24 Menurut  Peter  Reason,  berpikir  thingking  adalah  proses  mental  seseorang
yang  lebih  dari  sekedar  mengingat  remember  dan  memahami  comprehending. Menurut  Reason  mengingat  dan  memahami  lebih  bersifat  pasif  daripada  kegiatan
berpikir thingking. Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu  yang  telah  dialami  untuk  suatu  saat  dikeluarkan  kembali  atas  permintaan,
sedangkan  memahami  memerlukan  perolehan  apa  yang  didengar  dan  dibaca  serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori.
26
Berdasarkan  penjelasan  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  kemampuan berpikir  merupakan  kemampuan  otak  untuk  membangun  pengetahuan  baru  yang
digunakan untuk memecahkan masalah. Oleh sebab itu, SPPKB bukan hanya sekedar strategi  pembelajaran  yang  diarahkan  agar  peserta  didik  dapat  mengingat  dan
memahami berbagai data, fakta, atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta, dan konsep  tersebut  dapat  dijadikan  sebagai  alat  untuk  melatih  kemampuan  berpikir
peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.
4.  Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB
Cara  pandang  teori  belajar    dalam  SPPKB  menganut  aliran  konstruktivisme constructivism.  Brooks  and  Brooks  menyatakan  bahwa  konstruktivisme  adalah
suatu  pendekatan  dalam  belajar  mengajar  yang  mengarah  pada  penemuan  suatu konsep  yang  lahir  dari  pandangan,  dan  gambaran  serta  inisiatif  peserta  didik.
27
26
Ibid, h. 230.
27
Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama, 2014, h. 63.
25 Konstruktivisme  merupakan  tekhnik  pembelajaran  yang  melibatkan  peserta  didik
untuk  membangun  sendiri  pengetahuannya  secara  aktif  dengan  menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Menurut Horsley,
pembelajaran yang
berlandaskan cara
pandang konstruktivisme  meliputi  empat  tahap  yaitu  :  1  tahap  apersepsi  mengungkap
konsepsi  awal  dan  membangkitkan  motovasi  belajar  peserta  didik,  2  tahap eksplorasi, 3 tahap diskusi dan penjelasan konsep, dan 4 tahap pengembangan dan
aplikasi  konsep.  Pembelajaran  dengan  pendekatan  konstruktivisme  meliputi  empat kegiatan,  antara  lain  1  berkaitan  dengan  pengetahuan  awal,  prior  knowledge
peserta  didik,  2  mengandung  kegiatan  pengalaman  nyata  experiences,  3  terjadi interaksi  sosial  social  interaction  dan  4  terbentuknya  kepekaan  terhadap
lingkungan sense of making environment.
28
Menurut  Suparno  hakikat  pengetahuan  menurut  filsafat  konstruktivisme adalah sebagai berikut :
a.  Pengetahuan  bukanlah  merupakan  gambaran  dunia  kenyataan  belaka,  tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui subjek.
b.  Subjek  membentuk  skema  kognitif,  kategori,  konsep,  dan  struktur  yang  perlu untuk pengetahuan.
c.  Pengetahuan  dibentuk  oleh  struktur  konsepsi  seseorang.  Struktur  konsepsi membentuk  pengetahuan  apabila  konsepsi  itu  berhadapan  dengan  pengalaman-
pengalaman seseorang.
29
Sesuai  dengan  penjelasan  diatas,  maka  dalam  proses  pembelajaran  berpikir, pengetahuan  tidak  diperoleh  sebagai  hasil  transfer  dari  orang  lain,  akan  tetapi
28
Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013, h. 33.
29
Wina Sanjaya, Op.Cit, h. 229.
26 pengetahuan  diperoleh  melalui  interaksi  mereka  dengan  objek,  fenomena,
pengalaman, dan lingkungan yang ada. Suatu pengetahuan dianggap benar, manakala pengetahuan  tersebut  berguna  untuk  mengahadapi  dan  memecahkan  persoalan  atau
fenomena  yang  muncul.  Aliran  konstruktivisme  menganggap  bahwa  pengetahuan tidak  dapat  ditransfer  begitu  saja  dari  seseorang  kepada  orang  lain,  tetapi  harus
diinterpretasikan  sendiri  oleh  masing-masing  individu.  Oleh  sebab  itu  model pembelajaran  berpikir  menekankan  kepada  aktivitas  peserta  didik  untuk  mencari
pemahaman  akan  objek,  menganalisis,  dan  mengkontruksinya  sehingga  terbentuk pengetahuan baru dalam diri individu.
30
Landasan  psikologi  SPPKB  adalah  aliran  psikologi  kognitif.  Menurut  aliran kognitif,  belajar  pada  hakikatnya  merupakan  peristiwa  mental,  bukan  peristiwa
behavior.  Sebagai  peristiwa  mental  perilaku  manusia  tidak  semata-mata  merupakan gerakan  fisik  saja,  akan  tetapi  yang  lebih  penting  adalah  adanya  faktor  pendorong
yang  menggerakkan  fisik  itu.  Sebab  manusia  selamanya  memiliki  kebutuhan  yang melekat  dalm  dirinya.  Psikologi  kognitif  memandang  bahwa  belajar  itu  merupakan
proses  mental,  tingkah  laku  manusia  hanyalah  ekspresi  yang  dapat  diamati  sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi.
31
5.  Tahap-tahap Pembelajaran SPPKB