5. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Nikotin dan Asetanilida
a. Penentuan panjang gelombang pengamatan nikotin. Dilakukan
screening larutan baku nikotin 20, 30 dan 40 µgmL pada daerah panjang gelombang 225
–300 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang pengamatan ditentukan berdasarkan spektra serapan maksimum yang
dihasilkan. b.
Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan asetanilida. Dilakukan screening larutan baku asetanilida 1, 5 dan 10 µgmL pada panjang gelombang
225 –300 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang
pengamatan ditentukan berdasarkan spektra serapan maksimum yang dihasilkan.
6. Optimasi Metode KCKT Fase Terbalik
a. Optimasi pemisahan nikotin dalam sampel fraksi kloroform ekstrak
etanolik tembakau rokok. Diambil 100 µL larutan baku nikotin 200 µgmL, tambahkan 100 µL larutan internal standar asetanilida 100 µgmL dan tambahkan
800 µL metanol 30. Saring dengan milipore dan diawaudrakan selama 2 menit, diinjeksikan dalam sistem KCKT fase terbalik dengan pengaturan detektor pada
panjang gelombang 260 nm. Dilakukan pengubahan kecepatan alir 0,5; 0,8 dan 1,0 mLmin dan komposisi fase gerak metanol : ammonium asetat 10 mM + TEA
0,1 50:50; 60:40; 70:30 pada sistem KCKT fase terbalik. Data kromatogram baku yang diperoleh diamati sehingga diperoleh kondisi sistem KCKT fase
terbalik yang dapat memberikan pemisahan nikotin yang baik. b.
Reprodusibilitas retention time baku. Masing-masing seri larutan baku nikotin 20, 60 dan 100 µgmL dan asetanilida dengan konsentrasi 10 µgmL
diinjeksikan dalam sistem KCKT dengan komposisi fase gerak dan kecepatan alir optimal, dilakukan replikasi tiga kali. Retention time dari kromatogram yang
didapatkan kemudian dihitung nilai CV-nya sebagai paramater reprodusibilitas. c.
Reprodusibilitas resolusi
sampel. Sampel
hasil ekstraksi
diinjeksikan ke dalam sistem KCKT dengan komposisi fase gerak dan kecepatan alir optimal, dilakukan repetisi tiga kali. Resolusi kromatogram yang didapat
kemudian dihitung nilai CV-nya sebagai parameter reprodusibilitas. Penentuan reprodusibilitas sampel juga dilakukan pada sampel yang ditambahkan baku
nikotin 20 µgmL, dilakukan repetisi tiga kali.
G. Analisis Hasil