PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA.
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Defi Aprilia Handayani NIM 13201241015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
v
(Albert Einstein)
“Tidak perlu mendengarkan perkataan orang yang akan membuat kita takut dan akhirnya berhenti. Kita harus yakin pada apapun
yang kita jalani.” (Penulis)
(6)
vi
junjungan Nabi Muhammad SAW. Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Ibu dan Bapak tercinta, yang selalu memberi doa terbaik untukku.
Memberikan dukungan dan kesempatan untuk selalu belajar. Selalu memberikan kasih sayang dan inspirasi.
(7)
vii
dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada saya.
Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada pembimbing yaitu Bapak Dr. Maman Suryaman, M. Pd. yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukannya. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Kepala SMP Negeri 8 Yogyakarta, beserta Ibu Dwi Martati, S. Pd., M. Si. dan Bapak Puji Isyantana, S. Pd. selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Rasa sayang dan terima kasih saya sampaikan kepada Ibunda tercinta Priharyani, Ayahanda tercinta Handoyo, kakak tersayang Novika Lestari Handayani, kakak ipar Eko Priyantoro, kedua adik tersayang Naela Shiyam Handayani dan Juhari Handayani Tsaqib, serta Mbah Uti, atas segala kasih sayang, dukungan, doa, dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan berbagai macam ilmu yang sangat bermanfaat. Kepada teman-teman Teater Atlas PBSI A 2013 dan teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY. Khususnya Elly, Ina, Siska, Dini, Sheila, dan Santi yang telah menemani penulis dalam menjalani suka duka di perkuliahan. Tidak lupa ucapan terima kasih pada teman-teman PPL SMP
(8)
viii
Yogyakarta, Februari 2017 Penulis,
(9)
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Penjelasan Istilah ... 9
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Penilaian dan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 10
B. Konsep Penilaian Otentik ... 12
C. Kriteria dalam Penilaian Otentik ... 16
D. Cakupan Penilaian Otentik ... 17
E. Langkah Pengembangan Penilaian Otentik ... 22
F. Kurikulum 2013 ... 24
G. Penilaian Hasil Belajar ... 27
H. Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 28
(10)
x
C. Teknik Pengumpulan Data ... 35
1. Wawancara ... 35
2. Pengamatan ... 36
3. Analisis Dokumen ... 37
D. Instrumen Penelitian ... 38
1. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 38
2. Catatan Pengamatan... 39
3. Catatan Analisis Dokumen ... 40
E. Teknik Analisis Data ... 41
1. Pengumpulan Data ... 41
2. Reduksi Data ... 41
3. Penyajian Data ... 42
4. Penarikan Kesimpulan ... 42
F. Keabsahan Data ... 43
BAB IV PEMBAHASAN ... 44
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44
1. Perencanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 45
2. Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 47
3. Kendala yang dialami Guru dalam Melaksanakan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 49
4. Upaya yang dilakukan Guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 51
(11)
xi
di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 57
3. Kendala yang dialami Guru dalam Melaksanakan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 72
4. Upaya yang dilakukan Guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 74
BAB V PENUTUP ... 76
A. Simpulan ... 76
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
C. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
(12)
xii
Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 8 Yogyakarta ... 39 Tabel 3: Kisi-Kisi Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa Pelaksanaan
Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 8 Yogyakarta ... 39 Tabel 4: Kisi-Kisi Catatan Pengamatan Pelaksanaan Penilaian Otentik
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 40 Tabel 5: Kisi-Kisi Analisis Dokumen Pelaksanaan Penilaian Otentik
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 40 Tabel 6: Perencanaan Penilaian Otentik oleh Guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia ... 46 Tabel 7: Pelaksanaan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia ... 48 Tabel 8: Kendala Guru dalam Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran
Bahasa Indonesia ... 50 Tabel 9: Upaya Guru dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Penilaian
(13)
xiii
Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8
Yogyakarta ... 87
III. Tabel Induk Hasil Penelitian ... 89
IV. Transkrip Hasil Wawancara ... 91
V. Hasil Pengamatan Pembelajaran ... 119
VI. Analisis Dokumen Guru ... 140
VII. Dokumen Guru ... 147
VIII. Instrumen Penelitian ... 212
IX. Dokumentasi Pembelajaran ... 220
(14)
xiv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Deskripsi pelaksanaan penilaian otentik meliputi perencanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala-kendala yang muncul dalam pelaksanaan penilaian otentik, dan upaya guru dalam mengatasi kendala dalam melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian bersifat naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi alami. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII C dan VII H SMP Negeri 8 Yogyakarta. Data diperoleh melalui wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen yang dianalisis secara kualitatif melalui empat tahap, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2013. Perencanaan pelaksanaan penilaian otentik tersusun dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian otentik dilaksanakan lebih baik dari perencanaan yang telah disiapkan sebelumnya. Guru menggunakan berbagai model penilaian otentik yang disesuaikan dengan kondisi kelas dan materi yang diajarkan. Hal ini menunjukkan bahwa guru Bahasa Indonesia memiliki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan penilaian otentik. Pada pelaksanaan penilaian otentik masih ditemukan beberapa kendala, yaitu kendala dari siswa. Guru Bahasa Indonesia telah melakukan beberapa upaya yang efektif dalam mengatasi kendala yang ditemukan, Hal itu menunjukkan bahwa kelas dapat dikelola dengan baik oleh guru.
(15)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dan ke depan, dunia pendidikan memiliki tuntutan dan
tantangan yang harus dihadapi. Tuntutan dan tantangan tersebut salah satunya
adalah pendidikan yang hendaknya mampu menghasilkan sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi yang utuh, yaitu kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang terintegrasi. Kurikulum pada
dasarnya dituntut untuk selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Elemen sukses untuk mewujudkan penerapannya tersebut adalah siswa, guru, dan
materi. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan
memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Majid dan Rochman, 2015: 1).
Orientasi pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 adalah untuk
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui
penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa). Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013
menjadi kelompok wajib. Mata pelajaran bahasa, termasuk Bahasa Indonesia
dalam Kurikulum 2013 diorientasikan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
dan carrier of knowledge. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang
menggunakan Kurikulum 2013, berbasis pada berbagai jenis teks, sehingga
pembelajaran pengetahuan dan keterampilan berbahasa dilaksanakan sesuai
(16)
Melalui Kurikulum 2013 siswa diharapkan dapat memadukan sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya dalam menyelesaikan fenomena kehidupan
mereka. Selain itu, siswa juga mengutamakan pendekatan saintifik yang
mengantarkan untuk tidak berhenti pada pengetahuan saja tetapi berlanjut pada
keterampilan dan pembentukan sikap. Pencapaian tersebut dapat diukur dengan
penilaian otentik yang menggambarkan perkembangan belajar siswa.
Dalam memperoleh informasi, guru memiliki peran penting dalam
membantu siswa. Informasi tersebut berupa pemahaman-pemahaman terkait
kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Salah satu aspek yang
mempengaruhi ketercapaian proses pembelajaran di kelas adalah aspek penilaian.
Aspek penilaian tidak asing bagi para guru. Penilaian merupakan istilah dari
asasment sebagai kegiatan yang tersusun, terencana, sistematis, berkelanjutan, dan digunakan untuk mengumpulkan informasi dari siswa sebagai dasar membuat
keputusan sesuai kriteria yang telah ditentukan (Arifin, 2012: 4). Bagi guru atau
praktisi pendidikan, kegiatan penilaian bukanlah hal yang baru. Namun,
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa merencanakan dan melaksanakan
penilaian masih merupakan persoalan serius.
Penilaian meliputi berbagai jenis, di antaranya penilaian otentik, penilaian
portofolio, penilaian produk, penilaian berbasis kelas, dan lain-lain. Penilaian
otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar peserta didik (Abidin, 2012: 168). Tujuan
penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai
(17)
keterampilan-keterampilan tersebut digunakan (Nurgiyantoro, 2014: 306-307). Penilaian otentik
sangat disarankan untuk digunakan. Penilaian otentik menekankan capaian
pembelajar untuk menunjukkan kinerja, doing something, kesiapan pembelajaran
untuk berunjuk kerja selepas mengikuti kegiatan pembelajaran tentu lebih
signifikan (Nurgiyantoro, 2014: 309).
