13
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
A. Kajian Teori
Dalam kajian teori, peneliti akan memaparkan teori –teori yang mendukung
penelitian ini. 1.
Minat Belajar Dalam minat belajar, peneliti memaparkan pengertian minat belajar,
indikator minat belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhi minat belajar sebagai berikut:
a. Pengertian Minat Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 450 minat adalah keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyeluruh Slameto, 2010: 180. Hamalik 2010: 158 berpendapat bahwa minat
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Minat tidak dibawa dari lahir,
melainkan dapat dipengaruhi oleh bakat. Minat diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasa sehingga menjadi kebiasaan Dwi, 2013:14.
Minat sangat berpengaruh terhadap belajar, belajar tanpa adanya minat yang kuat akan membosankan karena dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu
yang telah diminatinya tersebut dengan sungguh –sungguh. Sebaliknya tanpa suatu
minat seseorang tidak dapat melakukan belajar. Hal ini telah diungkapkan oleh Slameto 2010: 57 bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu ketertaarikan, keinginan seseorang yang kuat terhadap suatu
hal yang mereka sukai tanpa ada yang menyuruh.
b. Indikator Minat Belajar
Slameto 2003: 58 mengemukakan bahwa siswa yang berminat didalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 mempunyai kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajarinya secara terus menerus, 2 ada rasa senang dan suka terhadap apa yang diminatinya, 3
memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminatinya, 4 ada rasa ketertarikan pada sesuatu yang diminati, 5 lebih menyukai sesuatu hal
yang menjadi minatnya. Winkel 2004: 213 mengemukakan ciri-ciri minat adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang
dipelajarinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar terdiri dari adanya rasa suka, adanya perhatian dan ada rasa ketertarikan terhadap
sesuatu yang diminatinya.
c. Ciri-ciri minat
Hurlock 1990: 155 dalam buku Susanto 2013: 62 mengemukakan ciri- ciri minat sebagai berikut: 1minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan
fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, 2 minat bergaantung pada kegiatan belajar. 3 minat tergantung
pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga, sebab tidak semua orang dapat menikmatinya. 4 perkembangan minat
mungkin terbatas. Keterbatasan ini mungkin dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan. 5 minat dipengaruhi budaya. Sebab jika kebudayaan mulai
luntur mungkin minat juga ikut luntur. 6 minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaaan, maksudnya bila suatu objek dihayati sebagai
sesuatu yang sangat berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat diminatinya. 7 minat berbobot egosentris, artinya jika seseorang senang
terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Slameto 2010: 2 mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal tersebut sama dengan pendapat Moh Surya
Haryanto, 2010 menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Berdasarkan pemaparan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah Suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman.
b. Bentuk-bentuk belajar
1. Belajar responden
Semua hal dalam lingkungan dapat menjadi berpasangan dengan suatu stimulus yang menimbulkan respon
– respon emosional. 2.
Belajar kontiguitas Belajar yang dapat mengubah manusia dari hasil pengalaman
peristiwa –peristiwa.
3. Belajar operant
Perilaku yang diinginkan timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara naluriah oleh stimulus apapun, saat organisme beroperasi
terhadap lingkungan. 4.
Belajar observasional PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Konsep belajar observasional memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan hal yang akan
dipelajari. 5.
Belajar kognitif Belajar yang berhubungan dengan berfikir menggunakan logika
deduktif dan induktif.
c. Prinsip-prinsip belajar
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya, akan membangkitkan
motivasi untuk mempelajarinya. 2.
Keaktifan Anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan
untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
3. Keterlibatan langsung
Belajar dilakukan sendiri oleh siswa, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
4. Pengulangan
Melatih daya – daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya.
5. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujan yang ingin dicapai, tetapi selalu mendapat hambayan.
6. Balikan dan penguatan
Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila megetahui an mendapatkan hasil yang baik. Hasil apabila hasil yang baik akan
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik. 7.
Perbedaan individu Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
3. Prestasi
Prestasi adalah penguasaan pengetahuanketerampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan denan nilai tes KBBI, 2008: 895. Prestasi
adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar dalam belajar
Sadirman,2001: 46. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Widodo 2000: 594 bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai, hasil tersebut merupakan
hasil dari suatu kegiatan atau aktivitas yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan dihasilkan tanpa suatu
usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Syah2010: 141 mengemukakan bahwa prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan dalam sebuah program.
