Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perilaku remaja pria diekspresikan dengan berbagai cara. Salah satunya diwarnai dengan bentuk perilaku kekerasan. Media sering memberitakan perkelahian remaja yang dilakukan oleh para pelajar di berbagai kota di Indonesia. Bentuk ekspresi bebas para pelajar lainnya yang tidak kalah heboh sekaligus meresahkan masyarakat adalah terbentuknya geng. Bentuk dari geng pelajar ini biasanya nongkrong atau bergerombol selama waktu sekolah atau di luar sekolah, dan ada juga yang menggunakan kendaraan dan bergerombol di malam hari. Bentuk geng ini dikenal dengan nama geng motor 1 Pada umumnya geng motor dibentuk dari kumpulan anak-anak remaja yang suka ngebut atau balapan liar dengan motor, baik siang maupun malam hari, dan juga dari kesamaan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah. Sekarang ini para remaja mulai dari SMP, SMA bahkan mahasiswa banyak yang mengikuti komunitas geng motor. Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalanan umum. Geng motor dibuat untuk menunjukkan eksistensi kelompoknya kepada masyarakat sekitar maupun dengan geng motor lainnya. Geng motor RnR biasanya berkumpul di . Penelitian ini mengkaji tentang komunitas remaja yaitu pengorganisasian geng motor yang terdapat di Medan. Geng motor yang menjadi objek kajian penelitian saya ini adalah geng motor RnR. Anggota-anggota geng motor umumnya adalah para remaja yang masih berstatus pelajar baik SMP, SMA, bahkan mahasiswa. 1 “Masalah Gank Motor di Medan Perlu Penanganan Serius Orang tua, Sekolah dan Polisi,” http:lifestyle.kompasiana.comurbanakses 09 Oktober 2011. Universitas Sumatera Utara daerah Jln. Abdul Hakim Kec. Medan Selayang. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa daerah tersebut sering menjadi tempat berkumpulnya para remaja anggota geng motor RnR. Di Indonesia aktivitas geng motor yang brutal dan anarkis mulanya muncul di pulau Jawa yaitu di kota Bandung. Setiap geng motor yang ada di Bandung umumnya bersifat anarkis dan terkadang meresahkan warga dengan melakukan perampokan di swalayan dan penyerangan atau perampokan terhadap warga sekitar. Di Medan sendiri, kegiatan geng motor mulai terlihat keberadaannya pada tahun 2007 dan akhirnya mulai menampakan tindakan kekerasannya pada tahun 2011 di mana terjadi penyerangan terhadap komunitas lain waspada.co.id 7 February, 2011. Berdasarkan uraian di atas, saya tertarik melakukan penelitian mengenai geng motor disebabkan semakin banyaknya kasus kejahatan yang dilakukan oleh geng motor tersebut. Untuk tahun 2012 kejahatan yang dilakukan geng motor di Medan ada tiga kasus sampai bulan februari, yang diamankan sebanyak 70 orang tapi yang diproses pidana tiga kasus 2 . Hal ini banyak menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat terhadap geng motor itu sendiri. Disaat sekumpulan anggota geng motor melakukan penghancuran terhadap warnet bahkan kantor polisi, tindakan mereka diketahui warga dan beberapa diantaranya tertangkap dan dihajar massa 3 Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dengan topik mengenai geng motor telah pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa diberbagai universitas di Indonesia. Namun, pada umumnya yang mengkaji mengenai geng motor merupakan mahasiswa dari jurusan psikologi. Mahasiswa psikologi dari berbagai universitas di . 2 Berita dalam Koran Sumut Pos edisi 1 Maret 2012, “Korban Geng Motor Banyak Tak Melapor”. 3 Berita dalam waspada edisi 5 Desember 2011, “Medan Tak Bisa Lepas Dari Geng Motor”. Universitas Sumatera Utara Indonesia dalam skripsi mereka membahas bagaimana hubungan kohesifitas dengan perilaku agresi pada anggota geng motor Beriyanti, Skripsi, 2010. Selain itu ada yang mengkaji masalah hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi pada anggota komunitas geng motor di Bandung, Miladina, Skripsi, 2010. Dan penelitian lain mengenai kecenderungan kepribadian anggota geng motor di Bandung ditinjau dari kebutuhan Rachmawati, Skripsi, 2008. Dari beberapa hasil skripsi di atas, umumnya penelitian mengenai geng motor dilakukan oleh mahasiswa jurusan psikologi yang memfokuskan di dalamnya mengenai sifat agresi 4 Adanya geng seperti sebuah kelompok–kelompok sosial yang semu, karena terbentuk dari sebuah jiwa bebas yang terhambur ketika langkah seorang remaja telah tetap dan pasti. Namun, adanya fenomena geng tersebut tak urung seperti perbedaan dua keping mata uang yang berbeda. Satu sisi mata uang menunjukkan hal positif yaitu pembentukan mental dan ajang solidaritas dari seorang remaja, sedangkan sisi komunitas geng motor sehingga timbul tindakan kekerasan. Umumnya penelitian mahasiswa psikologi membahas bagaimana perkembangan psikologi dan tingkah laku remaja yang telah mengikuti kegiatan geng motor. Berdasarkan latarbelakang penulis sebagai mahasiswa antropologi, saya sangat tertarik mengkaji mengenai topik geng motor khususnya dalam kajian ilmu antropologi, terutama memfokuskan bagaimana sebenarnya pengorganisasian dalam suatu komunitas geng motor dan hubungan sosial yang terdapat di dalamnya. Sehingga dapat diketahui bagaimana kegiatan mereka dan struktur kepengurusan yang mereka bentuk dikaji secara etnografis. 