Idealnya, guru dalam merancang penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia
harus berbasis pada ketentuan yang ada dalam Kurikulum 2013 yang menuntut
pelaksanaan penilaian otentik. Penilaian otentik menjadi salah satu bentuk
penilaian yang mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Guru harus
mampu mengintegrasikan rancangan penilaian otentik yang mengacu pada
berbagai teks dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pemberdayaan
guru juga perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas guru dalam
pelaksanaan penilaian. Beberapa upaya pemberdayaan guru dalam penilaian
otentik adalah lewat penataran, pelatihan, dan pendampingan dalam praktik
pembuatan dan pelaksanaan penilaian otentik.
Yaumi (2014: 185) menjelaskan bahwa penggunaan penilaian otentik
(authentic assessment) untuk menilai keberhasilan peserta didik yang bukan saja
melihat dari kemampuan menjawab soal-soal secara tertulis, melainkan juga dapat
menunjukkan kinerja yang baik, melakukan pekerjaan secara maksimal melalui
tugas-tugas berdasarkan dunia nyata yang mendemonstrasikan penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang berguna. Mueller mengemukakan sejumlah
(18)
meliputi (i) penentuan standar, (ii) penentuan tugas otentik, (iii) pembuatan
kriteria, dan (iv) pembuatan rubrik (Nurgiyantoro, 2014: 310-314).
Ada banyak tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat
dikelompokkan ke dalam asesmen otentik. Misalnya, mengungkapkan kembali
pesan yang didengar, dibaca, atau dilihat baik secara lisan atau tertulis (jadi
berunjuk kerja secara lisan dan tertulis), wawancara, pertanyaan terbuka,
membuat karya tulis tertentu, membuata laporan, kegiatan demonstrasi,
pengamatan oleh guru, portofolio, penilaian diri sendiri atau oleh teman, dan
lain-lain (Nurgiyantoro, 2014: 315). Kunandar (2011a: 401-427) menjelaskan tujuh
teknik yang data digunakan untuk mengumpulkan informasi kemajuan belajar
peserta didik di antaranya adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Selain itu,
Wahyuni dan Ibrahim (2012: 68-83) juga menyebutkan 6 model penilaian otentik,
yaitu: penilaian kinerja, portofolio, proyek, diri, sejawat, dan sikap.
SMP Negeri 8 Yogyakarta dipilih menjadi subjek penelitian. Sekolah ini
merupakan salah satu SMP berprestasi di Kota Yogyakarta yang menerapkan
Kurikulum 2013 dan memiliki keterbukaan terhadap pihak luar yang memiliki
tujuan untuk penelitian pendidikan. Berdasarkan observasi dan wawancara awal,
guru masih mengalami kendala dalam proses pelaksanaan penilaian otentik
menggunakan Kurikulum 2013. Penilaian pembelajaran masih dianggap rumit
oleh para guru. Penilaian pembelajaran menjadi kompleks karena harus memenuhi
kriteria otentik yang mampu menggambarkan proses dan hasil belajar siswa, harus
(19)
basis pembelajarannya. Masih diperlukan upaya untuk mengatasi berbagai
kendala yang terjadi agar pelaksanaan penilaian dapat terlaksana dengan baik.
Penelitian ini bermaksud menjelaskan pelaksanaan penilaian otentik
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Guru Bahasa
Indonesia sudah mampu melaksanakan penilaian sesuai dengan ketentuan
kurikulum yang berlaku. Harapannya dengan mengetahui pelaksanaan penilaian
tersebut, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya di SMP Negeri 8
Yogyakarta dapat memperbaiki perencanaan pelaksanaan penilaian otentik, proses
pembelajaran dalam pelaksanaan penilaian otentik, kendala, dan upaya yang
diambil untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan penilaian otentik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diajukan sebagai berikut.
1. Apakah guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta sudah melaksanakan penilaian
otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?
2. Bagaimanakah perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 8 Yogyakarta?
3. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 8 Yogyakarta?
4. Bagaimanakah hasil dari penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di
(20)
5. Bagaimana persepsi guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta mengenai
pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?
6. Apakah guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta melibatkan siswa dalam
melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?
7. Kendala apa sajakah yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian
otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?
8. Apa sajakah upaya yang dilakukan guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam
mengatasi kendala pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa
Indonesia?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disebutkan,
permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut.
1. Perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri
8 Yogyakarta.
2. Pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri
8 Yogyakarta.
3. Kendala yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian otentik
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
4. Upaya yang dilakukan guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam mengatasi
(21)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 8 Yogyakarta?
2. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 8 Yogyakarta?
3. Kendala apa sajakah yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian
otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?
4. Apa sajakah upaya yang dilakukan guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam
mengatasi kendala pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa
Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
3. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dialami guru dalam melaksanakan
penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8
(22)
4. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta
dalam mengatasi kendala-kendala pelaksanaan penilaian otentik
pembelajaran Bahasa Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini akan mampu menggambarkan fakta di lapangan mengenai
pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8
Yogyakarta pada tahun pelajaran 2016/ 2017, ditinjau dari perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil pelaksanaan penilaian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan dalam
upaya pengembangan dan penyempurnaan penelitian pendidikan.
b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan
wawasan tentang penilaian otentik dan pelaksanaannya dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia sehingga mampu menilai siswa dengan baik.
c. Bagi penelitian sejenis, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
(23)
G. Penjelasan Istilah
Peneliti membatasi istilah-istilah yang ada didalam penelitian ini agar
mendapat penjelasan dan tidak terjadi perbedaan persepsi terhadap istilah lain.
Beberapa istilah tersebut sebagai berikut.
1. Perencanaan penilaian otentik adalah rancangan pelaksanaan penilaian
otentik yang dibuat oleh guru.
2. Pelaksanaan penilaian otentik adalah kegiatan pelaksanaan penilaian otentik
untuk mengukur hasil belajar siswa dari beberapa sudut pandang penilaian.
3. Kendala pelaksanaan penilaian otentik adalah hambatan yang dialami guru
dalam pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran.
4. Upaya mengatasi kendala penilaian otentik adalah usaha yang dilakukan guru
dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.
5. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses interaksi siswa dengan guru
dan sumber belajar Bahasa Indonesia pada suatu lingkungan belajar.
6. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi dengan memperkuat
proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi
(24)
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan teori-teori mengenai aspek-aspek yang diteliti
berdasarkan pendapat para ahli sesuai dengan judul penelitian ini. Aspek-aspek
yang dibahas yaitu pertama, penilaian dan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Kedua, konsep penilaian otentik. Ketiga, kriteria dalam penilaian otentik. Keempat, cakupan penilaian otentik. Kelima, langkah pengembangan penilaian
otentik. Keenam, Kurikulum 2013. Ketujuh, penilaian hasil belajar. Kedelapan,
penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis Kurikulum 2013.
A. Penilaian dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Penilaian menjadi salah satu faktor yang dianggap penting dalam kegiatan
pembelajaran. Penilaian merupakan sebuah aktivitas yang cukup kompleks dan
melibatkan berbagai komponen dan kegiatan (Nurgiyantoro, 2014: 12). Penilaian
dijadikan upaya guru untuk mengumpulkan informasi dan dijadikan pertimbangan
dalam menentukan tingkat keberhasilan kegiatan pembelajaran, berdasarkan
teknik pembelajaran yang disusun secara sistematis dan untuk mencapai tujuan
penelitian (Majid, 2014: 35). Menurut Suryaman (2012: 153) menjelaskan hasil
penilaian dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar
peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran.
