Karakteristik Intrinsik dari Anestetik

10 Kejadian agitasi lebih besar pada anak yang diberi anestesi dengan sevoflurane dibandingkan dengan anak yang diberi anestesi dengan halotan. Sevoflurane dapat mempredisposisi pasien tertentu ke paranoid. Faktor-faktor yang menyebabkan agitasi pada anak ini di antaranya adalah usia, obat inhalasi, perilaku sebelum operasi, cemas, peranan orang tua saat bangun dari anestesi, obat-obatan tambahan, nyeri dan jenis operasi. 3,25,26

2.1.1 Etiologi

Etiologi terjadinya agitasi belum dapat diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa hal yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya agitasi.

2.1.1.1 Faktor Yang Berhubungan Dengan Anestesi a. Pulih sadar yang cepat

Agitasi paska anestesi terlihat lebih sering terjadi pada anestesi inhalasi yang baru, solubilitas lebih rendah seperti desflurane dan sevoflurane. Ada satu postulasi yang menyatakan bahwa pulih sadar yang cepat setelah penggunaan anestesi inhalasi dengan solubilitas rendah menginisiasi terjadinya agitasi paska anestesi di mana pasien anak biasanya tidak mengenali lingkungan sekitarnya sehingga terjadi perubahan perilaku yang agresif. Anak yang sudah besar dan dewasa dapat berorientasi terhadap perubahan lingkungan dengan baik, namun anak yang belum memasuki usia sekolah preschool-aged lebih rentan terhadap stress dalam menghadapi perubahan lingkungan, cenderung menjadi agitasi dan delirium. 25,26

b. Karakteristik Intrinsik dari Anestetik

Banyak peneliti mendokumentasikan bahwa agitasidelirium paska anestesi setelah sevoflurane lebih banyak daripada paska anestesi dengan halotan. Sangat sedikit studi yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara ke dua agen inhalasi tersebut. 25 Beberapa peneliti berpendapat ada 2 karakteristik unik dari sevofluran yang mampu menimbulkan agitasi paska anestesi. Yang pertama, sevoflurane Universitas Sumatera Utara 11 memberikan efek samping yang mengiritasi susunan syaraf pusat. Yang kedua, walaupun produk degradasi sevoflurane tidak menimbulkan kerusakan organ, namun masih sangat sedikit data yang memperlihatkan interaksi obat dengan medikasi lainnya. Aktivitas gelombang epilepsi telah dilaporkan terdapat pada pasien yang menghirup sevoflurane. Namun kasus yang terjadi masih sangat sedikit dan sporadik. 25,27,28 Agitasi paska anestesi tidak hanya terdapat pada sevoflurane dan desflurane namun juga isoflurane walaupun dengan jumlah yang lebih sedikit. Anak yang mendapat anestesi inhalasi dengan sevofluraneisoflurane untuk induksi maupun rumatan akan mendapatkan kemungkinan terjadinya agitasi paska anestesi 2 kali lipat daripada menggunakan anestesi regimen lain. Dengan pertimbangan adanya perubahan gelombang EEG yang diakibatkan sevoflurane yang mirip dengan gelombang EEG yang diakibatkan isoflurane dan desflurane, namun berbeda dengan gelombang EEG yang diperlihatkan oleh halothan. Oleh karena itu agitasi paska pulih sadar ini mungkin berhubungan dengan efek CNS yang mirip di antara ketiga agen inhalasi ini dan dapat mempengaruhi aktivitas otak dengan mengganggu keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi sinaps di susunan syaraf pusat. 25

2.1.1.2 Faktor Yang Berhubungan Dengan Pembedahan a. Nyeri

Nyeri paska operasi menjadi variabel yang penting dalam menilai perubahan perilaku agitasi paska anestesi, apalagi pada operasi singkat di mana masa puncak kerja dari analgetik itu belum tercapai hingga anak bangun dari anestesi. 25 Agitasi paska anestesi diobservasi pada tindakan yang menimbulkan nyeri maupunyang tidak. Weldon et al meneliti 80 anak yang dipremedikasi dengan diazepam per oral umur 12 bulan hingga 6 tahun yang menjalani operasi hernia inguinal, di mana pasien sudah mendapatkan analgetik paska operasi dengan anestesi kaudal. 5 menit setelah kedatangan pasien di ruang pemulihan, agitasi terlihat lebih sering timbul pada anak yang dianestesi dengan sevoflurane daripada Universitas Sumatera Utara 12 halothan. Insidensi agitasi yang lebih tinggi juga terlihat pada pasien yang mendapatkan anestesi sevoflurane untuk intervensi tanpa nyeri, seperti pemeriksaan radiologis magnetic resonance imaging MRI dan pemeriksaan mata. Sebaliknya, untuk prosedur yang sama pasien anak yang dianestesi dengan propofol dan halotan ternyata tidak mengakibatkan agitasi. Penemuan ini yang memperlihatkan bahwa agitasi paska anestesi adalah hal yang terpisah dari rasa nyeri. 2,25

b. Jenis operasi

Dokumen yang terkait

Perbandingan Tramadol 0.5 Dan 1 Mg/Kgbb Iv Dalam Mencegah Menggigil Dengan Efek Samping Yang Minimal Pada Anestesi Spinal

0 51 87

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 15

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

1 1 2

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 7

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 21

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 3

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

1 2 15

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

0 0 8

PERBANDINGAN KETAMINE 0.5 mgkgBBIV DAN PROPOFOL 1 mgkgBBIV UNTUK MENCEGAH AGITASI PASKA ANESTESI SEVOFLURANE PADA PASIEN PEDIATRI DENGAN GENERAL ANESTESIA

0 0 15