4 Agresi yaitu reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan tingkah laku kegila-gilaan, dan sadistis. Kemarahan hebat tersebut sering mengganggu intelegensi dan kepribadian anak, sehingga kalut batinnya, lalu melakukan perkelahian, kekerasan, kekejaman, terror terhadap lingkungan dan tindakan agresi lainnya Kartono, 2010:113. Universitas Sumatera Utara lainnya adalah sebuah bentuk pemberontakan jiwa yang terkadang diaplikasikan dalam bentuk anarkisme yang sangat destruktif 5 Anggota geng motor yang pada umumnya adalah laki-laki, yang ingin menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang maskulin dan terlihat macho dihadapan . Keberadaan geng remaja baik laki-laki ataupun perempuan tidak bisa dielakkan dalam kehidupan era globalisasi saat ini, karena di usia-usia remaja ini, mereka membutuhkan suatu komunitas yang sesuai atau cocok dengan gaya dan pandangan hidup mereka. Dalam komunitas atau geng atau kelompok pertemanan ini, mereka bisa dengan leluasa menyalurkan bakat, minat, potensi yang mereka miliki, bahkan segala permasalahan hidup yang mereka alami dibagikan kepada teman-teman satu gengnya. Jadilah mereka seperti ‘saudara sekandung’, yang tidak hanya diikat oleh gaya hidup dan pandangan hidup khas mereka tapi juga ada ikatan perasaan emosional bahkan ikatan intelektual. Secara otomatis, mereka yang merasa cocok akan membuat suatu ‘lingkaran’ atau geng atau komunitas sendiri. Terlepas dari apakah geng yang mereka buat untuk tujuan yang baik atau yang buruk. Menurut teori gejala masalah akil balig Margareth Mead, dalam Danandjaja, 1994:38 perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen antara laki-laki dan perempuan tidak bersifat biologis universal, melainkan suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan kepribadian seorang individu menurut beliau terjadi pada usia remaja, yaitu masa dari anak-anak menuju dewasa, dimana perkembangan kepribadian dan emosinya tergantung dari lingkungan dan kebudayaan sekitarnya baik itu laki-laki maupun perempuan. 5 http:www.subscribe.comdoc22350809 akses 10 February 2012. Universitas Sumatera Utara orang lain dengan mengikuti geng tersebut. Menurut Pleck dalam Arivia, 2009:38 maskulin merupakan pencitraan diri yang diturunkan dari generasi ke generasi, melalui mekanisme pewarisan budaya hingga menjadi suatu “kewajiban” yang harus dijalani jika ingin dianggap sebagai laki-laki seutuhnya. Sedangkan laki-laki yang tampil maskulin, disebut dengan laki-laki macho. Kewajiban tersebut tercermin dalam suatu manhood dogma kejantanan atau norma kelelakian yang harus diikuti oleh kaum laki-laki pada umumnya, karena dianggap sebagai faktor bawaan dari lahir. Contoh dari norma maskulin menurut Kurniawan dalam Arivia, 2009 misalnya: anak laki-laki pantang untuk menangis; laki-laki harus tampak garang dan berotot; laki-laki yang hebat adalah laki-laki yang mampu “menaklukkan” hati banyak perempuan; laki-laki akan sangat “laki-laki” apabila identik dengan rokok, alkohol, dan kekerasan. Banyaknya komunitas motor yang muncul di berbagai daerah di Indonesia telah menjadi sebuah fenomena. Kegiatan untuk membentuk dan bergabung ke dalam sebuah geng motor pada masa sekarang ini membentuk suatu budaya populer dikalangan remaja pengguna kendaraan bermotor. Budaya populer umumnya dikenal sebagai budaya pop adalah totalitas ide, perspektif, sikap, gambar dan fenomena lainnya yang dianggap disukai melalui konsensus informal dalam arus utama dari sebuah masyarakat tertentu. Budaya populer terbentuk dan berkembang dalam suatu masyarakat karena banyak dipengaruhi oleh media massa dan merembes ke kehidupan sehari-hari banyak orang Storey, 2007 . Setiap remaja yang bergabung ke dalam suatu geng motor pastilah memiliki alasan mereka masing-masing kenapa memilih untuk bergabung ke dalam komunitas tertentu. Koenjaraningrat 1990:111 menjabarkan bahwa kepribadian seorang Universitas Sumatera Utara individu juga terisi dengan berbagai perasaan, emosi, kehendak dan keinginan, yang sasarannya adalah juga aneka macam hal yang ada dalam lingkungannya. Oleh karena itu diperlukannya penelitian lebih lanjut dalam mengetahui alasan-alasan mengapa banyak remaja, khususnya remaja di kota Medan yang banyak masuk dan membentuk komunitas geng motor. Dengan mengkaji suatu komunitas dilihat dari sudut pandang antropologi, diharapkan dapat mengetahui mengapa banyak remaja yang bergabung dalam geng motor, dan menyebabkan terbentuknya suatu budaya baru untuk ikut ke dalam suatu geng motor tertentu pada masa sekarang ini. Karena para remaja umumnya yang menggunakan sepeda motor umumnya sangat tertarik masuk dan menjadi bagian suatu geng motor.

1.2. Tinjauan Pustaka