tekanan darah dan mengaktifkan trombosit menimbulkan pengumpalan ke dinding pembuluh darah. Nikotin, karbon monoksida dan bahan lainnya yang
terkandung dalam asap rokok dapat merusak dinding pembuluh darah, mempermudah pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah
perifer dan dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah yang meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Clair et al. 2011, menyatakan kandungan
nikotin dalam rokok, dapat menyebabkan resistensi insulin, akumulasi lemak dan dapat meningkatkan tingkat hormon stres seperti kortisol.
Gambar I. Model Sederhana Hubungan antara status merokok dan obesitas Rupprecht, Donny and Sved, 2015
1. Kategori Perokok Association Between Smoking and Blood Pressure di Inggris,
mengklasifikasikan tingkat perokok menurut batang rokok yang dihisap per hari Primatesta et al. 2001
Tabel I. Klasifikasi perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisaphari
Klasifikasi
Perokok ringan Perokok sedang
Perokok berat
Jumlah Rokokhari
1-9 batang 10-19 batang
batang 2. Jenis Perokok
Jenis perokok terbagi menjadi 2 golongan yaitu perokok aktif dan perokok pasif, mereka yang digolongkan sebagai perokok pasif yaitu mereka
yang menghisap asap rokok secara tidak langsung dari batang rokok melainkan dari kepulan asap yang berada di sekitarnya sedangkan perokok aktif adalah
golongan perokok yang menghisap asap rokok secara langsung dari batang rokok Tapan,2005.
3. Kandungan Rokok Rokok mengandung nikotin, yang menyebabkan penyebab rasa ketagihan
dan merangsang pelepasan adrenalin sehingga kerja jantung menjadi lebih cepat dan kuat, yang dapat menaikkan tekanan darah. nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang kemudian masuk ke aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses arterosklerosis, vasokonstriksi pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Karbon monoksida yang terkandung
dalam rokok dapat menyebabkan penggumpalan trombosit, sehingga menyebabkan peningkatan koagulasi, peningkatan viskositas darah dan akan
meningkatkan tekanan darah Soeharto, 2004. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Obesitas Sentral
Menurut Oktavia 2007 Obesitas merupakan suatu akumulasi lemak dalam jaringan adiposa yang abnormal atau berlebihan hingga mencapai suatu
taraf yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu asupan makanan, genetik, faktor sosial dan gaya hidup.
Penelitian yang dilakukan Eric, Tarani and Michael 2007 berdasarkan distribusi lemak obesitas dibedakan menjadi dua jenis yaitu obesitas sentral dan obesitas
umum. Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak yang terpusat pada daerah perut. Obesitas sentral terjadi ketika energi yang masuk melalui makanan
lebih banyak daripada yang digunakan untuk melakukan aktivitas, kemudian akan disimpan dalam bentuk lemak. Obesitas sentral dapat diketahui melalui
indikator rasio lingkar pinggang dan panggul Djausal,2015. Penyebab utama masalah obesitas adalah lingkungan dan perubahan
perilaku. Peningkatan proporsi lemak dan peningkatan densitas energi dalam diet, penurunan level aktivitas fisik dan peningkatan perilaku sedentary, merupakan
faktor utama yang dapat meningkatkan berat badan pada populasi. Faktor genetik, biologi dan faktor individu lain seperti penghentian merokok, jenis
kelamin dan umur saling berinteraksi mempengaruhi peningkatan berat badan Mustamin, 2010.
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat diubah. Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas sentral
mengalami peningkatan Martins Marinho, 2003. Peningkatan umur akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat Demerath et al. 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Sardinha, et al.
2012, prevalensi obesitas sentral di negara Portugis dengan rentang umur 45-54 tahun sebesar 47,8 dialami oleh wanita dan 26,5 pada pria.
Prevalensi obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada sampel dengan umur lebih tua Janghorbani et al. 2007 karena terjadi penurunan massa otot dan
perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak perut. Hal tersebut dikarenakan lambatnya metabolisme, aktivitas fisik yang kurang, dan
frekuensi makan yang lebih sering.
2. Jenis kelamin
Prevalensi obesitas umum dan obesitas sentral lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki Martins Marinho, 2003; Yoon, Oh,
Park, 2006. Obesitas sentral lebih umum dijumpai pada perempuan Sonmez et al. 2003. Tingginya prevalensi obesitas pada perempuan menunjukkan bahwa
kelebihan lemak pusat lebih banyak terdapat pada perempuan karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan
Janghorbani et al. 2007. Penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. 2012 mengatakan bahwa
prevalensi obesitas sentral di China 43,9 lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pada pria 31,1. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ticoalu 2015 yang mengatakan bahwa obesitas sentral tinggi pada wanita sebesar 66,7.