Pendidikan yang Baik Kelas 03 SD Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Guru

7 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri nurani, mendidik dengan segenap keiklasan dan kesungguhan, menginspirasi dan menyampaikan kebenaran dengan kasih, dan mempersembahkan apapun yang kita lakukan sebagai ibadah kepada Tuhan.

2. Tanggung jawab

Tanggung jawab sebagai guru sungguh besar. Beratus-ratus bahkan beribu-ribu siswa menjadi taruhan dari setiap kata yang keluar dari mulut seorang guru. Setiap kata yang keluar seharusnya mencerahkan, menjadi ilham bagi jiwa-jiwa yang ada di ruang belajar, yang akan membuat mereka untuk terus- menerus memperbaiki diri, dan menjelma menjadi insan- insan yang berkualitas, seiring dengan bertumbuhnya karakter dan nilai-nilai di dalam kehidupan mereka. Mengajar akan efektif dan menggairahkan apabila pendidik menyatukan hati dan jiwa dengan peserta didik, sehingga tahu persis apa yang mereka rasakan dan inginkan, dan memandang aktivitas belajar dari sudut pandang mereka. Setiap gerak hati dan suara-suara halus dijiwa mereka bisa kita tangkap dengan kejelian nurani kita. Pendidik harus tahu bagaimana membuat peserta didik berharga, termotivasi dan gembira, karena kita adalah mereka, dan mereka adalah kita. Kita melebur dengan segala totalitas yang ada. Kita larut, menyatu dan all out. Pada level ini kita tak perlu lagi memberikan reward dan punishment, yang ada semata-mata kegairahan belajar. Sebuah insting yang memang manusia miliki sejak lahir. Nampaknya aneh, tapi penelitian membuktikan bahwa hadiah dan hukuman dalam jangka panjang justru akan menurunkan minat belajar.

3. Menyambung Cita

“Penyanyi yang baik akan menjadikan orang menyambung suaranya; pengajar yang baik akan menjadikan orang menyambung citanya, kata-kata yang ringkas tetapi menjangkau sasaran; tidak mengada-ada tetapi dalam; biar sedikit gambaran tetapi mengena untuk pengajaran. Itu boleh dinamai menyambung cita”. Li Ji. XVI: 15 8 Buku Guru Kelas III SD

4. Meragamkan Cara Mengajar

“Seorang junzi mengerti apa yang sulit dan yang mudah dalam proses belajar, dan mengerti kebaikan dan keburukan kualitas peserta didiknya, dengan demikian dapat meragamkan cara mengasuhnya. Bila ia dapat meragamkan cara mengasuh, barulah kemudian ia benar-benar mampu menjadi pendidik. Bila ia benar-benar mampu menjadi pendidik, barulah kemudian ia mampu menjadi kepala departemen. Bila ia benar-benar mampu menjadi kepala, barulah kemudian ia mampu menjadi pimpinan Negara. Demikianlah, karena pendidik orang dapat belajar menjadi pemimpin. Maka, memilih guru tidak boleh tidak hati-hati. Di dalam catatan tersurat, “Tiga raja dari keempat dinasti itu semuanya karena guru, “ini kiranya memaksudkan hal itu.” Li Ji XVI: 16 “Orang yang memahami ajaran lama dan dapat menerapkannya pada yang baru, ia boleh dijadikan guru.” Lunyu II: 11

5. Lima Cara Mengajar

Seorang junzi mempunyai lima macam cara mengajar: a. Ada kalanya ia memberi pelajaran seperti menanam di saat musim hujan. b. Ada kalanya ia menyempurnakan kebajikan muridnya. c. Ada kalanya ia membantu perkembangan bakat muridnya. d. Ada kalanya ia bersoal jawab. e. Ada kalanya ia membangkitkan usaha murid itu sendiri.” Mengzi VII A: 40

6. Kesungguhan

Untuk segala hal, persoalan utamanya bukanlah mampu atau tidak mampu, tetapi kesungguhanlah yang akan menentukan sebuah keberhasilan. Zi Gong bersanjak, “Betapa indah bunga Tang Di. Selalu bergoyang menarik. Bukan aku