Relating Experiencing Pembelajaran dengan Strategi REACT

2.1.2 Pembelajaran dengan Strategi REACT

Berdasar teori belajar kontekstual, belajar hanya terjadi bila pelajar memproses informasi baru atau pengetahuan dalam suatu cara sedemikian sehingga informasi baru atau pengetahuan itu bermakna bagi mereka sendiri. Crawford 2001: 3 dalam laporan hasil penelitiannya menyebutkan bahwa strategi REACT lebih memusatkan perhatian pada pengajaran dan pembelajaran dalam konteks sebuah prinsip fundamental dari konstruktivisme. Berdasarkan hasil penelitian, REACT merupakan strategi pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kontekstual Crawford, 2001: 2. REACT merupakan singkatan dari relating, experiencing, applying, cooperating, transferring REACT.

2.1.2.1 Relating

Crawford 2001:3 relating adalah strategi pembelajaran yang paling kuat, yang merupakan jantungnya dari konstruktivisme. Relating atau menghubungkan adalah belajar dalam konteks pengalaman kehidupan seseorang atau pengetahuan yang ada sebelumnya, yaitu mengaitkan informasi baru dengan berbagai pengalaman kehidupan atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Guru menggunakan relating ketika mereka mengaitkan sebuah konsep baru pada sesuatu yang sepenuhnya dikenal peserta didik. Jadi menghubungkan apa yang peserta didik ketahui dengan informasi yang baru. Crawford 2001: 3 menyatakan penelitian menunjukkan bahwa, walaupun peserta didik bisa membawa ingatan atau pengetahuan yang mereka miliki, tapi pada situasi yang baru bisa saja peserta didik gagal mengenal relevansinya. Oleh karena itu, guru harus menciptakan kondisi dimana peserta didik dapat mengaktifkan ingatan atau pengetahuan yang dimilikinya sekaligus mengingatkan relevansinya. Guru dapat memulai pelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh peserta didik dari pengalaman hidupnya di luar kelas sebagai upaya untuk mengingatkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Materi yang peserta didik pelajari dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang sudah mereka miliki. Peserta didik harus mampu memahami tanpa memandang seberapa jelas guru menyampaikan pengetahuan kepada mereka. Umumnya seseorang melakukan hal ini dengan mengaitkan informasi dan konsep baru dengan apa yang sudah ia yakini. Lebih lanjut lagi bahwa pembelajaran yang baik biasanya dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan fenomena yang menarik dan dikenal peserta didik, bukan dengan abstrak atau fenomena di luar jangkauan persepsi, pemahaman, atau pengetahuan peserta didik.

2.1.2.2 Experiencing

Peserta didik yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya yang relevan dengan informasi baru tentu tidak mungkin dapat membuat hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya. Guru dapat mengatasi hal ini dan membantu peserta didik menyusun pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman yang tersusun rapi dan terus menerus yang terjadi di dalam kelas, inilah yang disebut dengan mengalami Crawford,2001: 5. Pengalaman- pengalaman yang terus-menerus di dalam kelas dapat berupa penggunaan manipulative atau aktivitas-aktivitas peserta didik lainnya dalam menyelesaikan soal. Melalui aktivitas inilah peserta didik akan memperoleh keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan, berpikir analisis, komunikasi, dan interaksi kelompok. Contoh pembelajaran dengan strategi experiencing dalam pembelajaran bangun datar adalah dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan manipulasi alat peraga, sehingga menemukan sendiri rumus keliling dan luasnya.

2.1.2.3 Applying