Sementara itu, seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan bahwa penilaian
(25)
pencapaian hasil belajar peserta didik. Tujuan penilaian hasil belajar yang
dilakukan oleh guru yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Dengan
demikian, tujuan penilaian harus diintegrasikan dan sejalan dengan tujuan
pembelajaran.
Nurgiyantoro (2014: 30-33) menyebutkan beberapa tujuan penilaian, di
antaranya: (a) untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang berupa
berbagai kompetensi yang telah ditetapkan dapat dicapai lewat kegiatan
pembelajaran yang dilakukan; (b) untuk memberikan objektivitas pengamatan kita
terhadap tingkah laku hasil belajar peserta didik; (c) untuk mengetahui
kemampuan pesera didik dalam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, atau
bidang-bidang tertentu; (d) untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dan
memonitor kemajuan peserta didik, dan sekaligus menentukan keefektifan
pelaksanaan pembelajaran; (e) untuk menentukan layak tidaknya seorang peserta
didik dinaikkan ke tingkat di atasnya atau dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan
yang ditempuhnya, dan; (f) untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia melatih siswa menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi yang diaplikasikan pada empat kompetensi.
Empat kompetensi tersebut yaitu membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara dengan mencakup keterampilan berbahasa dan bersastra. Guru mata
(26)
pelajaran Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa.
Penilaian dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh.
Keduanya tidak dapat dipisahkan. Kegiatan pembelajaran memerlukan interaksi
antara guru dan siswa yang bertujuan agar kompetensi yang diajarkan dapat
diterima secara utuh oleh siswa. Sementara, untuk mengetahui hasil tingkat
ketercapaian tersebut membutuhkan peran penilaian. Penilaian pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara
berkelanjutan, sesuai dengan prinsip penilaian.
Berdasarkan penjabaran tersebut, dipahami bahwa penilaian sebagai
kegiatan menilai dan menentukan nilai sesuai ketentuan dan tujuan penilaian.
Pelaksanaannya bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar
siswa dari kompetensi yang diujikan. Penilaian harus diintegrasikan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi empat kemampuan berbahasa dan
bersastra.
B. Konsep Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan salah satu jenis evaluasi pendidikan.
Penilaian otentik (authentic assessment) merupakan cermin nyata (the real
mirror) dari kondisi pembelajaran siswa. Penilaian otentik disebut demikian karena unik berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman langsung di dunia nyata
(27)
penilaian informal, dan penilaian berlandaskan situasi (situated assessment)
(Basuki dan Hariyanto, 2014: 168).
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep penilaian otentik merupakan
proses pengumpulan data-data yang dapat dijadikan gambaran perkembangan
belajar siswa. Gambaran tersebut perlu diketahui guru agar dapat dipastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam
belajar, guru dapat segera mengambil tindakan yang tepat, karena gambaran
mengenai kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang pembelajaran. Penilaian
otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar peserta didik (Abidin, 2012: 168).
Penilaian otentik dilaksanakan untuk menyoroti sifat-sifat konstruktif dari
pembelajaran dan pendidikan. Selain itu, penilaian otentik mengizinkan siswa
memilih jalannya sendiri untuk mendemonstrasikan kompetensi dan
keterampilannya serta mengevaluasi seberapa efektif siswa secara langsung
mampu menerapkan pengetahuannya dalam berbagai jenis tugas. Penilaian otentik
juga melibatkan pengalaman nyata yang dilaksanakan selama dan sesudah proses
pembelajaran berlangsung.
Hal ini senada dengan yang dikatakan (Surapranata dan Hatta, 2006: 71)
bahwa penilaian otentik merupakan pendekatan penilaian yang melibatkan peserta
didik secara realistis dalam menilai prestasi mereka sendiri. Prinsip dasar
penilaian otentik dalam teori pembelajaran adalah peserta didik harus dapat
(28)
dan Hariyanto (2014: 175-176) penilaian otentik memiliki keunggulan, antara
lain: (a) berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan pengetahuan; (b)
meningkatkan kreativitas; (c) merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia
nyata; (d) mendorong kerja kolaboratif; (e) meningkatkan keterampilan lisan dan
tertulis; (f) langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan
tujuan pembelajaran; dan (g) menekankan kepada keterpaduan pembelajaran di
sepanjang waktu.
Sebenarnya, bentuk-bentuk penilaian otentik bukan merupakan barang
asing bagi para pendidik di Indonesia. Baik sebagai pelaku maupun pemilihan
bentuk telah melakukan penilaian model itu. Hanya saja, pada umumnya kita lebih
akrab dengan penilaian tradisional. Penilaian tradisional dilihat sebagai penilaian
yang lebih banyak menyerap pengetahuan yang telah dikuasai siswa sebagai hasil
belajar yang pada umumnya ditagih dalam bentuk tes objektif.
Menurut Nurgiyantoro (2014: 307-308) asesmen otentik lebih
menekankan pada pemberian tugas yang menuntut pembelajar menampilkan,
mempraktikkan, atau mendemonstrasikan hasil pembelajarannya di dunia nyata
secara bermakna yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
dalam suatu mata pelajaran. Singkatnya, penilaian tradisional lebih menekankan
tagihan penguasaan pengetahuan, sedang asesmen otentik kinerja atau tampilan
yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian tradisional dan penilaian otentik memiliki perbedaan. Hal yang
membedakan kedua jenis penilaian tersebut, jika dibuat secara pilah dikhotomis,
(29)
aktivitas, (ii) menunjukkan penguasaan pengetahuan dan demonstrate proficiency
by doing something, (iii) memanggil kembali atau rekognisi dan mengonstruksi atau aplikasi, (iv) soal dan jawaban disusun guru dan siswa menyusun sendiri
jawaban, dan (v) bukti tidak langsung dan bukti langsung (faktual) (Nurgiyantoro,
2014: 308-309).
Dalam penilaian otentik, siswa tidak hanya dapat menunjukkan perilaku
tertentu yang diinginkan sesuai rumusan tujuan pembelajaran, tetapi juga mampu
mengerjakan sesuatu yang terkait dengan konteks kehidupan nyata. Penilaian
dalam konteks penilaian otentik tidak hanya mencakup semua proses mengajar
dan belajar atau yang sekarang terangkum dalam satu istilah pembelajaran.
Kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik siswa saja, tetapi juga
mencakup karakteristik metode pembelajaran, kurikulum, fasilitas, dan
administrasi sekolah. Contoh objek penilaian otentik adalah melakukan penelitian
bidang sosial, menulis cerita, serta membaca dan menafsirkannya.
Yaumi (2014: 189) menjelaskan penilaian otentik adalah suatu bentuk
penilaian terhadap proses dan hasil belajar yang merefleksikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan melalui tugas-tugas aktual dan kontekstual berdasarkan
kriteria yang ditetapkan. Penilaian otentik tidak bisa dilepaskan dari standar
materi, tugas, peserta didik, kondisi lingkungan, serta proses dan hasil. Kelima
aspek tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang mengharuskan para
(30)
suatu pengetahuan atau keterampilan. Penilaian otentik menekankan pemberian
tugas yang menuntut pembelajar untuk menampilkan, mempraktikkan, dan
mendemonstrasikan hasil pembelajarannya. Dengan demikian, asesmen otentik
menilai kinerja atau tampilan yang mencerminkan penguasaaan pengetahuan dan
keterampilan.
C. Kriteria dalam Penilaian Otentik
Pada penilaian otentik perlu adanya kriteria penilaian sebagai
rambu-rambu batasan agar dapat memperlihatkan keadaan yang sebenarnya. Kriteria
penilaian dalam rambu-rambu penilaian kelas, di antaranya: validitas, reliabilitas,
terfokus pada kompetensi, keseluruhan, adil dan objektif, mendidik, terbuka,
berkesinambungan, dan bermakna (Kunandar, 2011a: 397-399). Penilaian otentik
juga tidak semata-mata hanya dilihat dari penilaian berdasarkan hasil tes.
