E. Pembahasan
1. Pembahasan Hubungan Persepsi Kebermanfaatan Wajib Pajak Orang
Pribadi dengan Penggunaan e-Filing
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan menunjukkan kekuatan hubungan persepsi kebermanfaatan dengan penggunaan e-Filing
memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif, artinya semakin tinggi persepsi kebermanfaatan maka semakin tinggi pula penggunaan e-Filing oleh
Wajib Pajak. Dari data yang diperoleh atas frekuensi jawaban responden untuk persepsi kebermanfaatan juga menunjukkan keselarasan dengan
besarnya nilai koefisien korelasi yang di dominasi oleh pilihan jawaban positif, yang artinya sebagian besar dari Wajib Pajak yang menggunakan e-
Filing merasa bahwa menggunakan e-Filing dalam menyampaikan SPT memberikan manfaat. Kebermanfaatan yang dimaksud adalah tingkat sejauh
mana Wajib Pajak yakin bahwa menggunakan e-Filing akan meningkatkan
kinerjanya.
Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak percaya dan merasakan manfaat dalam menggunakan e-Filing pada saat penyampaian SPT secara
online. Manfaat yang diperoleh tersebut membuat Wajib Pajak berkeinginan untuk menggunakan e-Filing di masa depan atau periode tahun pajak
selanjutnya. Salah satu yang membuat penggunaan e-Filling bermanfaat bagi Wajib Pajak yang bekerja di Kantor Cabang BRI Cik Ditiro Yogyakarta
adalah di tempat kerja Wajib Pajak dapat menggunakan waktu luangnya saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bekerja untuk menyampaikan SPT dengan menggunakan e-Filing. Hal ini dapat dilakukan karena di tempat kerja tersedia fasilitas yang dapat
mendukung penyampaian SPT dengan e-Filing. Teori yang mendukung hasil ini adalah teori yang dikemukakan oleh Jogiyanto 2008 yang menyatakan
bahwa perceived usefulness didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja
pekerjaannya “as the extent to wich a person believes that using a technology will enhance her or his performance
”. Jadi, apabila seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Noviandini 2012 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
persepsi kebermanfaatan
terhadap penggunaan
e-Filing. Artinya,
kebermanfaatan sangat menentukan minat Wajib Pajak untuk menggunakan e- Filing dalam proses penyampaian sptnya.
2. Pembahasan Hubungan Persepsi Kemudahan Wajib Pajak Orang
Pribadi dengan Penggunaan e-Filing
Dari hasil analisis korelasi yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif variabel persepsi kemudahan dengan
penggunaan e-Filing, artinya semakin tinggi tingkat kemudahan maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan e-Filing oleh Wajib Pajak. Angka
korelasi yang positif sejalan dengan frekuensi jawaban responden terhadap persepsi kemudahan yang sebagian besar ada pada pilihan jawaban 4 dan 5,
sehingga dapat dikatakan hasil analisis korelasi menggambarkan pilihan jawaban responden. Hal ini menunjukkan bahwa menurut Wajib Pajak
pengguna e-Filing, e-Filing mudah digunakan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan secara online dan real time. Kemudahan yang dimaksud
adalah bahwa Wajib Pajak tidak merasa sulit dalam menggunakan e-Filing pada saat penyampaian SPT. Kemudahan yang dirasakan Wajib Pajak yang
bekerja di Kantor Cabang BRI Cik Ditiro dalam menggunakan e-Filling, dikarenakan Wajib Pajak sudah terbiasa menggunakan sistem informasi dan
teknologi saat bekerja dan hal tersebut menjadi salah satu faktor pendukung penerapan e-Filing.
Kemudahan dalam menggunakan e-Filing berhubungan erat dengan kemauan Wajib Pajak untuk menggunakan e-Filing. Dari hal tersebut,
diketahui bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use ini juga merupakan suatu kepercayaan belief tentang proses
pengambilan keputusan Jogiyanto, 2008. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prabowo 2015 yang menyatakan bahwa kemudahan penggunaan berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan e-Filing. Hal ini
menunjukkan bahwa kemudahan penggunaan menjadi salah satu alasan Wajib Pajak mau menggunakan e-Filing secara berkesinambungan.
3. Pembahasan Hubungan Persepsi Kepuasan Wajib Pajak Orang Pribadi
dengan Penggunaan e-Filing
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan menunjukkan kekuatan hubungan persepsi kepuasan dengan penggunaan e-Filing termasuk dalam
kategori korelasi yang sangat kuat dan positif searah, artinya semakin tinggi kepuasan Wajib Pajak maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan e-Filing
oleh Wajib Pajak. Hasil ini sejalan dengan frekuensi jawaban responden terkait persepsi kepuasan yang di dominasi oleh pilihan jawaban positif.
