2.2.5.3 Ciri-ciri Supervisi Klinis
Supervisi klinis berbeda dengan supervisi yang lain, oleh sebab itu super- visi klinis yang baik mempunyai ciri-ciri, menurut Sehertian, 2000: 38-39
bahwa ciri supervisi klinis adalah : a.
Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah, tetapi tercipta hubungan manusiawi.
b. Supervisi timbul dari harapan dan dorongan guru pembimbing sendiri.
c. Tingkah laku melakukan kegiatanmengajar merupakan satuan yang
terintergrasi, maka harus di analisis. d.
Suasana dalam supervisi harus penuh dengan kehangatan, kedekatan dan keterbukaan.
e. Aspek yang disupervisi tidak hanya keterampilan melaksanakan tugas
tetapi juga aspek kepribadian. f.
Instrumen Observasi yang digunakan merupakan hasil kesepakatan antara kepala sekolah dengan guru pembimbing.
g. Balikan harus cepat diberikan dan harus obyektif.
h. Percakapan balikan harus datang dari guru pembimbing lebih dulu bukan
dari kepala sekolah.
2.2.5.4 Prinsip – prinsip supervisi klinis
Dalam melakukan supervisi klinis kepala sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip yang ada agar pelaksanaan supervisi dapat berjalan sesuai dengan
harapan, Adapun prinsip supervisi klinis menurut Sahertian, 2000: 39 meliputi : a.
Supervisi dilaksanakan berdasarkan inisiatif dari guru pembimbing b.
Hubungan manusiawi bersifat interaktif dan rasa kesejawatan c.
Suasana bebas, guru pembimbing bebas untuk mengemukakan pandangan nya, kepala sekolah berusaha untuk memahami apa yang diharapkan oleh
guru pembimbing d.
Obyek kajian adalah kebutuhan profesional yang nyata dialami oleh guru pembimbing
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur spesifik yang harus diperbaiki.
Supervisi klinis dalam supervisi bimbingan konseling ini menggunakan pendekatan kolaboratif, sebab dengan pendekatan kolaboratif dapat mening-
katkan hubungan antara kepala sekolah dengan guru pembimbing. Seperti yang diungkapkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum 1993: 6 “ Untuk
mencapai hasil yang memuaskan dalam pelaksanaan supervisi klinis diterapkan pendekatan yang kolaboratif, yang memberi warna kemitraan antara supervisor
dan orang yang disupervisi”. Adapun ciri pendekatan kolaboratif dalam supervisi klinis menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum 1993: 9 yaitu :
a. Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja
b. Kedua belah pihak berbagi kepakaran
c. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan inkuiri, yakni saya
mencoba memahami apa yang dilakukan oleh orang yang saya amati d.
Diskusi sebagai langkah lanjut dari pengamatan bersifat terbuka atau fleksibel dan jelas tujuannya.
e. Tujuan supervisi adalah membantu guru pembimbing berkembang
menjadi guru pembimbing yang profesional melalui kegiatan yang reflektif.
2.2.5.5 Pelaksanaan dalam supervisi klinis 2.2.5.5.1 Pertemuan awal