Hal ini senada dengan yang dikemukakan Kunandar (2013: 36) bahwa
dalam penilaian otentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori
pada dunia nyata. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil
Belajar menjelaskan prinsip umum dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
(31)
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan
peserta didik dalam belajar.
D. Cakupan Penilaian Otentik
Kurikulum 2013 pada penilaian otentik memiliki tiga cakupan. Abidin
(2014: 98-102) menyebutkan tiga cakupan penilaian kompetensi sikap,
(32)
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Abidin (2014: 98) mengemukakan bahwa instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau
skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan
pendidik. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik melakukan penilain kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik, dan jurnal.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik menilai kompetensi pengetahuan siswa
melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Penggunaan ragam penilaian untuk
mengukur pengetahuan hendaknya benar-benar diorientasikan guna membangun
kompetensi siswa. Menurut Abidin (2014: 102) penilaian dengan demikian bukan
hanya digunakan sebagai alat ukur melainkan sebagai alat belajar.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik menilai kompetensi keterampilan
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik,
proyek, dan penilaian portofolio. Banyak tugas dan kegiatan penilaian
pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam penilaian otentik selama tugas
(33)
menyebutkan ada banyak tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat
dikelompokkan ke dalam asesmen otentik. Misalnya, mengungkapkan kembali
pesan yang didengar, dibaca, atau dilihat baik secara lisan atau tertulis (jadi
berunjuk kerja secara lisan dan tertulis), wawancara, pertanyaan terbuka,
membuat karya tulis tertentu, membuat laporan kegiatan, demonstrasi,
pengamatan oleh guru, portofolio, penilaian diri sendiri atau oleh teman, dan
lain-lain.
Sementara itu, model penilaian yang disebutkan oleh Kemdikbud (2013:
234-238) antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan
penilaian tertulis. Model penilaian otentik juga disebutkan oleh Wahyuni dan
Ibrahim (2012: 68-83) juga menyebutkan 6 model penilaian otentik, yaitu:
penilaian kinerja, portofolio, proyek, diri, sejawat, dan sikap. Berikut ini adalah
penjelasan beberapa model penilaian otentik yang telah disebutkan.
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik
dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, menguji apa yang
mereka ketahui dan dapat dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata
dan dalam konteks tertentu. Dalam konteks penilaian pembelajaran bahasa di
sekolah ketepatan kinerja tersebut harus ditekankan pada ketepatannya
mempergunakan bahasa dan sekaligus muatan informasinya.
2. Penilaian Diri dan Penilaian Sejawat
Penilaian diri meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri,
(34)
Penilaian sejawat tidak jauh berbeda dengan penilaian diri. Menurut Kemdikbud
(2013: 235) penilaian diri merupakan teknik penilaian yang meminta peserta didik
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat
pencapaian kompetensi dalam mata pelajaran tertentu.
3. Wawancara Lisan
Wawancara lisan sebenarnya dapat juga disebut sebagai penilaian kinerja
kebahasaan. Sesuai dengan namanya, dalam aktivitas ini terjadi tanya jawab
antara pihak yang diwawancarai (peserta didik) dan pewawancara (guru, penguji)
tentang apa saja yang diinginkan informasinya oleh pewawancara (Nurgiyantoro,
2014: 316). Guru dapat memberikan pertanyaan penyelidikan untuk menentukan
pemahaman peserta didik atau penguasaan aspek bahasa tertentu dalam penilaian
ini.
4. Pertanyaan Terbuka
Penilaian ini lebih difokuskan terhadap bagaimana peserta didik
mengaplikasikan informasi daripada seberapa banyak peserta didik memanggil
kembali apa yang telah diajarkan. Penilaian dilakukan dengan memberikan
pertanyaan (stimulus) atau tugas yang harus dijawab atau dilakukan oleh peserta
didik secara tertulis atau lisan. Pertanyaan bukan sekadar pertanyaan yang hanya
membutuhkan jawaban singkat dengan satu atau beberapa kata atau ya/ tidak
(Nurgiyantoro, 2014: 316).
5. Menceritakan Kembali Teks atau Cerita
Pemberian tugas kepada peserta didik untuk menceritakan kembali wacana
(35)
Artinya, mereka telah terbiasa memberikan tugas itu kepada peserta didik lewat
pembelajaran menyimak dan membaca walau mungkin guru tidak mengetahui
bahwa pemberian tugas itu merupakan salah satu jenis asesmen otentik.
Penceritaan kembali wacana yang didengar atau dibaca dapat dilakukan secara
lisan atau tertulis (Nurgiyantoro, 2014: 317).
6. Eksperimen atau Demonstrasi
Eksperimen atau demonstrasi dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
dengan mendeskripsikan langkah-langkah dan bahan-bahan yang dibutuhkan
dalam melakukan eksperimen, hipotesis yang dikemukakan, metode yang
digunakan, atau penarikan kesimpulan. Peserta didik dapat dinilai dengan
menggunakan rubrik berdasarkan pemahaman terhadap konsep, penjelasan
metode, dan bahasa yang digunakan.
7. Pengamatan
Pengamatan dalam pembelajaran dapat dilakukan secara spontan maupun
dengan perencanaan sebelumnya. Khusus perencanaan, guru dapat mengamati
penggunaan bahasa dan kemampuan berpikir peserta didik dalam tugas berdiskusi
dengan peserta didik lainnya. Guru dapat mengamati perhatian peserta didik
dalam mengerjakan tugas, responnya terhadap berbagai jenis tugas, atau interaksi
dengan peserta didik lain ketika sedang bekerja kelompok.
8. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan
(36)
bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh
peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh
guru dalam periode tertentu (Arifin, 2014: 198). Penilaian portofolio memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih banyak terlibat, dan peserta didik
sendiri dapat dengan mudah mengontrol sejauh mana perkembangan kemampuan
yang telah diperolehnya. Tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan
informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap
dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.
9. Penilaian Proyek
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan
dalam waktu tertentu (Basuki dan Hariyanto, 2014: 191). Proyek akan
memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada
proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan informasi.
Menurut (Nurgiyantoro, 2014: 318) tugas proyek ini baik untuk dilaksanakan di
sekolah, namun karena cukup banyak menyita waktu, dilaksanakan sekali dalam
satu semester tampaknya sudah cukup memadai.
E. Langkah Pengembangan Penilaian Otentik
Mueller mengemukakan sejumlah langkah yang perlu ditempuh dalam
pengembangan asesmen otentik, yaitu yang meliputi (i) penentuan standar, (ii)
penentuan tugas otentik, (iii) pembuatan kriteria, dan (iv) pembuatan rubrik
(37)
1. Penentuan Standar
Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang harus
diketahui dan dilakukan pembelajar. Di samping standar ada istilah goal (tujuan
umum) dan objective (tujuan khusus), dan standar berada di antara keduanya. Jadi,
penentuan standar di sini tidak lain adalah penentuan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator yang menjadi acuan bersama kegiatan
pembelajaran dan penilaian.
2. Penentuan Tugas Otentik
Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan atau harus
dilakukan oleh pembelajar untuk mengukur pencapaian kompetensi yang
dibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung maupun ketika
sudah berakhir. Tugas otentik (authentic task) sering disinonimkan dengan
asesmen otentik (authentic assessment) walau sebenarnya cakupan makna yang
kedua lebih luas. Semua kegiatan pengukuran pendidikan harus mengacu pada
standar yang telah ditetapkan.