Prestasi digunakan untuk menunjukkan suatu pencapain tingkat suatu keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan. Dari beberapa
pendapat dari berbagai ahli dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah
dilakukan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
4. Prestasi Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002: 895 prestasi berarti hasil yang telah telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sadirman 2010: 46,
mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhu baik dari dalam
maupun dari luar individu dalam belajar. Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar setelah mengikuti usaha belajar, hasil belajar
merupakan dasar yang digunakan untuk menemukan tingkat keberhasilan siswa menguasai materi pelajaran.
Surya 2004:75 mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian prestasi belajar
merupakan perubahan tingkah laku seseorang. Hal lain diungkapkan oleh Purwadarminto 1987:767 menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
telah dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Berdasarkan dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu faktor yang menentukan akan penguasaan siswa terhadap apa yang disampaikan kepada
siswa dalam kegiatan pembelajaran dimana penguasaan itu berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
5. Soal Cerita
a. Pengertian Soal cerita
Soal cerita merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan mudah dipahami Wijaya 2008:14, sedangkan menurut Raharjo
dan Astuti 2011:8 mengatakan bahwa soal cerita yang terdapat dalam matematika merupakan persoalan-persoalan yang terkait dengan permasalahan-
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud
dalam pernyataan tersebut adalah kalimat yang memuat operasi-operasi hitung bilangan.
Soal cerita merupakan soal yang dapat disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, soal cerita yang berbentuk tulisan berupa sebuah kalimat yang
mengilustrasikan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari Ashlock, 2003:80. Penyelesaian soal cerita merupakan kegiatan pemecahan masalah. Pemecahan
masalah dalam suatu soal cerita matematika merupakan suatu proses yang berisi langkah-langkah yang benar dan logis untuk memdapatkan penyelesaiannya
Jonassen, 2004:8. Dalam menyelesaikan soal cerita bukan hanya sekedar memperoleh hasil yang berupa jawaban dari yang ditanyakan, tetapi yang lebih
prnting siswa harus mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah- langkah untuk mendapatkan jawaban tersebut. Berdasarkan pendapat beberapa
ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa soal cerita adalah soal yang disajikan dengan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, serta
memuat masalah yang menuntut pemecahan masalahnya tersebut.
b. Soal cerita dalam pembelajaran matematika
Berdasarkan pengertian soal cerita yang telah dikemukakan sebelumnya terkandung maksud bahwa dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
adalah untuk memperkenalkan kepada siswa tentang kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Ashlock dalam
Sutiyawati 2011:18 yang menyatakan bahwa soal cerita merupakan soal yang dapat disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang mengilustrasikan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan tersebut, terkandung arti bahwa dalam pembelajaran soal
cerita di sekolah dasar disamping untuk memberikan kesadaran kepada siswa akan pentingnya belajar matematika juga dapat berguna bagi siswa untuk melatih
kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan yang telah dia miliki dalam kegiatan praktis yang sehubungan dengan pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari-hari melalui suatu proses yang berisikan langkah-langkah pemecahan masalah secara logis dan benar.
c. Langkah-langkah penyelesaian soal cerita
Polya dalam Sutiyawati, 2011:19 menekankan penyelesaian soal cerita dalam amtematika perlu heuristic. Dalam hal ini yang dimaksud dengan heuristic
adalah pada penyelesaian soal cerita siswa perlu diarahkan untuk mempelajari langkah-langkah atau cara-cara maupun aturan-aturan yang seharusnya dilakukan
dalam menemukan suatu jawaban sebagai hasil temuan terhadap pemecahan masalah yang terkandung pada suatu soal.
Selain Polya, menurut pandangan haji dalam Rohana 2010:15 bahwa ada lima penyelesaian soal cerita yang didasarkan pada lima kemampuan siswa yaitu
1 membaca soal dengan teliti untuk dapat menentukan makna kata dari kunci dalam soal, 2 memisahkan dan menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan 3 menentukan metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita 4 menyelesaikan soal cerita menurut aturan-aturan matematika
sehingga mendapatkan jawaban dari maslah yang dipecahkan 5 menuliskan jawaban dengan tepat.
