaan hanya mencari keuntungan atau laba saja. Meyikapi kondisi tersebut, dalam dunia usaha muncul berbgai wacana yang berkaitan dengan tanggung jawab usaha yang harus diemban oleh suatu perusahaan. Salah satu wacana yang mucul adalah lahirnya terminologi tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR.22

Pada awalnya CSR hanya bersifat sukarela. Hal ini sejalan dengan pendapat Isa Wahyudi, bahwa meskipun belum ada kesatuan bahasa dalam memaknai CSR, tetapi CSR ini telah diimplementasikan oleh perusahaan dalam berbagai bentuk kegiatan yang didasarkan atau kesukarelaan. Hal inilah yang menjadi masalah karena sifat kesukarelaan ini menjadi peluang perusahaan untuk tidak melaksanakan CSR.

21Richard E. Smith,” Corporate Social Responsibility: A Systems Approach For Soc

ially

Responsible Capitalism” (University of Pennsylvania,2011),h.1.

22 Heru Satyanugraha,”Etika Bisnis Prinsip dan Aplikasi”,(Jakarta:LPFE Universitas


(35)

4.Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Pelaksanaan program CSR adalah pelibatan perusahaan, pemerintah,lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakatserta calon penerima program CSR. Oleh sebab itu, dalam implementasiprogram CSR diperlukan beberapa kondisi yang akan menjaminterlaksananya implementasi program CSR dengan baik. Berikut ini adalahkondisi implementasi CSR:23

Kondisi pertama, implementasi CSR memperoleh persetujuan dandukungan dari para pihak yang terlibat. Sebagai contoh implementasi CSRharus memperoleh persetujuan dan dukungan dari manajemen puncakperusahaan sehingga pelaksanaan CSR didukung sepenuhnya oleh sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi sumber dayafinansial dalam bentuk penyediaan anggaran untuk pelaksanaan CSR,maupun sumber daya manusia yakni para karyawan perusahaan yangditerjunkan perusahaan untuk melaksanakan program CSR.

Kondisi kedua, yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilanimplementasi program CSR adalah diterapkannya pola hubungan (relationship) diantara pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akanmeningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR.

Kondisi ketiga, adalah adanya pengelolaan program yang baik.Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapatkejelasan tujuan program, terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akandigunakan untuk mencapai tujuan program dari para pihak yang terlibatdalam pelaksanaan CSR.

23 Ismail Solihin,” Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability”


(36)

24

The success of CSR is determined by both internal and external factors. Internal factors are economic considerations, culture of the firm including the CEO and employees, and ethical influences; while external factors are compliance with legal requirements and technological influences as well as national culture (Bichta, 2003). Skills possessed by CSR managers are among the internal factors determining the success of CSR practices especially in helping community. Because CSR profession is so new, transferable skills and knowledge from other related specialization such as environmental management, business ethics, community development, and human resource development are valuable (....Keberhasilan CSR ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah pertimbangan ekonomi, budaya perusahaan termasuk CEO dan karyawan, dan pengaruh etika; sedangkan faktor eksternal yang memenuhi persyaratan hukum dan pengaruh teknologi serta budaya nasional (Bichta, 2003). Keterampilan yang dimiliki oleh manajer CSR merupakan salah satu faktor internal yang menentukan keberhasilan dari praktik CSR terutama dalam membantu masyarakat. Karena profesi CSR sangat baru, keterampilan dipindahtangankan dan pengetahuan dari spesialisasi terkait lainnya seperti manajemen lingkungan, etika bisnis, pengembangan masyarakat, dan pengembangan sumber daya manusia yang berharga.”)24

Kegiatan CSR bisa dinilai baik dan berhasil apabila terjadinya perpaduan antara stakeholder dan shareholders untuk bisa merumuskan seseuatu kegiatan yang dimana bisa menjadikan ikatan yang baik antara stakeholder dan shareholders yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya

B. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

1. Definisi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)25

a. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah unit atau organ khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang Direksi.

24

Maimunah Ismail,"Corporate Social Responsibility and its role in community

development an Internasional Perspective.”, (Uluslararası Sosyal Aratırmalar Dergisi The Journal

of International Social Research,2009),h.207.

25

Siti Nurbaya Bakar, Integrasi Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam strategi Perencanaan Ekonomi Nasional (Jakarta:Pusat kajian kebijakan dan hukum Sekertariat Jendral Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,2009),h.19.


