1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel hambatan berpindah switching barrier yang terdiri dari nilai-nilai
ekonomis, psikologis, sosial, dan fungsional terhadap loyalitas pelanggan handphone Nokia pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis, bagi pihak perusahaan dan juga bagi pihak lainnya. Adapun manfaat yang
diharapkan adalah : a.
Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi perusahaan di dalam usaha pemasaran
produknya, sehingga dapat memperhatikan faktor-faktor yang dimiliki oleh produk yang mereka tawarkan.
b. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis menerapkan teori- teori yang diperoleh selama di bangku kuliah serta memperluas wawasan
penulis mengenai hambatan berpindah switching barrier, loyalitas pelanggan dan juga tentang Manajemen Pemasaran
c. Bagi Pihak Lainya
Penelitian ini kiranya dapat memberikan masukan atau sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian di masa yang akan
data
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk
Produk menurut Kotler dan Amstrong 2001:346 adalah : “A product as anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or
consumption and that might satisfy a want or need”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen Menurut Lupiyoadi 2001:59 Produk adalah keseluruhan konsep atau
proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen, dan yang perlu diperhatikan konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi
membeli benefit dan value dari produk tersebut yang disebut “ the offer” Menurut Keegan 2005:76 “Produk dapat didefinisikan sebagai atribut
fisik, psikologis, servis, dan simbolis yang secara kolektif menghasilkan kepuasan atau manfaat bagi pembeli atau pengguna. Jadi produk merupakan segala sesuatu
yang dapat ditawarkan produsen dan atau pedagang untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dapat diklasifikasikan baik sebagai produk bisnis industri atau
sebagi produk konsumen Lamb et al, 2001:414:
Universitas Sumatera Utara
A. Produk Konsumen Consumer Product Produk konsumen adalah barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah
tanggaindividual. Produk yang dibeli konnsumen akan langsung dikonsumsi sendiri.
B. Produk Bisnis Business ProductIndustrial Produk yang digunakan untuk menghasilkan barangjasa lain untuk
memudahkan pengoperasian suatu organisasi atau untuk dijual kepada pelanggan lain.
Menurut Kotler Tjiptono, 2004:89 ada lima macam kategori penawaran produk:
1. Produk fisik murni
Penawaran semata-mata hanya terdiri dari produk fisik misalnya pasta gigi, sabun mandi, bumbu masak dan sabun cuci tanpa ada
jasa atau pelayanan yang melengkapinya. 2.
Produk fisik dengan jasa pendukung Kategori ini berupa produk fisik yang disertai dengan satu atau
beberapa jasa pelengkap untuk meningkatkan daya tarik produk bagi konsumen. Contohnya: produsen melengkapi produknya
dengan berbagai jasa pendukung seperti jasa pemeliharaan dan reparasi, penggantian dan pemasangan suku cadang dan lain-lain
3. Hybrid
Dalam kategori ini, komponen jasa dan barang sama besar porsinya.
Universitas Sumatera Utara
4. Jasa utama yang dilengkapi dengan barang dan jasa minor
Penawaran terdiri atas suatu jasa pokok bersama-sama dengan jasa tambahan pelengkap dan atau barang-barang pendukung. Sebagai
contoh, sekalipun penawaran utama perusahaan penerbangan adalah jasa transportasi, produk fisik tetap dibutuhkan.
5. Jasa murni
Penawaran hampir seluruhnya berupa jasa misalnya fisioterapi, konsultan psikologi, jasa tukang pijat dan lain-lain.
2.1.2. Hambatan Berpindah Switching Barrier
Menurut Budi Suharjo Direktur MARS Palupi 2003 Substansi pengukuran loyalitas konsumen salah satunya adalah switching barrier.
Hambatan berpindah switching barrier, yaitu menyangkut hambatan yang dirasakan konsumen bila ia berpindah satu produk ke produk lain. Hambatan ini
tidak hanya berdasarkan pertimbangan nilai-nilai ekonomis, melainkan juga berkaitan dengan faktor psikologis, sosial, fungsional dan ritual. Faktor-faktor
inilah yang menyulitkan pelanggan untuk beralih produkjasa sehingga pelanggan tetap menggunakan produk atau jasa yang dipilihnya. Variabel-variabel tersebut
terdiri dari: 1.
Nilai-nilai ekonomis Merupakan segala sesuatu yang diinginkan konsumen dalam produk.
Sebagian konsumen melihat nilai sebagai suatu pertukaran yang seimbang antara harga yang dibayarkan dengan manfaat kualitas dari produk yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
2. Psikologis
Faktor psikologis adalah upaya mental, rasa tidak sanggup, kecemasan atau ketakutan emosi pribadi pelanggan yang tedadi pada saat menilai berbagai
alternatif jasa. Faktor psikologis timbul dari keadan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri atau kebutuhn untuk diterima oleh
lingkungannya, serta faktor fungsional yang dimiliki suatu produk ataupu jasa yang dirasakan oleh pelanggan.