6. Keterampilan Operasi Hitung dalam menyelesaikan Soal Cerita
Menurut Muhammad Azhar 2003:17, keterampilan adalah keterampilan siswa untuk mengolah hasil dalam perolehan yang didapat dalam Kegiatan
Belajar Mengajar KBM. Keterampilan ini memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan
penelitian, dan
mengkomunikasikan hasil
perolehannya dalam kegiatan pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Usman Samatoa 2006:142 menyatakan bahwa dalam membelajarkan keterampilan proses lebih memuat besarnya pemberian kesempatan kepada siswa
dalam penemuan fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru melalui proses peniruan terhadap apa yang bisa dilakukan oleh para ilmiah. Pembelajaran dengan
keterampilan proses ini dimaksudkan agar siswa dapat secara aktif memperoleh dan menguasai seperangkat keterampilan kompleks untuk menemukan suatu
konsep dalam belajar matematika. Muhammad Azhar 2003:23, keterampilan operasi hitung siswa dalam
kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan bertanya, mendengarkan, mencatat, mengerjakan soal, memperhatikan dan mempelajari kembali pelajaran matematika
pada sub pokok bahasan operasi hitung yang telah dipelajari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan operasi hitung akan memperlancar siswa dalam
mempelajari unit-unit lain dan bidang lainnya yang menggunakan matematika sebagai sarana pemecahannya. Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan
kemampuan operasi hitung terutama pada pecahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana tingkat keterampilan siswa dalam
berhitung karena keterampilan melakukan perhitungan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah, baik masalah matematika atau masalah sehari-hari.
Keterampilan operasi hitung soal cerita untuk siswa Sekolah Dasar SD seringkali dipersiapkan dalam bentuk cerita pendek yang menyangkut kehidupan
sehari –hari. Panjang pendek kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan soal
cerita sangat berpengaruh. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
soal cerita yang disajikan dengan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, serta memuat masalah yang menuntut pemecahan.
Soejadi dalam Muklis 1999:6 menyatakan bahwa bahan ajar yang dapat menunjukkan suatu penalaran matematika adalah 1 proses penyelesaian, 2
ditanyakan atau yang dicari, 3 operasi dan simbul apa saja yang terlibat dalam soal itu, dan 4 apa yang telah dikuasai yang perlu digunakan. Muklis 1999:9
menyatakan bahwa setiap soal cerita diselesaikan dengan rencana sebagai berikut: 1 membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang
ada dalam soal tersebut, 2 menuliskan apa yang diketahui dari soal tersebut, 3 menuliskan apa yang ditanyakan, 4 menuliskan kalimat matematika selanjutnya
menyelesaikan sesuai dengan ketentuan, dan 5 menuliskan kalimat jawabannya. Berdasarkan pendapat di atas maka untuk menyelesaikan soal cerita
diperlukan keterampilan dan kemampuan berfikir, sehingga bagai para siswa perlu ada bimbingan dari guru baik secara lisan maupun tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita. Apabila tanpa bimbingan atau siswa harus menyelesaikan sendiri maka akan menjadi masalah bagi siswa.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya Muklis, 1999:150 sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak
dengan segera dapat dicapai agar siswa tidak mengalami kesulitan dan mampu menangkap pengetahuan baru untuk menyeleesaikan masalah. Jika siswa benar-
benar mengetahui prinsip-prinsip yang dipelajari sebelumnya, siswa mampu memilih pengalamn-pengalaman yang lalu, dan relevan dengan masalah yang
dihadapi. Misalnya siswa akan menyelesaikan soal cerita yang memuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengerjaan hitung campuran, maka siswa harus faham betul dengan operasi hitung yang telah dipelajari sebelumnya dan dapat menyelesaikan sesuai dengan
ketentuan. Sebagai konsekuensinya, agar siswa tidak mengalami kesulitan maka pengajaran yang efektif harus mengubah bentuk permasalahan ke dalam situasi
yang telah dikenal siswa dengan bimbingan guru Pada Sekolah Dasar, pembelajaran keterampilan operasi hitung soal cerita
memiliki Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan 1.
Memahami dan
menggunakan sifat- sifat operasi hitung
bilangan dalam
pemecahan masalah.
1.1 Mengidentifikasi
sifat-sifat operasi
hitung. 1.2
Mengurutkan bilangan. 1.3
Melakukan operasi
perkalian dan
pembagian. 1.4
Melakukan operasi hitung campuran.
7. Metode Inkuiri
a. Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah metode yang mampu mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama kegiatan belajar.
Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif Mulyasa, 2003:234. Adapun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru
tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang
kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.
