menjelaskan bahwa “kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain”.
e. Membina hubungan
Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan mengelola
emosi membutuhkan dua ketrampilan emosional lain, yaitu manajemen diri dan empati. Dengan memiliki dua ketrampilan ini,
ketrampilan untuk mampu menjalin hubungan dengan orang lain akan matang. Kecakapan sosial ini mendukung keberhasilan dalam
bergaul dengan orang lain; tidak dimilikinya kecakapan ini kan membawa pada ketidakcakapan dalam dunia sosial. Kemampuan
sosial ini juga mampu membuat seseorang membentuk kedekatan hubungan, meyakinkan dan mempengaruhi, dan membuat orang
lain merasa nyaman.
4. Perkembangan Sosial
Offer dan Church Papalia dkk, 2009: 87 mengatakan bahwa remaja mampu menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain
dengan teman-teman sebayanya dibandingkan dengan keluarganya sendiri. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa orang-orang yang
paling berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah keluarga dan teman-teman sebaya.
a. Hubunganpergaulan remaja dengan anggota keluarga
Allen dan Laursen Papalia dkk, 2009: 87 mengatakan bahwa
Remaja yang paling merasa aman memiliki hubungan yang kuat dan penuh dukungan dengan orangtua yang memahami
cara remaja melihat diri mereka sendiri, mengizinkan dan mendorong usaha mereka untuk mencapai kemandirian,
serta menyediakan tempat aman di saat-saat remaja mengalami tekanan emosional.
Kemampuan remaja untuk meraih otonomi dan kendali atas perilakunya dicapai melalui reaksi-reaksi orang dewasa yang tepat
terhadap keinginan remaja untuk memperoleh kendali Santrock, 2002: 41. Awal mulanya, remaja tidak memiliki pengetahuan
tentang cara mengambil keputusan yang tepat dan dewasa dalam semua bidang kehidupan. Saat remaja menuntut otonomi, orang
dewasa yang bijaksana mampu memberikan kesempatan kepada remaja untuk dapat membuat keputusan sendiri dalam bidang-
bidang tertentu secara masuk akal, namun orang dewasa hendaknya tetap membimbing remaja dalam mengambil
keputusan-keputusan yang masuk akal pada bidang-bidang di mana pengetahuan remaja terbatas. Hal tersebut rupanya mampu
membuat remaja secara bertahap memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan-keputusan matang secara mandiri.
Menurut beberapa ahli perkembangan attachment kedekatan atau kelekatan antara orangtua dengan remaja pada
masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan
sosial remaja, sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri, seperti harga diri, penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik Santrock, 2002:
41. Kedekatan yang kokoh antara orangtua dengan remaja rupanya juga mampu meningkatkan relasi teman sebaya yang
kompeten dan relasi yang erat yang positif di luar keluarga. Armsden Greenberg Santrock, 2002: 41 mengatakan “remaja
yang secara kokoh dekat dengan orangtua juga dekat secara kokoh dengan teman-teman sebaya; remaja yang tidak dekat dengan
orangtua juga tidak dekat dengan teman-teman sebaya”. b.
Hubungan atau pergaulan dengan teman sebaya Santrock 2003: 219 menjelaskan bahwa yang merupakan
teman sebaya peers adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang sama. Pengaruh teman sebaya dapat
menjadi positif dan negatif. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan Santrock, 2003: 220 mengatakan bahwa melalui interaksi teman
sebaya anak-anak dan remaja belajar mengenai pola hubungan yang baik dan setara.
Menurut Buhrmester, Gecas Seff, Laursen Papalia dkk, 2009: 95
Kelompok teman sebaya adalah sumber kasih sayang, simpati, pengertian, dan tuntunan moral;
tempat untuk melakukan eksperimen; serta sarana untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari
orangtua. Kelompok teman sebaya adalah tempat untuk membentuk hubungan dekat yang berfungsi
sebagai “latihan” bagi hubungan yang akan mereka bina di masa dewasa.
Beberapa ahli Santrock, 2003: 220 berpendapat bahwa pengalaman ditolak atau tidak diperhatikan oleh teman sebaya
dapat mengakibatkan remaja merasa kesepian dan timbul rasa permusuhan.
5. Perkembangan Rohani atau Spiritual