Pemilihan tugas-tugas otentik pertama-tama haruslah merujuk pada
kompetensi mana yang akan diukur pencapaiannya. Kedua, dan inilah yang khas
asesmen otentik, pemilihan tugas-tugas itu haruslah mencerminkan keadaan atau
kebutuhan yang sesungguhnya di dunia nyata. Jadi, dalam sebuah penilaian
otentik mesti terkandung dua hal sekaligus: sesuai dengan standar (kompetensi)
dan relevan (bermakna) dengan kehidupan nyata. Dua hal tersebut haruslah
(38)
3. Pembuatan Kriteria
Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian dan
bukti-bukti nyata capaian belajar subjek belajar dengan kualitas tertentu yang
diinginkan. Kriteria lazimnya juga telah dirumuskan sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Kriteria penilaian capaian hasil belajar harus cocok dengan
kompetensi yang dibelajarkan dan sekaligus bermakna atau relevan dengan
kehidupan nyata. Selain itu, pembuatan kriteria haruslah mengacu pada
ketentuan-ketentuan yang selama ini dinyatakan baik, baik dalam arti efektif untuk
keperluan penilaian hasil belajar.
4. Pembuatan Rubrik
Rubrik, seperti yang diungkapkan Mueller dapat dipahami sebagai sebuah
kala penyekoran (scoring scale) yang dipergunakan untuk menilai kinerja subjek
didik untuk tiap kriteria terhadap tugas-tugas tertentu (Nurgiyantoro, 2014: 313).
Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat yaitu kriteria dan
tingkat capaian kinerja (level of performance). Rubrik lazimnya ditampilkan
dalam tabel, kriteria ditempatkan di sebelah kiri dan tingkat capaian di sebelah
kanan tiap kriteria.
F. Kurikulum 2013
Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena merupakan
kunci utama untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan. Perkataan
kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang dari
(39)
dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Majid dan Rochman, 2015: 1).
Orientasi pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 adalah untuk
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui
penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa).
Kurikulum memberikan pedoman kepada guru untuk menyusun dan
melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu keluaran
juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan. Untuk mendukung
kegiatan pembelajaran diperlukan kurikulum yang memihak pelajar, yang
memungkinkan siswa berbuat aktif. Kurikulum ini harus menitikberatkan
kebutuhan pelajar sehingga kegiatan pembelajaran mencapai sasaran dan tujuan
pelajar belajar. Tujuan, program, dan bahan pembelajarannya disusun sesuai
dengan kebutuhan pelajar.
Suatu kurikulum tidak dapat terbentuk atau tidak dapat dikembangkan
tanpa adanya tujuan khusus sebagai hasil yang diharapkan. Dengan adanya tujuan,
maka akan memudahkan para pengembang kurikulum dalam menentukan
nilai-nilai apa saja yang harus ada dalam kurikulum tersebut. Oleh karena itu, sangat
penting bagi para calon pendidik untuk memahami dan menguasai tata cara
pengembangan tujuan kurikulum dan mempraktikannya di sekolah.
Poerwati (2013: 284-285) mengemukakan bahwa setiap kurikulum yang
diberlakukan di Indonesia memiliki manfaat, masing-masing tergantung pada
(40)
manfaat yang terdapat dalam Kurikulum 2013, antara lain mendorong
terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan memberi
peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu, Kurikulum 2013 juga memiliki manfaat bagi civitas akademika
dan siswa. Manfaat Kurikulum 2013 bagi civitas akademika, antara lain: (1)
mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan, (2) guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik
membangun pengetahuan, dan (3) adanya perubahan paradigma mengajar.
Kurikulum 2013 sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan
dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptable (dapat diterima)
bagi kebutuhan siswa serta akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat
padat dan memberatkan kurang lebih 20%.
Kurikulum 2013 disusun untuk menghadapi berbagai tantangan internal
dan eksternal bangsa Indonesia. Tantangan internal di antaranya meliputi tuntutan
pendidikan yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan, yakni
standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan. Sementara itu, tantangan eksternal meliputi tantangan masa
depan yang berupa perkembangan peradaban serta perubahan lingkungan dan
(41)
bangsa serta tantangan yang berupa fenomena negatif yang mengemuka di tengah
masyarakat.
G. Penilaian Hasil Belajar
Abidin (2014: 104-105) menjelaskan pelaksanaan dan pelaporan penilaian
oleh pendidik dalam konteks pembelajaran Kurikulum 2013. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik tersebut harus memperhatikan hal-hal berikut, pertama,
proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus acuan dalam membuat
rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Kedua, pelaksanaan
penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran dan diakhiri
dengan tes/ nontes. Ketiga, penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu
dilakukan dengan mengacu pada indikator dari kompetensi dasar setiap mata
pelajaran yang diintegrasikan dalam tema tersebut. Keempat, hasil penilaian oleh
pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar.
Kelima, laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk nilai dan atau deskripsi pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dan deskripsi sikap.
Keenam, laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala sekolah/ madrasah dan pihak lain yang terkait.
Penilaian hasil belajar merupakan laporan proses pembelajaran di kelas.
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara
berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar
(42)
proses pembelajaran di kelas tidak lepas dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan hasil penilaian. Proses penilaian yang baik dilakukan bersamaan dengan
proses pembelajaran di kelas dan tidak hanya dilakukan pada saat tes saja. Pada
penilaian otentik, tidak berdasarkan dari hasil tes melainkan juga memperlihatkan
keadaan peserta didik sebenarnya. Penggunaan berbagai model penilaian dalam
pembelajaran juga sangat diperlukan. Oleh karena itu, penilaian tidak hanya
bermanfaat bagi perbaikan sistem pembelajaran, tetapi juga bermanfaat bagi
siswa.
H. Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menjadi
kelompok wajib. Mata pelajaran bahasa, termasuk Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013 diorientasikan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan
carrier of knowledge. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan Kurikulum 2013 berbasis pada berbagai jenis teks, sehingga pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan berbahasa dilaksanakan sesuai dengan teks-teks
yang disajikan kepada siswa.
Kemdikbud (2013a: v) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang
mendasari pembelajaran berbasis teks tersebut di antaranya adalah (1) bahasa
hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau
kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan
bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional,
(43)
bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi
penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan
berpikir manusia.
Pembelajaran bahasa pada Kurikulum 2013 materi yang diajarkan
ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan gagasan dan pengetahuan. Siswa dibiasakan membaca dan
memahami makna teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa
sendiri. Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif
melalui latihan-latihan penyusunan teks. Siswa dikenalkan tentang aturan tentang
aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan
teks. Selain itu siswa juga dibiasakan mengekspresikan dirinya dan
pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan.
Dalam penerapannya, penilaian otentik akan bermakna bagi guru untuk
menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir.
Dalam pembelajaran otentik, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus menjadi “guru otentik”. Kunandar (2013: 42) menyebutkan bahwa tiga hal yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penilaian otentik, yaitu (1) otentik dari segi
instrumen, (2) otentik dari aspek yang diukur, dan (3) otentik dari aspek kondisi
peserta didik.
Penilaian otentik pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 meliputi tiga
aspek yaitu aspek sikap, aspek pengetahuan, serta aspek keterampilan, yang tidak
(44)
penilaian awal untuk mengetahui perkembangan capaian belajarnya. Dalam
standar kompetensi, empat keterampilan dasar berbahasa tidak secara eksplisit
dipaparkan. Pelaksanaan penilaian pembelajaran tidak terlepas dari empat
keterampilan berbahasa tersebut yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
Setiap kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dapat dipilih oleh
guru untuk menentukan jenis penilaian yang sesuai. Semua itu tentunya harus
disusun secara terpadu dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam
penilaian otentik, pembuatan rubrik menjadi salah satu aspek utama. Pembuatan
rubrik harus disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang jelas. Pembuatan kriteria
pun harus disesuaikan dengan jenis penilaian apa yang digunakan. Pemerintah
juga telah memberikan sejumlah contoh penilaian dan format rubrik yang dapat
digunakan oleh guru untuk melakukan penilaian.
