61
g. Menceritakan Kembali Teks Atau Cerita
Penilaian menceritakan kembali teks atau cerita merupakan penilaian yang meminta peserta didik membaca atau mendengarkan suatu teks kemudian
menceritakan kembali ide pokok atau bagian yang dipilihnya. Semua guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN se-Kecamatan Wates sudah melaksanakan
penilaian menceritakan kembali teks atau cerita. Walaupun melalui wawancara seluruh guru tidak menyebutkannya, tetapi menceritakan kembali teks atau cerita
terdapat dalam hasil angket dan analisis dokumen. Dalam menceritakan kembali teks atau cerita, peserta didik diminta melakukannya secara tertulis. Pelaksanaan
penilaian ini juga disesuaikan dengan kompetensi dasar. Pada Kurikulum 2013, menceritakan kembali teks atau cerita terdapat pada
materi pokok teks eksposisi. Peserta didik diminta untuk menceritakan kembali teks eksposisi yang dibacanya. Pada KTSP, menceritakan kembali teks atau cerita dapat
ditemukan pada penilaian yang dilakukan oleh R2 pada kelas IX kompetensi dasar 13.1 Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan. Peserta didik
diminta mendengarkan kutipan novel yang dibacakan kemudian menceritakan kembali tokoh-tokoh dalam cerita serta menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki tokoh
beserta bukti-bukti secara tertulis. Merujuk penelitian Iswardah 2007, penilaian menceritakan kembali teks
atau cerita dimasukkan dalam penilaian kinerja untuk kompetensi menyimak dan membaca. Penilaian ini memang tepat digunakan untuk dua kompetensi tersebut
karena penilaian ini mengubah tagihan pemahaman menjadi tagihan produksi bahasa.
62
h. Pengamatan
Melalui penilaian pengamatan, guru dapat mengamati perhatian peserta didik dalam mengerjakan tugas, responnya terhadap berbagai jenis tugas, atau interaksi
dengan peserta didik lain ketika sedang bekerja kelompok. Pengamatan dilakukan guru terkait dengan penilaian sikap peserta didik. Pengamatan juga dilakukan ketika
penilaian kinerja berlangsung. Pengamatan yang dilakukan dapat dibantu dengan menggunakan lembar pengamatan atau lembar observasi.
Sumua guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN se-Kecamatan Wates melakukan penilaian pengamatan. Akan tetapi, tidak semua guru melakukan
penilaian pengamatan dengan menggunakan lembar observasi. Terkadang guru hanya membuat catatan khusus atau hanya menggunakan presensi peserta didik
kemudian memberikan kode tertentu pada presensi tersebut. Penilaian dengan hanya menggunakan catatan khusus dan kode tertentu
sebenarnya kurang menunjukkan ketercapaian peserta didik karena tidak terdapat kriteria. Penggunaan lembar observasi sangat penting dilakukan karena selain
memudahkan guru dalam mengamati, juga menunjukkan hasil yang lebih akurat dan sesuai dengan kenyataan. Lembar observasi juga memuat kriteria dan aspek apa saja
yang dinilai sehingga penilaian lebih terarah. Akan tetapi, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN se-Kecamatan wates ada yang tidak menggunakannya
karena menganggap pembuatan lembar observasi rumit dan memakan waktu. Penilaian pengamatan juga dilakukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
untuk mengonfirmasi hasil penilaian diri dan penilaian sejawat. Artinya, penilaian pengamatan dilakukan guna melengkapi hasil penilaian yang lain. Penilaian
63 pengamatan merupakan penilaian yang sering dilakukan guru dalam proses
pembelajaran. Akan tetapi, dalam penelitian yang dilakukan Iswardah 2007 bentuk penilaian ini tidak dimaksukkan dalam model penilaian yang diterapkan oleh guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTsN Malang I. Padahal dalam sasaran penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, guru MTsN Malang I melakukan
penilaian proses pembelajaran. Salah satu cara untuk melakukan penilaian proses pembelajaran adalah dengan melakukan pengamatan pada proses belajar peserta
didik.
i. Penilaian Tertulis