2.1.8. Hasil Belajar
Keterampilan guru serta aktivitas siswa yang berkembang dalam pembelajaran akan menghasilkan nilai, perilaku siswa, peningkatan prestasi. Hal
tersebut pertanda hasil belajar siswa mengalami perubahan secara optimal. Ada beberapa pengertian tentang hasil belajar menurut para ahli, salah
satunya yaitu Rifa’i 2009:85 mengungkapkan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar . Aspek perubahan perilaku tersebut
tergantung yang dipelajari oleh peserta didik. Adapun pengertian dari Sugandi 2007:63 hasil belajar merefleksikan
keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas secara bergradasi dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan sebagai hasil dari pembelajaran yang sudah
mengalami proses belajar. Menurut Bloom dalam Suprijono: 2010:5-7 hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku meliputi pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi, keterampilan mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Perubahan terjadi karena adanya perubahan perilaku dari peserta didik setelah mengikuti proses belajar.
Indikator hasil belajar mengacu pada nilai KKM SD Islam Al Madina mata pelajaran IPA yaitu ≥70.
2.1.9. Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative artinya mengerjakan sesuatu secara bersama- sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu
kelompok atau satu tim Isjoni, 2011:15. Sejalan dengan pendapat Slavin 2010:4 pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dimana para siswa bekerja
dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Cooperative learning merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu.
Sesuai pendapat Suprijono 2010:54-65 mendiskripsikan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Terdiri Dari 6 Fase Fase-fase
Perilaku Guru Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan
dan menyiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik
Fase 2: Present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai materi
pembelajaran atau
kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition Memberikan penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Suprijono, 2012:65 Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu Make a Match. Model
pembelajaran ini dikembangkan oleh Lorna Curran dalam Huda, 2011:135, yaitu siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam
suasana yang menyenangkan. Model Make a Match ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Langkah- langkah pembelajaran Make a Match:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review persiapan menjelang tes atau ujian. b.
Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu. c.
Mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan RUMPUT berpasangan dengan pemegang kartu KAMBING,
atau pemegang kartu yang berisi MADU berpasangan dengan pemegang kartu LEBAH.
d. Siswa dapat bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang
berhubungan. Misalnya, pemegang kartu 3 + 3 membentuk kelompok dengan pemegang kartu 2 X 3 dan 12 : 2.
Kelebihan dari model Make a Match adalah sebagai berikut : a.
Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik b.
Metode ini menyenangkan karena ada unsur permainan c.
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari d.
Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa e.
Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi f.
Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar http:iniwebhamdan.wordpress.com20120530kelebihan-dan-kekurangan-metode-
pembelajaran diakses pada 13 Januari 2013 pukul 11: 42 WIB.
Model Make a Match yaitu suatu model pembelajaran dimana setiap siswa mencari pasangannya dengan mencocokan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang
telah diberikan kepada setiap siswa.
2.1.10. Media Pembelajaran