(37)

b. Program kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba.

2.Ruang Lingkup PKBL a. Bencana Alam

b. Pendidikan & pelatihan c. Kesehatan

d. Sarana & Prasarana umum e. Sarana ibadah

f. Pelestarian Alam

g. Kegiatan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan

h. Peningkatan kapasitas mitra binaan.

3.Tujuan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

a. Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha.

b. Memajukan usaha kecil agar dapat tumbuh dan berkembang mandiri. c. Membantu permodalan untuk kegiatan operasional atau pembelian

barang-barang modal usaha kecil.

d. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme.

e. Mendorong agar menjadi kuat dan kokoh dalam menghadapi persaingan dan tantangan.

f. Menciptakan keseimbangan ekonomi nasional melalui pemberian usaha kecil.


(38)

26

g. Meningkatkan keterampilan manajemen usaha kecil. h. Membantu pemasaran dan penjualan produk mitra binaan 4. Landasan Hukum Pelaksaan PKBL

a. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.26

b. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER– 20/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang perubahan atasPeraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER– 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang program kemitraan usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan Program bina lingkungan.

c. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER– 05/MBU/2013 tanggal 1 Mei 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER– 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–20/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012. d. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–

07/MBU/2013 tanggal 27 Juni 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER– 505/MBU/2007 tentang program kemitraan Badan Usaha Milik Negara

26


(39)

dengan usaha kecil dan program bina lingkungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER–20/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012 dan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–05/MBU/2013 tanggal 1 Mei 2013.

e. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER 08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

f. Undang–Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan bahwa BUMN mempunyai dua tanggung jawab kepada pemegang saham sebagai shareholder dan masyarakat sebagai stakeholder. Artinya selain mengoptimalkan laba, BUMN juga dituntut turut serta aktif dalam Program Kemitraan (PK) dengan pelaku usaha kecil dan menengah, serta Program Bina Lingkungan (BL).

g. Undang–Undang Nomor 40 tahun 2007 BAB V tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pasal 74 ayat 1 dan 2: Perusahaan/Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.


(40)

28

C. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Penelitian Evaluasi adalah penelitian terapan, yang merupakan cara sistematis untuk mengetahui efektivitas suatu program tindakan kebijakan atau objek lain yang diteliti bila dibandingkan dengan tujuan atau standar yang ditetapkan. Penelitian evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas suatu kebijakan atau program, berdasarkan umpan balik dari orang-orang yang terlibat dalam pelaksaan program tersebut.27

Adapun metode evaluasi yang spesifik adalah penelitian evaluasi, merupakan bagian dari penelitian, penelitian evaluasi dinyatakan oleh Issac and Michael (1982) bahwa ”Evaluation utlizes many of the same methodologies used

in tradisional social research” (evaluasi menggunakan metedologi seperti yang

digunakan dalam penelitian evaluasi, maka data yang diperoleh akan lebih akurat, lengkap, valid, relible dan obyektif.28

Menurut Worthen dan Sanders mendefinisikan evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, juga alternatif stratregi yang diajukan untuk mencapi tujuan yang sudah ditentukan.29

27

Sugiono,” Metode Penelitian Manajemen”,( Bandung:Alfabeta,2014),h.740.

28

Ibid.h.741.

29Suharsimi Arikunto,Cepi Syarifudi Abdul Jabar,”

Evaluasi Program Pendidikan”,(Jakarta:Bumi Aksara,2009),h.1-2.


(41)

2. Indikator Evaluasi

Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbankan. Indikator dibawah ini adalah delapan indikator yang perlu untuk dipertimbankan. Indikator dibawah ini adalah delapan indikator yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan:30

a. Indikator Ketersediaan (Indicators of Avaibility). Indikator ini merupakan apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.Misalnya dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga, maka perlu di cek apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.

b. Indikator Relevansi (Indicators of Relevance). Indikator ini menunjukan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan dimana diperkenalkan kompor teknologi terbaru, tetapi ternyata kompor tersebut lebih banyak menggunakan minyak tanah ataupun kayu dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang relevan untuk diperkenalkan bila dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan.

30

Isbandi Rukminto Adi,” Pemberdayaan,Pengembanan Masyarkat dan Intervesi Komunitas,(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,2001),h.130-132.


