41 8
Guru menyamakan persepsi siswa dengan tanya jawab hal-hal yang belum dipahami siswa.
C. Kajian Mengenai Karakteristik Anak Kelas III SD
Usia sekolah dasar di Indonesia dimulai dari usia 7 sampai usia 12 tahun. Anak SD merupakan anak pada usia akhir kanak-kanak yang ditandai dengan
perkembangan pada semua bidang baik fisik motorik, kognitif, bahasa, emosi, sosial dll. Ciri-ciri anak pada masa kanak-kanak akhir yaitu: a pertumbuhan fisik
bertambah secara stabil dan aktif bergerak; b berkurang rasa egonya, menerima pendapat orang lain, pembicaraan lebih ditujukan kepada orang lain; c
perbendaharaan kata bertambah dan senang membaca; d anak mulai memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat; e anak belajar
mengendalikan emosi yang kurang dapat diterima contoh: marah, menyakiti perasaan teman, ketakutan; f anak cenderung menyukai permainan kelompok
karena memberikan anak kesempatan berinteraksi dan bertenggang rasa dengan sesama teman Izzaty, Suardiman, Purwandari, dkk, 2013: 117-119.
Untuk perkembangan bidang kognitifnya menurut Piaget dalam Izzaty, Suardiman, Purwandari, dkk 2013: 104, anak berada dalam tahap operasi
konkret dalam berpikir. Pada tahapan ini anak mampu berpikir logis, tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Anak berpikir secara induktif, yaitu
dimulai dari observasi seputar gejala atau hal-hal yang bersifat khusus dari sekelompok masyarakat, binatang, objek, kejadian, kemudian menarik kesimpulan
Piaget dalam Izzaty, Suardiman, Purwandari, dkk, 2013: 105. Selain itu, perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Syamsu Yusuf dan Sugandhi
42 2014: 61 ditandai dengan kemampuan: a mengklasifikasikan benda-benda
berdasarkan ciri
yang sama;
b menyusun
atau mengasosiasikan
menghubungkan atau menghitung angka atau bilangan; dan c memecahkan masalah yang sederhana.
Piaget dalam Trianto, 2011: 29 memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka. Anak kelas III berusia sekitar 9-11 tahun sehingga siswa kelas III termasuk dalam tahap
operasional konkret. Pada usia tersebut, anak berada pada proses pembelajaran yang berlangsung
pada suatu program pendidikan. Menurut teori Bruner yang disebut free discovery learning berbunyi bahwa proses belajar akan berjalan dengan efektif dan efisien
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ditemui dalam
kehidupannya. Dijelaskan lebih lanjut oleh Bruner dalam Budiningsih 2005: 41 bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui 3 tahap, yaitu: enaktif,
ikonik, dan simbolik. a.
Tahap enaktif, tahap dimana orang melakukan aktivitas-aktivitas untuk memahami lingkungan sekitarnya. Aktivitas yang dilakukan anak yaitu
menggunakan pengetahuan motorik seperti gigitan, sentuhan, pegangan, dll. b.
Tahap ikonik, tahap dimana seseorang memahami objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
43 c.
Tahap simbolik, tahap dimana seseorang telah memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan
logika. Anak belajar memahami dunia sekitarnya melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dll.
Semakin anak matang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Namun bukan berarti anak tersebut tidak menggunakan sistem enaktif
dan ikoniknya. Penggunaan media merupakan bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar. Setiap anak dapat berbeda dalam melalui
tahapan yang ada. Guru juga harus memahami bahwa anak berada pada tahapan yang berbeda dengan orang dewasa. Maka dari itu urutan bahan pembelajaran dan
metode pembelajaran perlu diperhatikan. Berdasarkan tahap perkembangan anak tersebut, proses pembelajaran
sebaiknya sesuai dengan perkembangan siswa dan memiliki karakteristik ideal sebagai berikut Syamsu Yusuf Sugandhi 2014: 69-76.
a. Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pertanyaan, memberikan komentar terkait materi pelajaran atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya sehingga siswa dapat mengidentifikasi,
membedakan, dan mengingat materi. b.
Pembelajaran dirancang untuk menambah perbendaharaan kata dan menyusun kalimat.
c. Melaksanakan tugas kelompok yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas
yang membutuhkan pikiran.
44 d.
Guru menciptakan iklim belajar yang menyenangkan dan kondusif untuk membangun emosi positif.
e. Menyusun kegiatan yang fleksibel, tidak kaku, dan memperhatikan perbedaan
individual anak. Proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan siswa, maka
dari itu diperlukan dukungan sekolah untuk mewujudkannya. Sekolah menyediakan lingkungan belajar yang mendukung siswa melakukan berbagai
kegiatan untuk membangun pemahaman melalui pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungannya. Dengan adanya lingkungan yang mendukung
pembelajaran melalui pengadaan media yang konkret akan membantu dalam mencapai tujuan.
Pengembangan media yang dilakukan mempertimbangkan karakteristik siswa SD kelas III. Salah satunya yaitu dengan menggunakan media kartu
pekerjaan yang dapat dimainkan secara berkelompok. Permainan didesain dengan harapan siswa juga berdiskusi dengan teman satu kelompoknya karena siswa kelas
III mulai dibiasakan untuk menerima pendapat orang lain. Penelitian ini juga memperhatikan anak yang berada pada tahapan operasional konkret. Kartu
pekerjaan menyajikan 40 contoh jenis-jenis pekerjaan yang ada di sekitar sehingga anak dapat menyimpulkan konsep pekerjaan dari contoh-contoh yang
ada. Selain itu kartu yang terdiri dari gambar akan memudahkan siswa memahami jenis pekerjaan dan kalimat penjelasnya akan memperkaya kosa kata siswa terkait
pekerjaan.
45
D. Kajian Mengenai Model Pengembangan