16
dengan ketidakpastian volatility yang tinggi akan memberikan pengembalian saham yang tinggi bagi investor.
2.2.3. Arbitrage Pricing Theory APT
Arbitrage Pricing Theory adalah sebuah teori penilaian aset dengan
metode estimasi harapan pengembalian aset keuangan pada sebuah model regresi linear dari beberapa faktor makroekonomi sebagai variabelnya. Manurut Robert
A. Haugen 1997, dengan adanya masalah fundamental pada model CAPM dimana studi empiris tidak dapat membuktikan model tersebut, maka muncul
model alternative dalam mengestimasi pengembalian aset yaitu model Arbitrage Pricing Theory
APT yang pertama dikenalkan oleh Ross 1976. Menurut Prasanna Chandra 2006, APT muncul akibat keterbatasan
model CAPM pada : 1.
Ketatnya asumsi yang digunakan. 2.
Bukti secara empiris masih diragukan. 3.
Faktor pasar market bukan satu-satunya yang mempengaruhi pengembalian saham.
Studi empiris menunjukkan tidak konsistennya beberapa hal dalam model APT seperti jumlah faktor yang digunakan, intepretasi pada tiap faktor tersebut
dan stabilitas faktor-faktor yang digunakan pada setiap penelitian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model APT dapat menjelaskan pengembalian
saham lebih baik daripada model CAPM, namun beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa hasil estimasi kedua model ini hampir sama. Model APT
Universitas Sumatera Utara
17
dianggap cukup baik karena menggunakan beberapa faktor ekonomi selain dari beta risiko pasar yang dianggap bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi
pengembalian saham.
2.2.4. Fama-French Three-Factor Model
Fama dan French 1992 menemukan adanya tren dalam return saham berdasarkan ukuran perusahaan dan book-to-market ratio sehingga Fama dan
French 1993 menggunakan variabel risiko pasar, risiko ukuran dan book-to- market ratio
dalam model regresinya. μ
: Risk Premium, selisih pengembalian saham dengan pengembalian bebas risiko.
: Intercept : Slope beta pasar market beta
: Risiko premium pasar market premium risk, selisih pengembalian pasar dengan pengembalian
bebas risiko. : Slope SMB Small Minus Big
: Small Minus Big, selisih rata-rata return saham pada tiga portofolio dengan size kecil SL, SM,
SH dengan rata-rata return saham pada tiga portofolio dengan size besar BL, BM, BH.
Universitas Sumatera Utara
18
: Slope HML High Minus Low : High Minus Low, selisih rata-rata return saham
pada dua portofolio saham dengan book-to-market ratio
yang tinggi SH, BH dengan rata-rata return saham pada dua portofolio saham dengan
book-to-market ratio yang rendah SL, BL.
Slope SMB Small Minus Big mengukur pertambahan pengembalian yang biasa diterima investor akibat berinvestasi pada perusahaan kecil atau perusahaan
dengan market equity ME yang relatif lebih kecil. Hasil SMB per bulan yang positif menunjukkan return pada perusahaan dengan ME kecil mengungguli
return pada perusahaan dengan ME besar.
Sama dengan variabel SMB, slope HML High Minus Low mengukur tambahan pengembalian saham dalam berinvestasi pada saham dengan book-to-
market value BEME yang lebih tinggi. Nilai HML per bulan yang positif
menunjukkan return perusahaan dengan book-to-market value yang tinggi value stocks
mengungguli return perusahaan dengan book-to-market value yang rendah growth stocks. Value stocks adalah saham yang diperdagangkan dengan harga
yang lebih rendah dari harga fundamentalnya dan sering dinyatakan undervalued akibat nilai buku yang lebih tinggi dari nilai pasarnya. Sebaliknya growth stocks
adalah saham yang diperdagangkan dengan harga yang lebih tinggi dari harga fundamentalnya dan sering dinyatakan overvalued karena BEME yang rendah
menunjukkan nilai buku yang lebih rendah dari nilai pasarnya.
Universitas Sumatera Utara
19
2.2.5. Carhart Model