Selain itu, dari lama penggunaan dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden Wajib Pajak telah menggunakan e-Filing satu sampai dua tahun
sebanyak 61,41 dan lebih dari dua tahun sebanyak 21,05, artinya Wajib Pajak sudah pernah menggunakan e-Filing setidaknya satu kali. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Wajib Pajak merasa puas menggunakan e-Filling. Selain itu, kepuasan juga dipengaruhi oleh manfaat
yang diperoleh dan kemudahan dalam menggunakan sistem e-Filing saat penyampaian SPT.
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa jika Wajib Pajak merasa puas atas penggunaan e-Filing dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak
maka Wajib Pajak akan semakin sering pula menggunakan e-Filing. Kepuasan tersebut timbul karena Wajib Pajak merasakan ada manfaat dalam
menggunakan e-Filing, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat dapat menimbulkan kepuasan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviandini 2012 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara variabel kepuasan pengguna dengan variabel penggunaan e- Filing. Artinya, kepuasan yang dirasakan Wajib Pajak berpengaruh terhadap
penggunaan e-Filing, sehingga dapat disimpulkan jika Wajib Pajak merasa puas menggunakan e-Filing maka Wajib Pajak akan terdorong untuk
menggunakannya kembali.
4. Pembahasan Hubungan Persepsi Kerumitan Wajib Pajak Orang Pribadi
dengan Penggunaan e-Filing
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan diperoleh angka korelasi yang menunjukkan hubungan persepsi kerumitan dengan penggunaan
e-Filing termasuk dalam kriteria korelasi yang cukup kuat dan negatif. Angka korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan yang tidak searah atau
terbalik, artinya semakin tinggi tingkat kerumitan kompleksitas maka semakin rendah tingkat penggunaan e-Filing oleh Wajib Pajak dan
sebaliknya. Dari data yang diperoleh atas frekuensi jawaban responden untuk persepsi kerumitan menunjukkan keselarasan dengan besarnya nilai koefisien
korelasi yang di dominasi oleh pilihan jawaban negatif, yang artinya sebagian besar dari Wajib Pajak yang menggunakan e-Filing merasa bahwa
menggunakan e-Filing tidak rumit. Hasil ini juga konsisten dengan persepsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemudahan, dimana Wajib Pajak merasa bahwa e-Filing mudah digunakan, artinya e-Filing tidak rumit.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kerumitan e-Filing merupakan salah satu yang menentukan keinginan Wajib Pajak untuk menggunakan e-
Filing sebagai sarana penyampaian Surat Pemberitahuan. Konsep kerumitan complexity ini mirip dengan konsep kemudahan persepsian perceived ease
of use yang dikembangkan oleh Davis et al. 1989 dalam model penerimaan teknologi technology acceptance model dalam Jogiyanto 2008. Menurut
Thompson et al. 1991, “kerumitan complexity adalah kebalikan dari kemudahan digunakan persepsian perceived ease of use. Dari penjelasan
tersebut dapat dinyatakan bahwa jika kerumitan suatu sistem kecil yang dalam penelitian ini e-Filing, maka kemudahan penggunaan semakin besar serta
keinginan pengguna untuk menggunakan e-Filing akan semakin besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susanto 2011 yang menyimpulkan bahwa persepsi kerumitan kompleksitas penggunaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap persepsi kegunaan.
5. Pembahasan Hubungan Persepsi Risiko Wajib Pajak Orang Pribadi
dengan penggunaan e-Filing
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan diperoleh angka korelasi yang menunjukkan hubungan persepsi risiko dengan penggunaan e-
Filing termasuk dalam kriteria korelasi yang sangat lemah dan negatif. Angka korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan yang tidak searah atau
terbalik, artinya semakin tinggi tingkat risiko yang dirasakan oleh Wajib Pajak maka semakin rendah tingkat penggunaan e-Filing oleh Wajib Pajak
dan sebaliknya. Hubungan yang sangat lemah dan negatif antara persepsi risiko dan penggunaan e-Filing sejalan dengan frekuensi jawaban responden
yang lebih banyak memilih jawaban negatif. Sebagian besar Wajib Pajak memiliki persepsi bahwa e-Filing tidak berisiko.
Persepsi risiko mencakup evaluasi kemungkinan atas konsekuensi dari akibat yang negatif yang mungkin diterima oleh Wajib Pajak jika
menggunakan e-Filing dalam menyampaikan Surat Pemberitahuannya. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susanto 2011 yang menyimpulkan bahwa faktor persepsi risiko tidak berpengaruh signifikan terhadap niat Wajib Pajak untuk menggunakan e-
Filing. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB VI PENUTUP