(42)

30

c. Indikator Keterjangkauan (Indicators of Accessibilty) . Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam “jangkauan” pihak-pihak yang membutuhkan.Misalnya saja, puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian besar warga desa dapat dengan mudah datang ke puskesmas atau apakah suatu posko bencana alam berada dalam jangkauan korban bencana tersebut

d. Indikator Pemanfaatan (Indicators of Utilisation). Indikator ini melihat banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran.Misalnya saja, seberapa banyak pasangan usia subur yang memanfaatkan layanan jasa puskesmas dalam meningkatkan KB mandiri. Atau berapa banyak anak jalanan yang mengikuti kegiatan baca tulis dari sekian banyak anak jalanan yang belum bisa membaca dan menulis.

e. Indikator Cakupan (Indicators of coverage). Indikator ini menunjukan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang menerima bantuan dana kemanusiaan untuk mengatasi masalah kemiskinan dari sekian banyak orang-orang miskin di suatu desa. f. Indikator Kualitas (Indicators of Quality). Indikator ini

menunjukaan standa kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompk sasaran.Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan


(43)

oleh suatu organisasi pelayanan kemanusiaan (Human Service Organization) sudah memenuhi syarat dalam hal keramahan, keresponsifan, dan sikap empati terhadap klien ataupun kualitas dari tangibles yang ada dalam proyek tersebut

g. Indikator Upaya (Indicators of Efforts). Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah “ditanamkan” dalam rangka mencapai tujuan yang sudah diterapkan. Misalnya, berapa banyak sumber daya manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan dalam membangun sarana transportasi antar desa.

h. Indikator Efiesiensi (Indicators of Effeciency). Indikator ini menunjukan apakah sumberdaya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secar tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumberdaya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya saja, suatu layanan yang bisa dijalankan dengan baik hanya dengan menggunakan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk mempekerjakan 10 tenaga lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini dilakukan maka yang terjadi adalah pengangguran terselubung (underemployment).

3. Jenis Evaluasi

Menurut Daniel stufflebeam pada tahun 1956. Stufflebeam mendefinisian evaluasi sebagai proses melukis (delineating), memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai altefnatif-altefnatif pengambilan keputusan.


(44)

32

Stufflebeam menyatakan jenis evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi dan sistem.

Jenis CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu: Evaluasi Konteks,(Context Evaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation),Evaluasi Proses (Process Evaluation), dan Evaluasi Produk ( Product Evaluation),berikut penjelasan mengenai CIPP:31

a. Evaluasi Konteks. Menurut Daniel Stufflebea, Evaluasi Konteks untuk menjawab pertanyaan Apa yang perlu dilakukan? Evaluasi ini mengindentifikasikan kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunya suatu program.

b. Evaluasi Masukan. Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang dilakukan? Evaluasi ini mengindentifikasikan dan problem, aset, dan peluang untuk membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan,rencana staf dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi cost effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.

c. Evaluasi Proses.Evaluasi proses berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan:Apa program sedang dilaksanakan? evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staff program untuk membantu staf program melaksanakan

31 Wirawan,” Evaluasi Teori,Model,Standar,Aplikasi, dan Profesi “,

( Jakarta: Raja Grafindo,2011),h.92-94.


(45)

aktivitas dan kemudian kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan menginterpretasikan manfaat.

d. Evaluasi Produk. Evaluasi produk diarahkan untuk mencari jawaban pertanyaan: Did it succsed Evaluasi ini berupaya mengindentifikasikan dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk membantu staff menjaga upaya memfokuskan pada mencapai manfaat yang penting dan akhirnya untuk membantu kelompok-kelompok pemakai lebih luas mengukur kesuksesan upaya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.Evaluasi produk terkait dengan evaluasi terhadap hasil yang dicapai dari suatu program. Evaluasi produk atau hasil diarahkan apda evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (recipients). Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakam atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam penelitian produk, ada beberapa pertanyaan yang dapat diajukan, salah satunya antara lain :

1. Seberapa baik program tersebut berjalan?

2. Apakah tujuan pelayanan pada penerima manfaat tercapai pada tingkat sesuai yang diharapkan?


(46)

34

3. Apakah program menghasilkan perubahan pada penerima layanan?32

Berdasarkan pertanyaan tersebut, evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program.