I. Penelitian Relevan
Penelitian tentang penilaian yang pernah dilaksanakan umumnya sangat
beragam. Dalam ranah penelitian pendidikan, evaluasi mengenai pelaksanaan
penilaian bukan merupakan hal yang baru. Beberapa penelitian yang relevan dan
mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Burhan Nurgiyantoro dan Pujiati Suyata berjudul Pengembangan Model Asesmen Otentik dalam Pembelajaran
Bahasa, yang dimuat dalam jurnal Cakrawala Pendidikan Th. XXVII, No. 3. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan produk buku panduan
(45)
penilaian otentik. Dalam penelitian tersebut, dilakukan survei terhadap 30 guru
Bahasa Indonesia se-DIY untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru
terhadap penilaian otentik dan pelaksanaannya di lapangan.
Kedua, Widya Ajeng Pemila (2014) melaksanakan penelitian dengan judul Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA Beracuan Kurikulum 2013 di Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum 2013. Ketercapaian pelaksanaan penilaian otentik di empat sekolah tersebut termasuk dalam kategori “sedang”.
Kesamaan dengan penelitian ini adalah terletak pada kurikulum yang
digunakan yaitu Kurikulum 2013. Aspek yang menjadi pembeda dengan
penelitian ini adalah penelitian untuk SMA di Kabupaten Gunungkidul. Pada
penelitian ini difokuskan pada penilaian otentik untuk satu sekolah saja yaitu SMP
Negeri 8 Yogyakarta.
Ketiga, Frans Apriliadi (2016) melaksanakan penelitian dengan judul Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Hasil penelitiannya yaitu (1) semua guru di Bahasa Indonesia di SMP Negeri 9 Yogyakarta telah menerapkan penilaian berbasis kelas, (2) model
penilaian berbasis kelas yang digunakan beragam, (3) masih ditemukan beberapa
kendala dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas, dan (4) guru Bahasa
Indonesia melakukan beberapa upaya dalam mengatasi kendala tersebut.
Kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menilai pada tingkat
(46)
dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Frans Apriliadi adalah penelitian
pada pelaksanaan penilaian berbasis kelas, sementara pada penelitian ini
diarahkan pada pelaksanaan penilaian otentik. Ketiga hasil penelitian ini sangat
relevan dan mendukung penelitian ini karena keduanya berkaitan dengan
penilaian.
J. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran tidak pernah terlepas dari elemen pendidikan yang
berupa penilaian. Panduan penilaian digunakan guru sebagai acuan dalam
melaksanakan penilaian sesuai prinsip Kurikulum 2013. Melalui pedoman yang
dikeluarkan pemerintah, diharapkan guru dapat melaksanakan penilaian otentik
sesuai dengan ketentuan penilaian. Namun, hal itu bukan jaminan bahwa
pelaksanaan penilaian otentik dilaksanakan sesuai dengan harapan.
Pemahaman guru dalam melaksanakan penilaian otentik masih kurang.
Masih ditemukan pelaksanaan penilaian otentik yang tidak sejalan dengan
perencanaan penilaian dan ketentuan penilaian pendidikan. Pada pelaksanaannya,
tidak semua langkah dan model penilaian digunakan oleh guru secara sempurna.
Sejauh ini, belum banyak dilakukan pengevaluasian terkait pelaksanaan penilaian
otentik pembelajaran Bahasa Indonesia, dan juga belum diketahui kendala yang
dialami guru serta upaya untuk mengatasinya. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dilakukan pengevaluasian pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode-metode penelitian yang sesuai dengan judul
penelitian ini. Metode-metode yang dibahas yaitu pertama, desain penelitian.
Kedua, subjek penelitian. Ketiga, teknik pengumpulan data. Keempat, instrumen penelitian. Kelima, teknik analisis data. Keenam, keabsahan data.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif
yang meneliti pelaksanaan penilaian otentik pada satu sekolah. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perencanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian
otentik, kendala yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian otentik, dan
upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala pelaksanaan penilaian
otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
Penelitian deskriptif kualitatif dikenal sebagai metode penelitian
naturalistik yaitu penelitian yang digunakan pada kondisi objektif secara alami
(Nasution, 2003: 18). Metode penelitian naturalistik dilaksanakan berdasarkan
situasi di lapangan yang bersifat wajar, apa adanya, dan tanpa manipulasi. Dengan
demikian, penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya mendeskripsikan data,
tetapi deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang sahih yang
dipersyaratkan kualitatif, yaitu wawancara, pengamatan, analisis dokumen, dan
(48)
B. Subjek Penelitian
Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat
strategis untuk mendapatkan informasi. Narasumber atau informan merupakan
orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam
penelitian. Narasumber atau informan itulah yang penulis maksud dengan subjek
penelitian. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah dua guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Daftar guru yang dijadikan
subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Data guru selengkapnya disajikan
pada Lampiran I.
Tabel 1: Data Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 8 Yogyakarta
No. Nama NIP Guru
Kelas
Masa Kerja
Kode Guru 1. Dwi Martati,
S. Pd., M. Si. 19651009 198601 2 003 VII 24 tahun D 2. Puji Isyantana,
S. Pd. - VII 4 tahun P
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 8 Yogyakarta yang terletak di Jalan
Prof. Dr. Kahar Muzakir 2 Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan
November sampai Desember 2016. Alasan pemilihan SMP Negeri 8 Yogyakarta
sebagai tempat penelitian dikarenakan SMP Negeri 8 Yogyakarta merupakan
sekolah berprestasi dan peraih nilai Ujian Nasional SMP tertinggi di Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tahun ajaran 2015/ 2016. Sementara itu, SMP Negeri 8
Yogyakarta merupakan salah satu sekolah di Kota Yogyakarta yang melaksanakan
Kurikulum 2013 dalam melaksanakan penilaian otentik.
Penelitian ini menggunakan data sebagai informasi yang akan diteliti.
(49)
informasi mengenai kondisi sekolah, pembelajaran, pelaksanaan penilaian,
kondisi siswa, dan kondisi guru. Hasil wawancara terhadap guru meliputi keadaan
pembelajaran, perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian, kesan guru terhadap
pembelajaran, penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia, kendala pelaksanaan
penilaian, dan upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan penilaian. Sementara
itu, hasil wawancara terhadap siswa meliputi kesan siswa terhadap pembelajaran
dan penilaian guru pada siswa.
Pada penelitian ini subjek penelitian menjadi sumber data utama. Sumber
data penelitian lain berupa sumber data aktivitas proses belajar mengajar yang
terjadi di kelas dan sumber data tertulis. Sumber data berupa aktivitas meliputi
deskripsi kegiatan guru saat pembelajaran dan pelaksanaan penilaian
pembelajaran Bahasa Indonesia. Sumber data tertulis meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, rubrik penilaian, dan hasil tulisan siswa
sebagai wujud evaluasi dalam pembelajaran.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data kualitatif yang diambil
melalui teknik wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. Ketiga teknik
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara terperinci
terkait perencanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala yang
(50)
guru dalam pelaksanaan penilaian otentik. Peneliti dalam melakukan wawancara
membawa instrumen sebagai pedoman dan menggunakan alat bantu seperti
recorder, gambar, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara lebih lancar.
Pengumpulan data pertama didapat melalui wawancara terhadap guru dan
siswa kelas VII di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Wawancara ini dilakukan terhadap
satu guru dan lima siswa Kelas VII C serta satu guru dan lima siswa Kelas VII H.
Wawancara guru kelas VII C dilaksanakan di laboratorium kesenian dan guru
kelas VII H dilaksanakan di depan ruang guru, sedangkan wawancara siswa kelas
VII C dan VII H dilaksanakan di ruang kelas masing-masing.
2. Pengamatan
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa,
tujuan, dan perasaan (Ghony dan Almanshur, 2012: 165). Kegiatan pengamatan
yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif. Peneliti terlibat
dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan sumber data penelitian untuk dapat
melihat dan memahami gejala-gejala yang ada.
Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/ mencatat baik dengan cara
terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas dalam
lokasi penelitian (Creswell, 2016: 267). Pengamatan dilakukan untuk memperoleh
(51)
yang dilaksanakan guru Bahasa Indonesia selama satu setengah bulan.
Pengamatan diikuti dengan kegiatan pendokumentasian untuk memperkuat data.