3. Sosial
Faktor sosial terdiri atas kelompok referensi yaitu seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, keluarga
ataupun peran dan status yaitu posisi seseorang dalam setiap kelompok. 4.
Fungsional Fungsional sangat erat kaitannya dengan kualitas, yaitu kemampuan suatu
penyedia jasa untuk menjalankan fungsi-fungsinya apakah nantinya memuaskan atau tidak memuaskan bagi pelanggan.
5. Ritual Ritual adalah upacara tentang kebenaran religius yang berarti. Dalam
membangun kesetiaan pelanggan, hal ini adalah aktifitas rutin untuk menaikkan perusahaan kepada tujuan-tujuan serta nilai-nilai yang diinginkan. Tindakan
setiap hari seperti misalnya penampilan pribadi dan tempat kerja, kebiasaan berterimakasih, memuji pelanggan, sambutan yang tepat dan hangat, cepat
tanggap kepada pelanggan dan secara keseluruhan semua tingkah laku rutin yang diperlukan untuk membangun kesetiaan pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
Tipe switching barrier atau hambatan berpindah adalah resiko berpindah. Jones et al dalam Claes 2003: Switching barrier is any factors which makes it
difficult or costly consumers to change providers. Atau dengan kata lain Hambatan berpindah adalah segala faktor yang mempersulit atau memberikan
biaya kepada pelanggan jika beralih penyedia jasa. Tiga jenis biaya peralihan antara lain:
a Transaction Cost, yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pelanggan
ketika berganti penyedia jasa sebagai balas jasa. Contohnya: jika menabung di bank dan ingin menutup rekening karena ingin pindah ke bank lainnya maka
sejumlah uang dari tabungan harus dipotong sebagai biaya administrasi. b
Learning Cost, merupakan pembelajaran yang dipandang sebagai proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan
atau perilaku. Sehingga jika konsumen beralih dari penyedia jasa tempat ia berlangganan, konsumen harus menyesuaikan diri kembali dengan tempat ia
berlangganan sekarang. c
Artificial Cost, yaitu biaya yang berasal dari perusahaan itu sendiri untuk mempertahankan pelanggannya.
Perusahaan memberikan pelayanan pelengkap yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Sebagai contoh:
kupon potongan harga yang diberikan perusahaan untuk pembelian berikutnya jika konsumen melakukan transaksi minimal Rp. 100.000,-. Dengan begitu
maka seorang pelanggan terikat untuk melakukan transaksi dengan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Sudarmadi menjelaskan bahwa loyalitas antusiasme yang dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai switching barrier www.swa.co.id,Januari
2005. Tiap-tiap pemasar harus bisa membuat program yang bersifat customer feedback yang secara tak langsung bisa menciptakan emosional konsumen untuk
lebih loyal. Caranya yaitu: a.
Create a cause; menciptakan emosional konsumen untuk lebih loyal. Contoh: Nokia dengan taglinenya “Nokia connecting people”
b. Bit rate of change; seperti memberikan sampel produk sehingga
diharapkan konsumen akan mencobanya. c.
Community system; yang bisa dilakukan dengan dua hal: neutralize knowledge publikasi produk melalui situs web, jurnal atau majalah
internal untuk menjelaskan keunggulan produk dan create community, dengan membuat klub sebagai imbalan yang telah diberikan konsumen
kepada perusahaan.
2.1.3. Loyalitas Pelanggan
Menurut Griffin 2003:31 Definisi pelanggan berasal dari kata custom yaitu didefinisikan sebagai membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa dan
mempraktekkan kebiasaan. Griffin berpendapat bahwa seseorang pelanggan dikatakan setia atau loyal
apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu kondisi dimana mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua
kali dalam selang waktu tertentu. Upaya memberikan kepuasan pelanggan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan untuk mempengaruhi sikap pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih berkaitan dengan perilaku pelanggan daripada sikap dari
pelanggan Loyalitas menurut Olson yang dikutip oleh Trisno Musanto 2004
Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu
produkjasa yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang tersebut.
Pelanggan Customer berbeda dengan konsumen Consumer, seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri
untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu
tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai
seorang pembeli atau konsumen. Timm 2005:3 menyatakan bahwa konsep kesetiaan pelanggan loyalitas
mencakup lima faktor yaitu: 1.
Kepuasan keseluruhan yang dialami pelanggan ketika berbisnis dengan perusahan
2. Kesediaan untuk membangun hubungan dengan perusahaan
3. Kesediaan untuk membeli kembali
4. Kesediaan untuk merekomendasikan perusahaan kepada orang lain
5. Enggan beralih ke produk pesaing.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Menurut Griffin 2003:5, karakteristik pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembelian ulang secara teratur
2. Membeli di luar lini produkjasa
3. Mereferensikan kepada orang lain
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.
Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas, adalah retensi pelanggan customer retention dan total pangsa pelanggan total share of
customer. Retensi pelanggan menjelaskan lamanya hubungan dengan pelanggan. Tingkat retensi pelanggan adalah persentasse pelanggan yang telah memenuhi
sejumlah pembelian ulang selama periode waktu yang terbatas.
2.1.5 Tahapan Loyalitas Pelanggan
a. Terrorist Customer, adalah pelanggan yang suka menjelek-jelekkan
perusahaan dikarenakan tidak suka atau pernah tidak puas dengan layanan yang diberikan perusahaan.
b. Transactional Customer, adalah pelanggan yang berhubungan dengan
perusahaan hanya sebatas transaksi, satu atau dua kali pembelian, sesudah itu dia tidak mengulangi pembeliannya.
c. Relationship Customer, adalah pelanggan yang telah melakukan pembelian
berulang dan adanya pola hubungan relasional dengan produk atau merek
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. d.
Loyal Customer, pelanggan jenis ini sangat loyal dengan produk dan merek perusahaan. Bila ada orang lain yang menjelekkan perusahaan, dia tetap
bersama perusahaan seburuk apapun orang menjelekken perusahaan. e.
Advokad Customer, yaitu jenis pelanggan yang sangat istimewa dan excellent, pelanggan selalu membela produk dan merek perusahaan dan marah apabila
ada orang lain menjelek-jelekkan merek perusahaan. Ada empat situasi kemungkinan loyalitas, antara lain:
a Tanpa Loyalitas No Loyalty
Tanpa Loyalitas No Loyalty terjadi jika sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, sehingga Loyalitas tidak terbentuk. Ada dua
kemungkinan penyebab. Pertama, sikap yang lemah mendekati netral dapat terjadi jika suatu produk baru diperkenalkan dan atau pemasarannya tidak mampu
mengkomunikasikan keunggulan unik produknya. Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan
serupa atau sama. b
Loyalitas yang Lemah Inertia Loyalty Merupakan sikap pelanggan yang relatif lemah disertai pola pembelian
ulang yang kuat. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya norma subjektif dan faktor situasional.
Universitas Sumatera Utara
c Loyalitas Tersembunyi Latent Loyalty
Situasi ini tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan
pengruh faktor-faktor non-sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang.
d. Loyalitas Premium Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar,
dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau jasa dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.
2.2 Penelitian Terdahulu
Fadhillah 2008, melakukan penelitian Pengaruh Hambatan Berpindah Switching Barrier Terhadap Loyalitas Pelanggan Kartu simPATI Telkomsel
Studi Kasus Pada Siswa SMA 2 Medan. Pada penelitian tersebut hasil analisis data dengan metode regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel-variabel
switching barrier seperti nilai-nilai ekonomis, psikologis, sosial, dan fungsional berpengaruh positif dan signifkan terhadap loyalitas pelanggan Y pada siswa
SMA 2 Medan. Dari uji F diketahui bahwa variabel bebas secara bersama-sarna berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Nilai-nilai ekonomis
X
1
bukan merupakan variabel yang dominan, melainkan variabel Fungsional X
4
.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Pihak perusahaan dalam membentuk hambatan berpindah switching barrier harus memperhatikan variabel-variabel hambatan berpindah switching
barrier.Menurut Fornel dalam Claes, 2003: 1 hambatan berpindah switching barrier mengacu pada tingkat kesulitan untuk berpindah ke produk atau jasa lain
yang dihadapi pelanggan yang mengacu pada kendala finansial, sosial dan psikologis yang dirasakan pelanggan.
Menurut Budi Suharjo dalam Palupi, 2006, Substansi - pengukuran loyalitas konsumen salah satunya adalah Switching Barrier. Switching barrier,
yaitu menyangkut hambatan yang dirasakan konsumen bila ia pindah dari satu produk ke produk lain. Hambatan ini tidak hanya berdasarkan pertimbangan nilai-
nilai ekonomis, melainkan juga berkaitan dengan faktor psikologis, sosial dan fungsional.
Menurut Ramadana walaupun pelanggan kurang puas namun karena pengaruh switching barrier akan membuat para pelanggan sulit untuk memilih
penyedia produkjasa lainnya. Dan diperkirakan bahwa hanya pada saat kepuasan pelanggan tergolong rendah, para pelanggan akan mempertimbangkan atau
dipengaruhi oleh keberadaan switching barrier. Kerangka koseptual ini menjelaskan bahwa hambatan berpindah
switching barrier mempengaruhi loyalitas pelanggan. Hal ini disebabkan konsumen tidak mau mengambil resiko yang besar berganti penyedia jasa.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Budi Suharjo2006, diolah penulis
2.4 Hipotesis