Metode inkuiri menurut Roestiyah 2001: 75 merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru
membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan,
kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan kemudian dipresentasikan, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari hasil presentasi
kemudian dirumuskan kesimpulan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Menurut Mulyani Sumantri 1999: 78, metode inkuiri penemuan adalah
metode pelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk menemukan informasi dengan dan tanpa bantuan guru. Menurut Sumantri M dan Johar
Permana 2000: 142, metode inkuiri adalah metode pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru. Metode inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya,
karena Metode inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru.
Menurut Ibrahim dan Nur 2006:67, langkah-langkah metode inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
b. Mengorganisasikan siswa dalam belajar. Guru membantu siswa dalam
mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
d. Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan. Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e. Mengevaluasi kegiatan. Guru membantu siswa untuk merefleksi pada
penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan. Menurut Bruner 2007: 78, tahapan kegiatan pembelajarannya soal cerita
dengan menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas harus dimulai dari 1 konkret enactive, 2 semi konkret econic, dan 3 abstrak symbolic.
Untuk soal cerita tahapan-tahapan pembelajaran yang dimaksud selengkapnya adalah seperti berikut.
1. Tahapan Konkret Enactive
Pada kegiatan pembelajaran konkret ini guru bertindak sebagai fasilitator. Peranannya adalah sebagai pemandu siswa dalam kegiatan bermain peran dan
menyatakan masing-masing fakta yang dihasilkan pada setiap peragaan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bentuk kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud adalah kalimat yang ditulis dalam bentuk angka-
angka 1, 2, 3, … dan seterusnya hingga 9, tanda-tanda relasi +, -, x, dan : dan tanda-tanda operasi saja =, , ,
≤, atau ≥. Beberapa siswa diminta maju ke depan secara bergiliran hanya beberapa hingga
sekitar 8 siswa saja meskipun semua siswa tertarik untuk maju ke depan untuk melakukan kegiatan bermain peran. Dalam setiap kali bermain peran guru selalu
menuliskan di papan tulis angka-angka yang bersesuaian dengan fakta yang diperagakan.
2. Tahapan Semi Konkret Econic
Setelah pengalaman konkret melalui kegiatan bermain peran dilakukan dan dirasa siswa sudah tampak mendapatkan gambaran tentang arti matematika dari
soal cerita yang baru saja dimain perankan. Pada tahap ini tiap siswa diberi satu LKS. Isi LKS nya adalah soal-soal cerita yang semuanya ditulis di atas gambar-
gambar yang memperagakan soal-soal cerita tersebut. Tujuannya untuk memantapkan pemahaman siswa yang baru saja diperoleh dari kegiatan bermain
peran. 3.
Tahapan Abstrak Symbolic Setelah siswa menjalani tahapan pembelajaran konkret melalui kegiatan
bermain peran dan semi konkret melalui kegiatan mengisi LKS maka tahapan berikutnya terakhir adalah abstrak. Pada tahap ini soal-soal cerita yang diberikan
kepada siswa murni soal cerita yang hanya berupa kalimat yang ditulis dalam bentuk huruf-huruf dan angka-angka saja.
Menurut Trowbridge Bybee dalam Sudriman, 1992: 212, metode inquiry dibedakan menjadi penemuan terbimbing guided inquiry dan penemuan bebas
free inquiry dengan penjelasan sebagai berikut. a
Penemuan Terbimbing guided inquiry Menurut Martin 2006: 223, penemuan terbimbing menggabungkan guru
yang fokus dalam metodologi ekpositori dengananak fokus pada metodologi free- discovery. Pada penemuan terbimbing,guru memilih topik dan menetapkan arah.
Siswa-siswa bertanya yang nantinya akan menentukan arah yang baru. Guru menyarankan kegiatan open-ended bahwa siswa mengejar untuk menemukannya,
menyelidiki apa yang belum mereka pahami, dan membangun kesimpulan mereka sendiri seperti konsep yang mereka bangun.
Siswa memeriksa kesimpulan mereka untuk melihat apakah mereka memiliki kemampuan prediksi. Jika demikian, mereka berdiskusi satu sama lain dan dengan
guru untuk mengkonfirmasi kevalidasiannya. Jika validitas tidak dapat di konfirmasi, mereka memulai investigasi untuk mengembangkan merevisi
kesimpulan dan merekonstruksi konsep. Penemuan terbimbing adalah metode di mana guru sebagai fasilitator dan pengarah sedangkan siswa aktif melakukan
kegiatan sesuai prosedur atau langkah kerja untuk mengembangkan rasa ingin tahunya.
b Penemuan Bebas Free Inquiry
Pada metode penemuan bebas, peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa diberikan kebebasan dalam menemukan dan
menyelesaikan masalah secara mandiri, serta merancang prosedur atau langkah- langkah yang diperlukan. Selama proses itu, bimbingan dari guru sangat sedikit
diberikan, bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan
masalah open ended, serta mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung caranya dalam mengkonstruksi jawabannya sendiri.