Pengamatan dilakukan terhadap guru, siswa, dan sekolah. Pengamatan
guru dan siswa dilaksanakan bersama selama proses pembelajaran berlangsung di
dalam kelas. Pengamaatan dilakukan di kelas VII C dan VII H. Pengamatan
terhadap sekolah dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas yang masuk wilayah
SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pengamatan juga didukung oleh dokumentasi
pembelajaran sekolah, kelas VII C, dan kelas VII H.
3. Analisis Dokumen
Analisis dokumen termasuk dalam teknik dokumentasi. Dokumentasi
adalah catatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik
yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian.
Analisis dokumen meliputi kegiatan analisis dokumen yang dikumpulkan,
meliputi dokumen hasil kegiatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan penilaian dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen yang
sudah ada, bukan yang baru disusun. Analisis dokumen ini berupa dokumen yang
dimiliki guru dan siswa. Dokumen guru berupa dokumen hasil kegiatan siswa,
RPP Teks Laporan Hasil Observasi dan penilaian pembelajaran Teks Laporan
Hasil Observasi. Dokumen siswa berupa hasil tulisan Teks Laporan Hasil
(52)
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen data
kualitatif berupa daftar pertanyaan wawancara, catatan pengamatan, dan catatan
analisis dokumen. Berikut akan dijelaskan secara rinci dari masing-masing
instrumen penelitian tersebut.
1. Daftar Pertanyaan Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam
terhadap guru Bahasa Indonesia dan siswa di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
Pertanyaan untuk wawancara disusun terlebih dahulu dan disesuaikan dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengungkapkan data tentang perencanaan penilaian
otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala dalam melaksanakan penilaian
otentik, dan upaya yang dilakukan guru Bahasa Indonesia dalam mengatasi
kendala pelaksanaan penilaian otentik. Peneliti melakukan wawancara terhadap
guru untuk mendapat keterangan mengenai proses pelaksanaan penilaian
pembelajaran Bahasa Indonesia. Sementara itu, wawancara terhadap siswa untuk
mendapat kesan dan pengalaman dari siswa terhadap kegiatan pembelajaran
Bahasa Indonesia. Instrumen penelitian disajikan pada lampiran VIII. Kisi-kisi
pertanyaan wawancara pelaksanaan penilaian otentik dapat disajikan pada Tabel 2
(53)
Tabel 2: Kisi-Kisi Daftar Pertanyaan Wawancara Guru Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta
No. Aspek Indikator Nomor
Butir
Jumlah Butir 1. Pemahaman
penilaian otentik
Pemahaman penilaian otentik
oleh guru 1-10 10
2. Perencanaan penilaian otentik
Perencanaan penilaian otentik
oleh guru 11-13 3
3. Pelaksanaan penilaian otentik
Pelaksanaan penilaian otentik
pembelajaran Bahasa Indonesia 14-28 15
4.
Kendala pelaksanaan penilaian otentik
Kendala dalam pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia
29 1
5.
Upaya dalam mengatasi penilaian otentik
Upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia
30 1
Jumlah 30
Tabel 3: Kisi-Kisi Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta
No. Aspek Indikator Nomor
Butir
Jumlah Butir 1. Pelaksanaan
pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran
Bahasa Indonesia 1-4 4
2. Pelaksanaan penilaian otentik
Pelaksanaan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di mata siswa
5-10 6
Jumlah 10
2. Catatan Pengamatan
Catatan pengamatan berisi informasi tentang sesuatu yang diamati. Catatan
pengamatan disusun dalam bentuk tabel yang berisi kegiatan siswa, guru, dan
pelaksanaan penilaian yang diteliti dan berkaitan dengan penelitian. Catatan
pengamatan meliputi deskripsi kegiatan pembelajaran dan kegiatan penilaian.
(54)
proses pembelajaran. Instrumen penelitian disajikan pada lampiran VIII. Kisi-kisi
catatan pengamatan pelaksanaan penilaian otentik dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4: Kisi-Kisi Catatan Pengamatan Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta
No. Aspek Indikator Nomor
Butir
Jumlah Butir 1. Pengamatan
Pembelajaran
Pengamatan proses pembelajaran
di kelas 1 1
2. Pelaksanaan Penilaian Otentik
Guru menggunakan model
penilaian otentik 2 1
3.
Kendala Pelaksanaan Penilaian Otentik
Guru mengalami kendala dalam
pelaksanaan penilaian otentik 3 1
4.
Upaya dalam Mengatasi Kendala Penilaian Otentik
Guru melakukan beberapa upaya dalam mengatasi kendala yang muncul dalam penilaian otentik
4 1
Jumlah 4
3. Catatan Analisis Dokumen
Catatan analisis dokumen berisi catatan kesesuaian antara dokumen hasil
kerja siswa dengan RPP dan silabus guru. Ditambah dengan instrumen berupa
foto hasil pengamatan terhadap lingkungan yang diteliti. Instrumen penelitian
disajikan pada lampiran VIII. Kisi-kisi analisis dokumen pelaksanaan penilaian
otentik dapat disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5: Kisi-Kisi Analisis Dokumen Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta
No. Aspek Indikator Nomor
Butir
Jumlah Butir 1. Analisis substansi
RPP
Analisis substansi RPP secara
umum 1-15 15
2. Langkah-langkah penilaian
Analisis substansi langkah
penilaian pada RPP 16-19 4
3. Rubrik penilaian Rubrik penilaian pada RPP 20-22 3
(55)
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengetahui fakta tentang
perencanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala dalam
melaksanakan penilaian otentik, dan upaya yang dilakukan guru Bahasa Indonesia
dalam melaksanakan penilaian otentik. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan model interaktif
yang meliputi empat tahapan, yaitu: (1) pengumpulan data; (2) reduksi data; (3)
penyajian data, dan; (4) penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2015: 337-345).
Keempat tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada masing-masing guru
sampel dan analisis dokumen terkait pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Selanjutnya pengumpulan data
dilakukan dengan pengamatan di tempat penelitian. Pengumpulan data dengan
wawancara dilakukan terhadap dua guru yang menjadi sampel yaitu Ibu Dwi
Martati, S. Pd., M. Si. dan Bapak Puji Isyantana, S. Pd. Selanjutnya analisis
dokumen terhadap RPP Teks Laporan Hasil Observasi dan dokumen-dokumen
penilaian yang dimiliki guru. Kemudian, pengumpulan data melalui pengamatan
dilakukan di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
2. Reduksi data
Reduksi merupakan penyederhanaan data kasar menjadi data yang mudah
dideskripsikan. Data-data yang telah diperoleh diperinci kembali untuk
(56)
data yang tidak diperlukan dari wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen.
Data kasar yang diambil dari hasil wawancara terhadap kedua guru yaitu Ibu Dwi
Martati, S. Pd., M. Si. dan Bapak Puji Isyantana, S. Pd. disederhanakan menjadi
hasil wawancara yang mudah untuk dideskripsikan. Hasil catatan pengamatan di
SMP Negeri 8 Yogyakarta termasuk kelas VII C dan VII H yang masih berupa
data catatan kasar disederhanakan menjadi data yang mudah untuk dideskripsikan.
Sama halnya dengan wawancara dan pengamatan, analisis dokumen berupa RPP
Teks Laporan Hasil Observasi juga disederhanakan menjadi data yang mudah
untuk di deskripsikan dan memilih data yang penting.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan kegiatan penyusunan informasi dari hasil
reduksi data. Penyajian data digunakan untuk membuat kesimpulan dan
menentukan keputusan selanjutnya. Penyajian data dilakukan dengan
menggabungkan informasi yang telah disusun dalam bentuk yang padu. Penyajian
data dilakukan dengan menyusun hasil reduksi data dari wawancara terhadap
kedua guru, pengamatan di SMP Negeri 8 Yogyakarta, dan analisis dokumen RPP
Teks Laporan Hasill Observasi. Setelah disusun dan digabungkan, kemudian data
tersebut disimpulkan.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan kegiatan pengambilan keputusan untuk menjawab
pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Penarikan kesimpulan
merupakan usaha memahami makna, keteraturan pola, dan alur sebab akibat.