4. Ruang Lingkup Evaluasi

Mengenai ruang lingkup, penulis memfokuskan penelitian hanya pada evaluasi proses, dari ruang lingkup ini akan dijelaskan mengenai poin-poin, yaitu:

a. Evaluasi Proses

Evaluasi Proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Oleh stuffleabeam di usulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses antara lain sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal? 2. Apakah staf yang teribat didalam pelaksanaan program

sanggup menagani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?

3. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan.

32

Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta:PT. Bumi Aksara,2008), h. 3.


(47)

D.Pengembangan Masyarakat

1. Pengertian Pengembangan Masyarakat

Pegembangan masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, Pengambangan masyarakat menunjukan interaksi aktif antara pekerja sosial dan masyarakat dengan mana mereka terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi suatu program pembangunan kesejahteraan sosial.33

Pengembangan masyarakat dapat di definisikan sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas layanan hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. PM memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengindentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. PM sering sekali diimplementasikan dalam bentuk (a) Proyek-proyek PKS yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan yang memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab.

33

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:PT.Refika Aditama,2005),h.57.


(48)

36

2.Peran dan Keterampilan yang dibutuhkan Community Worker dalam Intervensi Komunitas

Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam pembahasan intervensi makro atau community work ini adalah peran apa yang dapat dimainkan oleh community worker dalam suatu komunitas, yang tentuya akan sangat terkait dengan model intervensi yang digunakan oleh community worker tersebut. Berikut peran yang dapat dikembangkan oleh community worker yaitu:34

a. Fasilitator

Dalam literatur pekerjaan sosial “fasilitator” sering disebut sebagai

35“pemungkin”.

Keduanya bahkan sering diperuntukan satu sama lain. Definisi fasilitator adalah sebagai tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menagani tekanan situasional atau tradisional. Strategi khusus untuk mendapatkan hasil pencapaian yang maksimal meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan, ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorong kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial, pemilihan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya. Acuan tugas untuk dapat dilakukan oleh pekerja sosial adalah:

a. Mendefinisikan keanggotaan atau siapa yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan

b. Mendefinisikan tujuan keterlibatan.

34

Isbandi Rukminto Adi,” Pemberdayaan,Pengembanan Masyarkat dan Intervesi Komunitas edisi revisi ,(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,2003),h.89.

35

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:PT.Refika Aditama,2005),h.98.


(49)

c. Mendorong komunikasi dan relasi, serta menghargai pengalaman dan perbedaan-perbedaan.

d. Mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dipecahkan. b. Pendidik (Educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapakan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahag. Disamping itu ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang dibicarakan. Dalam kaitannya dengan hal ini, seorang community worker tidak jarang harus menghubungi rekan dari profesi lain untuk menguasai informasi yang akan disampaikan.36

Aspek lain yang terkait dengan peran ini adalah keharusan bagi seorang community worker untuk selalu belajar. Karena begitu seorang community worker merasa sudah tidak perlu belajar kembali menganai topik yang akan dibicarakan, maka ia mungkin akan terjebak untuk menyampaikan pandangan yang kurang menjawab tantangan ataupun masalah yang muncul pada waktu itu.

c. Representatif ( advocat)

Peran sebagai advocat dalam community worker dicangkok dari profesi hukum. Peran advoccat pada satu sisi berpijak pada tradisi pembaharuan sosial, dan pada sisi lainnya berpijak pada tradisi pelayanan sosial. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah. Dimana community

36

Isbandi Rukminto Adi,” Pemberdayaan,Pengembanan Masyarkat dan Intervesi Komunitas edisi revisi ,(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,2003),h.91.


(50)

38

workermenjalankan fungsi adovokasinya atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bahan ataupun layanan, tetapi institusi yang „seharusnya‟memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan (bersifat negatif atau menolak tuntutan warga). Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community worker tidak jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok profesional ataupun kelompok elite tertentu, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Tekhnis

Menghubungi segala peran dengan tekhnologi yang mana, di era saat ini segala macam persoalan mampu diselesaikan dengan bantuan tekhnologi.

E.Praktik Pemberdayaan Ekonomi

Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, seperti telah dibahas di depan, sekarang kita akan melihat, bagaimana konsep ini dipraktikan. Dari berbagai program dan atau proyek pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, sebagai berikut:37

1. Bantuan Modal

Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat tuna daya adalah permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro, kecil, dan menengah, merupakan salah satu penyebab lambannya laju perkembangan usaha dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Faktor modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya usaha-usaha baru

37Mardi Yatmo Hutomo, “

Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:Tinjauan


(51)

di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu tidak salah, kalau dalam pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, pemecahan dalam aspek modal ini penting dan memang harus dilakukan. Ada dua hal yang perlu kita cermati bersama.