Selain itu ada kemungkinan siswa bias menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki
Putra,2013: 98.
b. Metode inkuiri bebas
Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dilakukan sendiri dan
kesimpulan konsep diperoleh sendiri. Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan permasalahan tersebut
melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut : 1 guru harus terampil
memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswaproblemik dan sesuai
dengan daya nalar siswa; 2 guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; 3 adanya fasilitas
dan sumber belajar yang cukup; 4 adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdiskusi; 5 partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan 6 tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
7. Hubungan Metode Inquiri terhadap kemampuan menyelesaikan soal
Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi siswa dalam
pembelajaran soal cerita, sehingga kegiatan belajar berjalan lancar. Menurut Sumantri dan Permana 2000: 143, pengaruh metode inquiri
terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut. a.
Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingintahu para siswa untuk menyelesaikan soal cerita.
b. Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan
demikian kepuasan mental sebagai nilai instrinsik siswa terpenuhi. c.
Guru tetap memiliki kontak pribadi. d.
Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan.
e. Memberi kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai
dengan kemampuan sendiri. f.
Memungkinkan bagi siswa untuk memperbaiki dan memperluas kemampuan intelektual secara mandiri.
Berdasarkan pengertian di atas, keterlibatan siswa dalam menggunakan metode inquiri merupakan keharusan sedangkan peran guru hanya memfasilitasi
siswa dalam pembelajaran soal cerita, sehingga kegiatan belajar berjalan lancar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada pembelajaran ini siswa ikut berperan aktif di dalam kegiatan pembelajaran, sebab metode inquiri menekankan pada proses pengolahan informasi pada siswa.
Siswa benar –benar dapat memahami suatu konsep dan rumus, siswa mengalami
sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut. 8.
Materi a.
Kompetensi Dasar 1.4
Melakukan operasi hitung campuran. Pengerjaan hitungan campuran
Dalam mengerjakan soal-soal berikut, hendaknya kamu ingat bahwa:
a. Operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat, artinya
operasi yang ditulis lebih dulu di sebelah kiri dikerjakan lebih dulu.
b. Operasi perkalian dan pembagian sama kuat.
c. Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat dari pada operasi
penjumlahan dan pengurangan artinya operasi perkalian dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu walaupun ditulis di
belakang operasi penjumlahan dan pengurangan. d.
Operasi yang terdapat di dalam kurung harus dikerjakan lebih dulu.
Contohnya :
3.000 + 600 x 500 – 20.000 : 40 = 3.000 + 600 x 500 – 20.000 : 40
= 3.000 + 300.000 – 500
= 303.000 – 500
= 302.500
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengerjaan campuran
Dalam soal cerita, kita harus melakukan beberapa hal berikut. 1.
Membacakan soal dan memikirkan hubungan antara bilangan bilangan yang ada pada soal.
2. Menuliskan yang diketahui dari soal tersebut.
3. Menuliskan yang ditanya.
4. Menuliskan
kalimat matematika
nya yang
selanjutnya menyelesaikan sesuai dengan ketentuan.
5. Menuliskan kalimat jawabannya.
Peneliti menggunakan contoh dari buku mata pelajaran matematika kelas IV. Burhan, 2008.
Contoh : Ibu desi membeli 18 dus peniti yang isinya 720 peniti perdus. Jika
dijual 2 dus, berapa buah peniti yang dimiliki ibu desi sekarang ? Jawab :
Diketahui :
Ibu Desi memiliki 18 dus peniti
Isi setiap dus adalah 720 peniti
Terjual sebanyak 2 dus.
Ditanya : jumlah peniti sekarang.
Jawab : Operasi yang digunakan : perkalian dan pengurangan.
Jumlah peniti sekarang = jumlah peniti mula-mula – jumlah terjual
18 x 720 – 2 x 720 = 18 x 720 – 2 x 720
= 12.960 – 1.440
= 11.520 Jadi, jumlah peniti sekarang adalah 11.520 buah.
B. Penelitian yang relevan