(57)
perencanaan pelaksanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala
yang dialami dalam pelaksanaan penilaian otentik, dan upaya dalam mengatasi
kendala yang dialami dalam pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
F. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini terdiri dari ketekunan pengamatan
dan triangulasi data. Ketekunan pengamatan dilakukan secara berkala dan tertib
untuk menghindari gangguan saat penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan
penyesuaian jadwal pelajaran. Sementara itu, triangulasi data yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen.
Keabsahan data dilakukan dengan (1) membandingkan data hasil pengamatan
melalui catatan lapangan dan lembar pengamatan dengan data hasil wawancara;
(2) membandingkan apa yang dikatakan guru di depan kelas dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi saat wawancara; serta (3) membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen tertulis yang merupakan perangkat pembelajaran
guru.
Teknik triangulasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil
wawancara dengan hasil pengamatan dan analisis dokumen. Data yang diperoleh
selanjutnya diverifikasi untuk membuat kesimpulan. Apabila masih ditemukan
kekurangan dalam keabsahan data terkait hasil pengamatan, perlu dilakukan
(58)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian yang berupa deskripsi pelaksanaan
penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
Penilaian otentik dalam pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
kendala, dan upaya dalam mengatasi kendala tersebut. Selain itu, disajikan
faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan penilaian. Hasil
penelitian dan pembahasan merupakan hasil analisis data yang dikumpulkan
selama penelitian terhadap hasil kegiatan penilaian otentik dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia, baik yang berasal dari catatan hasil wawancara, catatan hasil
pengamatan, maupun analisis dokumen.
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta diperoleh melalui hasil wawancara,
catatan pengamatan, dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini, guru Bahasa
Indonesia yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah guru D mengampu
Kelas VII C dan guru P mengampu Kelas VII H. Berdasarkan hasil wawancara,
kedua guru cukup memahami konsep penilaian dalam proses pembelajaran
khususnya penilaian otentik. Guru D belum pernah mengikuti pelatihan mengenai
penilaian pembelajaran, namun tetap mendapat imbas dari teman-teman guru yang
(59)
mengikuti pelatihan mengenai penilaian pembelajaran yaitu pelatihan yang
diselenggarakan MGMP dan LPPMP.
Wawancara yang digunakan adalah wawancara secara mendalam terhadap
dua guru Bahasa Indonesia, lima siswa kelas VII C, dan lima siswa kelas VII H.
Catatan pengamatan berisi tentang catatan hasil pengamatan pelaksanaan
penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Analisis
dokumen berisi dokumen hasil kerja siswa dengan RPP dan silabus guru.
Ditambah dengan instrumen berupa foto hasil pengamatan terhadap lingkungan
yang diteliti.
1. Perencanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta
Kegiatan perencanaan penilaian otentik yang dilakukan guru menyesuaikan
dengan Kurikulum 2013 yang diterapkan di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Dalam
Kurikulum 2013, penilaian otentik digunakan untuk menilai siswa. Perencanaan
penilaian otentik adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
menyiapkan pelaksanaan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan data yang diambil dari wawancara, pengamatan, dan analisis
dokumen guru, guru melakukan kegiatan perencanaan penilaian otentik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Perencanaan penilaian pembelajaran Bahasa
Indonesia tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru telah
menyiapkan RPP Teks Laporan Hasil Observasi. RPP satu semester yang telah
disiapkan guru berupa RPP Teks Deskripsi, Teks Cerita Fantasi, dan Teks
(60)
Semua itu disusun secara terpadu dalam RPP yang menjadi bentuk
pengembangan guru dalam merencanakan pelaksanaan penilaian otentik. Dalam
penilaian otentik, pengembangan yang dilakukan oleh guru meliputi penentuan
standar, penentuan tugas otentik, pembuatan kriteria, dan pembuatan rubrik.
Perencanaan penilaian otentik oleh guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6: Perencanaan Penilaian Otentik oleh Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
No. Fokus Hasil Penelitian
1. Siswa
Wawancara: Siswa kelas VII C diampu oleh guru D dan siswa kelas VII H diampu oleh guru P. Sebelum melaksanakan penilaian, siswa dijelaskan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan membaca materi pada buku referensi.
Pengamatan: Siswa diminta membaca materi pembelajaran pada buku referensi sebelum dijelaskan oleh guru.
Dokumentasi: Dokumentasi berupa presensi Kelas VII C dan VII H serta lembar kerja siswa.
2. Guru
Wawancara: Guru menyiapkan RPP Kurikulum 2013. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan penilaian dan menggunakan penilaian otentik dalam pembelajaran. Guru memahami konsep penilaian otentik dari buku petunjuk guru. Guru memiliki pedoman penilaian dan menyiapkan materi pembelajaran. Pengamatan: Guru menyiapkan bahan, alat, dan media pembelajaran. Guru menyiapkan materi pembelajaran.
Dokumentasi: Guru membuat RPP Kurikulum 2013. Guru menyiapkan pedoman penilaian dan materi pembelajaran. Pengembangan penilaian otentik yang dilakukan oleh guru meliputi penentuan standar, penentuan tugas otentik, pembuatan kriteria, dan pembuatan rubrik tercantum dalam RPP Kurikulum 2013.
3. Sekolah
Pengamatan: RPP Kurikulum 2013 dan presensi kelas VII yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia tersusun dengan baik. Fasilitas penunjang pembelajaran tergolong baik. Guru Bahasa Indonesia berjumlah enam orang. Kelas VII diampu oleh dua guru, yaitu guru D kelas VII A-E dan guru P kelas VII F-J. Sekolah menyediakan buku pegangan guru dan siswa.
4. Simpulan Peneliti
Siswa kelas VII C diampu oleh guru D dan siswa kelas VII H diampu oleh guru P. Guru melakukan perencanaan penilaian otentik pembelajaran Teks Laporan Hasil Observasi. Perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia tersusun dalam RPP Kurikulum 2013. RPP Kurikulum 2013 yang disiapkan guru menjadi bentuk pengembangan dalam melaksanakan penilaian otentik. Pengembangan penilaian otentik meliputi penentuan standar, penentuan tugas otentik, pembuatan kriteria, dan pembuatan rubrik yang terangkum dalam RPP.
(61)
Berdasarkan data yang diambil dari hasil wawancara, pengamatan, dan
analisis dokumen, guru dan siswa melakukan perencanaan penilaian otentik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Perencanaan penilaian otentik pembelajaran
Bahasa Indonesia yang dilakukakan guru tersusun dalam RPP Kurikulum 2013.
RPP Kurikulum 2013 yang disiapkan guru menjadi bentuk pengembangan guru
dalam melaksanakan penilaian otentik. Pengembangan penilaian otentik yang
dilakukan guru meliputi penentuan standar, penentuan tugas otentik, pembuatan
kriteria, dan pembuatan rubrik yang terangkum dalam RPP.
2. Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta
Penilaian otentik merupakan salah satu penilaian dalam pembelajaran yang
cocok untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penilaian otentik
menekankan penilaian proses dan hasil sekaligus. Penilaian tunggal tidak cukup
untuk memberikan gambaran tentang sikap seseorang, kemampuan pengetahuan,
dan keterampilan. Model penilaian yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
penilaian otentik yaitu penilaian kinerja, penilaian sejawat, wawancara lisan,
pertanyaan terbuka, pengamatan, dan penilaian portofolio. Pelaksanaan penilaian
(1)
Dokumentasi VII H
Siswa sedang membacakan teks laporan hasil observasi
(2)
Siswa sedang diberi pertanyaan lisan oleh guru
Guru sedang menilai tugas menulis teks laporan hasil observasi siswa
(3)
LAMPIRAN X
(4)
(5)
(6)