Pertama, bahwa lemahnya ekonomi masyarakat tunadaya ini bukan hanya

terjadi pada masyarakat yang memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga masyarakat yang tidak memiliki faktor produksi, atau masyarakat yang pendapatannya hanya dari upah/gaji. Karena tidak mungkin semua anggota masyarakat tunadaya dapat dan memiliki talenta untuk dijadikan pengusaha, maka bantuan modal tidak akan dapat menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat pekerja. Dalam praktik pemberdayaan ekonomi masyarakat, tampaknya pemberdayaan untuk masyarakat pekerja ini perlu dipikirkan bersama.Kedua, yang perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini adalah: (1) bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan masyarakat; (2) bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan; (3) bagaimana skema penggunaan atau kebijakan pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten atau ekonomi kere. Tiga hal ini penting untuk dipecahkan bersama. Inti pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat.

Pemberian hibah modal kepada masyarakat, selain kurang mendidik masyarakat untuk bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, juga akan dapat mendistorsi pasar uang. Oleh sebab itu, cara yang cukup elegan dalam memfasilitasi pemecahan masalah permodalan untuk usaha mikro, usaha kecil,


(52)

40

dan usaha menengah, adalah dengan menjamin kredit mereka di lembaga kuangan yang ada, dan atau memberi subsidi bunga atas pinjaman mereka di lembaga keuangan. Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi wahana bagi mereka untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman.

2. Bantuan Pembangunan Prasarana Usaha

Mendorong produktivitas dan mendorong tumbuhnya usaha, tidak akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak dapat dipasarkan, atau kalaupun dapat dijual tetapi dengan harga yang amat rendah. Oleh sebab, itu komponen penting dalam usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi adalah pembangunan prasarana produksi dan pemasaran. Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.

3. Bantuan Pendampingan Pendampingan masyarakat

Tunadaya memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun usaha menengah dengan usaha besar. Yang perlu dipikirkan bersama adalah mengenai siapa yang paling


(53)

efektif menjadi pendamping masyarakat. Oleh sebab itu, untuk menjamin keberlanjutan pendampingan, sudah saatnya untuk dipikirkan pendamping insitu, bukan pendamping eksitu yang sifatnya sementara. Sebab proses pemberdayaan bukan proses satu dua tahun, tetapi proses puluhan tahun.


(54)

42

BAB III

PROFILE PT.PEGADAIAN (PERSERO)

A.Sejarah PT.Pengadaian (Persero)

Sejarah Pegadaian dimulai pada saat pemerintah penjajahan Belanda (VOC) mendirikan Bank Van Leening, yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Lembaga ini pertama kali didirikan di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746. Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda (1811), Bank Van Leening dibubarkan, dan kepada masyarakat diberi keleluasaan untuk mendirikan usaha Pegadaian dengan mendapat lisensi dari pemerintah di daerah setempat. Metode ini dikenal dengan liecentie stelsel. Dalam perjalanannya, metode tersebut banyak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Banyak pemegang lisensi menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang tidak saja membebani masyarakat, tapi juga dipandang kurang menguntungkan bagi pemerintah berkuasa. 38

Sehingga akhirnya metode liecentie stelsel diubah menjadi metode pacth stelsel, yaitu pendirian Pegadaian diberikan kepada umum yang mampu membayarkan pajak yang tinggi kepada pemerintah. Pada saat Belanda berkuasa kembali, metode pacth stelsel tetap dipertahankan. Namun menimbulkan dampak yang sama, di mana pemegang hak ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menerapkan metode baru yang disebut dengan cultuur stelsel, di mana kegiatan

38


(55)

43

Pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli pemerintah dan tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi Jawa Barat. Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Pegadaian. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Kantor pusat jawatan Pegadaian yang terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang dan kantor pusat jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun struktur organisasi jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa Jepang disebut Sitji Eigeikyuku, Pimpinan jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang yang bernama Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M. Saubari.

Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, kantor jawatan Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar Kebumen karena situasi perang yang kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua memaksa kantor jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan Kantor jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP.No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP.No.10/1990 (yang diperbaharui dengan


(56)

44

PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Hingga pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011, bentuk badan hukum Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

B. Visi, Misi dan Prinsip Good Corporate Governance

1. VISI

Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik untuk masyarakat menengah kebawah.39

2. MISI

a. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

b. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat.

c. Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya perusahaan.

3.Good Corporate Governance (GCG)

Menyadari bahwa penerapan GCG secara sistematis dan konsisten merupakan kebutuhan yang harus dilaksanakan. Penerapan GCG pada Perseroan

39


(57)

diharapkan dapat memacu perkembangan bisnis, akuntabilitas serta mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang tanpa mengabaikan kepentingan stakeholderslainnya.Good Corporate Governance Perseroan ini merupakan penjabaran dari kaidah-kaidah Good Corporate Governance, Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Regulasi di bidang pasar modal, anggaran dasar perseroan, Visi dan Misi Perseroan serta praktik-praktik terbaik dalam Good Corporate Governance.

Pelaksanaan GCG yang baik membutuhkan check and balance pada setiap proses bisnis di tiap level maupun fungsi, sehingga pengelolaan Perseroan yang berdasarkan prinsip-prinsip GCG dapat terwujud dan dengan peraturan ini mampu mendorong insan Perseroan untuk mencapai visi,misi dan tujuan Perseroan.Implementasi Panduan GCG dilaksanakan secara konsisten dengan didukung adanya laporan dari masing-masing unit kerja secara berkala mengenai implementasi panduan dan dikaitkan dengan sistem reward and punishment yang dikembangkan oleh perseroan bagi satuan kerja maupun individu karyawan.SPI melakukan pemantauan atas tindak lanjut penerapan GCG di Perseroan dan memberikan usulan perubahan atau revisi atas panduan Good Corporate Governance ini kepada Direksi dan tembusan kepada Dewan Komisaris.

Perseroan memberikan kesempatan kepada insan perseroan dan stakeholder lainnya untuk dapat menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap panduan Good Corporate Governance kepada satuan kerja


(58)

46

atau tim yang ditunjuk perseroan melalui surat, kotak pengaduan atau media lainnya yang disediakan oleh perseroan untuk kepentingan pelaporan pelanggaran. Penyediaan media tersebut dimaksudkan untuk menyampaikan dugaan pelanggaran terhadap panduan Good Corporate Governance dan bukan untuk menyampaikan keluhan pribadi pelapor.Setiap identitas pelapor harus disebutkan secara jelas. Perseroan akan memberikan perlindungan bagi pelapor. Perseroan mengembangkan sistem pelaporan pelanggaran (Whistleblowing system).

C. Logo Perusahaan

Harus kemanakah masyarakat ketika membutuhkan pinjaman? Pegadaian mungkin salah satunya. Ya, selama ini Pegadaian telah menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat yang memerlukan kredit dengan jalan menggadaikan barangnya sebagai jaminan.Usaha gadai di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda, pada masa pemerintahan VOC dengan didirikannya Bank van Leening - lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Usaha gadai tersebut dalam perkembangannya mengalami berbagai perubahan bentuk usaha. Pada tahun 1901, tepatnya tanggal 1 April, berdirilah Pegadaian Negara pertama di Sukabumi, Jawa Barat. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem “cultuur stelsel” yang berarti pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Sejak saat itu, setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun Pegadaian.40

40


(59)

Gambar 3.1

Logo PT.Pegadaian (Persero) versi lama

Tepat pada ulang tahunnya yang ke-112, Pegadaian meluncurkan logo baru yang lebih dinamis dan modern. Logo baru Pegadaian masih mempertahankan simbol lama, yaitu timbangan. Bedanya, kali ini logo baru menampilkan simbol tiga lingkaran yang saling bersinggungan.Logo baru itu, mengisahkan proses perjalanan Pegadaian sebagai sebuah institusi mulai dari sejarah berdiri, perkembangan hingga transformasi menjadi solusi keuangan yang berpegang pada nilai kolaborasi, transparansi dan kepercayaan.Simbol tiga lingkaran yang bersinggungan mewakili tiga layanan utama, yaitu: Pembiayaan Gadai dan Mikro, Emas dan Aneka Jasa. Simbol timbangan merepresentasikan keadilan dan kejujuran.Hampir sama dengan logo lama, warna hijau tetap menjadi pilihan utama, bedanya logo baru menggunakan warna hijau yang lebih variatif. Warna hijau melambangan keteduhan, senantiasa tumbuh berkembang melindungi dan membantu masyarakat.

Kali ini, logo baru menampilkan perpaduan huruf besar di awal dan huruf kecil. dibandingkan logo lama, kali ini tipografi berkesan lebih ringan, sesuai dengan maknanya, yaitu; rendah hati, tulus dan ramah dalam melayani. Tagline “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah” yang telah populer di masyarakat masih tetap dipertahankan.


(1)

2.Mengapa hal ini bisa terjadi dalam proses analisa hasil survei?

Saya tidak tahu mas karena saya tidak pernah merasakan, mungkin dibalik semua itu ada alasan tertentu sih mas dan semuanya harus menerima proses yang ada.

Tahap Pencarian dana

1.Berapa lama proses Anda mulai dsri pengajuan hingga pencarian dana?

Proses demi proses sudah saya jalani dan untuk berapa lama waktu pengajuan hingga pencairan saya lupa berapa lamanya, tetapi keseluruhan saya merasakan kemudahan sih, kuncinya pegajuan dan realita dilapangan itu benar adanya dan semuanya sudah saya usaha penuhi syaratnya.

2.Dalam bentuk apa Anda mendapatkan bantuan?

Saya dalam bentuk cek mas dan kemudian saya cairkan cek tersebut di bank.

Pelatihan

1.Selama Anda menjadi mitra binaan apakah Anda pernah ikut dalam pelatihan? Sepertinya saya tidak pernah ikut mas atau saya lupa saya tidak tahu mas, tapi sih pernah dengar ada informasi mengenai kegiatan tersebut.

2. Dan pelatihan seperti apa jika Anda pernah ikut dalam pelatihan?

Karena saya tidak ikut jadi saya tidak tahu pasti mas kegiatan tersebut. 3. Apakah pelatihan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan?

Mungkin sesuai kebutuhan mas kan usaha juga harus banyak belajar supaya sukses usahanya.

Pendidakan

1.Apakah Anda pernah ikut pendidikan mengenai manajemen usaha oleh pegadaian?


(2)

2.apakah pendidikan itu sudah sesuai dengan kebutuhan Anda?

Pasti tujuannya untuk usaha jadi sangat sesuai kebutuhan pastinya.

3. Apabila tidak pernah ada pendidikan apakah Anda sebagai mitra binaan ingin adanya pendidikan?

Mungkin kegiatan ini diperlukan guna meningkatkan mitra binaan dalam menjalankan usaha mereka ilmu baru untuk usaha, itu akan sangat baik mas.

4.Apakah ada pendampingan dari pegadaian untuk mengontrol kegiatan usaha anda?

Sepertinya tidak ada deh mas saya tidak pernah menmui itu, paling hanya sebatas survei lokasi saja setelah pencairan

Promosi

1.Apakah pegadaian pernah memberikan fasilitas untuk memperkenalkan usaha anda?

Saya kan bergerak diluar usaha kreatif ya mas dan saya tidak pernah ikut dalam pamerah gitu sih mas, karena saya tahu saya usahanya tidak dalam bidang usaha kreatif.


(3)

Dokumentasi (Foto-Foto Penelitian)

Wawancara dan observasi mitra binaan (PK) wawancara dan obervasi mitra binaan (PK)

Wawancara dan observasi mitra binaan (PK)


(4)

Foto bersama Kepala Divisi PKBL Pegadaian Kanwil IX Ibu Dian Pudjiastuti


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

10 119 140

Pengaruh Publikasi Program Corporate Social Responsibility Dalam Periklanan Terhadap Peningkatan Minat Beli Konsumen Pada Produk Air Mineral Aqua

1 70 100

Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)

2 59 95

Bentuk Program Corporate Social Responsibility Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

6 71 112

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebouy Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU.

2 52 88

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan II Dumai (Studi Deskriptif: Penerima Program CSR Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Dumai).

13 105 123

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility ( Studi pada PT. Jamsostek Kantor Wilayah I Sumatera Utara )

1 34 150

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Reponsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty The Body Shop Pada Pegawai PT. Indosat Cabang Medan

1 30 64

Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusahaan(Studi Kasus Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum Terhadap Peningkatan Citra Positif Perusahaan PT Djarum pada Mahasiswa US

4 66 121

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140