Perumusan Masalah Analisis Tingkat Kepuasan Anggota Terhadap Kualitas Pelayanan Koperasi Unit Desa Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

5 Pengukuran tingkat kepuasan anggota sangat diperlukan Koperasi Unit Desa Mandiri Cipanas. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran koperasi dalam memberikan pelayanan yang terbaik terhadap anggotanya. Konsep kepuasan yang paling mendasar adalah dengan memahami kebutuhan yang diinginkan oleh anggota.

1.2. Perumusan Masalah

Koperasi merupakan salah satu wadah yang berperan sebagai saluran untuk pengarahan usahawan golongan ekonomi lemah dan menengah agar ikut aktif dalam proses pembangunan. Pada umumnya dalam mengelola koperasi, kesejahteraan anggota lebih diutamakan disamping melayani non anggotanya. Pengelolaan manajemen ini tidak lepas dari peran anggota, pengurus, pengawas dan pengelola harian sebagai komponen pendukung dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan profitabilitas dan kesejahteraan anggotanya, tetapi koperasi juga harus mampu menjaga keberlangsungan usahanya agar tetap dapat bertahan dalam persaingan. Prediksi keberlanjutan usaha sangat penting bagi manajemen untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebangkrutan, karena kebangkrutan menyangkut terjadinya biaya-biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Kebangkrutan koperasi menurut Nasution 2008 diartikan sebagai kegagalan koperasi untuk menghasilkan laba. Penyebab kegagalan koperasi pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor umum, faktor eksternal, dan faktor internal. Faktor umum antara lain gejala inflasi dan kurs, teknologi dan kebijakan pemerintah. Faktor-faktor eksternal antara lain hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur yang dapat menghambat penambahan modal, persaingan dunia bisnis yang semakin ketat, serta kondisi perekonomian secara global yang harus selalu diantisipasi dengan baik oleh koperasi. Adapun faktor-faktor internal meliputi perubahan akan kebutuhan anggota, manajemen yang tidak efisien, ketidakseimbangan dalam modal, penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap usaha. 6 Pada Tahun 1990-an salah satu koperasi yang menjadi teladan di Indonesia adalah koperasi persusuan. Akan tetapi, saat ini kinerja koperasi persusuan pada umumnya mengalami penurunan. Hal ini diduga koperasi persusuan terjebak dalam perangkap orientasi bisnis semata, yang menyebabkan proses organisasi menjadi terbengkalai dan penerapan prinsip koperasi menjadi melemah. Hal tersebut bisa terjadi akibat pergantian pengurus, adanya perubahan kebijakan pelayanan koperasi yang tidak berpihak pada kepentingan anggota, dan adanya intervensi pihak luar. Penduduk yang menetap di Kabupaten Cianjur memiliki mata pencarian yang beragam, salah satunya sebagai peternak sapi perah. Pada awalnya peternak menjalankan usahanya secara sendiri-sendiri, tetapi dengan terdapatnya kendala- kendala yang dihadapi, maka peternak mencari solusi dengan cara mendirikan koperasi. Keinginan para peternak sapi perah di Kabupaten Cianjur membentuk koperasi agar dapat mengatasi masalah sekaligus menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik. Pendirian koperasi diharapkan mampu memperbaiki mutu produk, meningkatkan poduksi, yang akhirnya memberikan jaminan kehidupan yang lebih sejahtera bagi anggotanya. Salah satu koperasi yang telah didirikan oleh para peternak di Kabupaten Cianjur adalah Koperasi Unit Desa Mandiri Cipanas. Koperasi Unit Desa Mandiri Cipanas merupakan lembaga ekonomi yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong. Koperasi ini merupakan suatu wadah untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi para peternak, dan memiliki manfaat bagi peternak untuk memberikan kemudahan dalam menjalankan usahanya. Pada tahun 2006 sampai tahun 2008 perkembangan kinerja KUD Mandiri Cipanas mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada data anggota tahun 2006 jumlah anggota koperasi yang aktif 97 orang dan pada tahun 2008 menjadi 130 orang. Peningkatan jumlah anggota aktif ini tidak signifikan. Hal ini diduga peternak sapi perah non anggota tidak mau bergabung ke koperasi karena daya beli susu sapi sangat rendah dibandingkan dengan Industri peternakan sapi 7 IPS dan pandangan peternak sapi perah terhadap koperasi bersifat merugikan mereka. Tabel 3. Perkembangan Kinerja KUD Mandiri Cipanas Tahun 2006-2008 Tahun no Uraian Satuan 2006 2007 2008 Jumlah anggota unit 2.189 2.204 2.204 Aktif unit 97 112 130 1 Tidak aktif unit 2.092 2.092 2.074 2 Manejer Orang 2 2 3 3 karyawan orang 28 25 25 4 Modal Rp 389.135.737 901.265.971 2.249.152.006 Pendapatan Unit Usaha Rp 38.640.647 81.718.594 132.984.802 Pelayanan rekening listrik Rp 9.589.701 26.914.913 19.076.556 5 Sapi Perah dan sapronak Rp 25.935.496 45.835.000 99.299.745 6 Simpan Pinjam Rp 3.115.450 8.968.681 14.608.500 7 SHU Rp 1.953.243 14.539.282 20.195.205 Sumber: Laporan RAT KUD Mandiri Cipanas, 2008 Modal yang dimiliki koperasi mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 modal yang dimiliki koperasi Rp 389.135.737 dan tahun 2008 menjadi Rp 2.249.152.006 . Peningkatan modal ini diperoleh dari bantuan donasi, simpanan wajib, simpanan khusus. Pada Tabel 3, menunjukkan perbandingan anggota yang aktif dan tidak aktif sangat signifikan. Hal ini disebabkan anggota dari KUD Mandiri Cipanas terdiri dari kelompok peternak dan kelompok petani. Anggota yang aktif pada KUD Mandiri Cipanas adalah kolompok peternak dan tidak aktif adalah kelompok petani. Banyaknya anggota yang tidak aktif diduga disebabkan kurangnya partisipasi anggota terhadap koperasi, padahal partisipasi memiliki peranan yang penting dalam pengembangan koperasi. Tanpa adanya partisipasi anggota kemungkinan terjadi penurunan efisiensi dan efektivitas koperasi akan semakin besar. Jadi kemungkinan saja KUD Mandiri Cipanas sukses dalam persaingan, tetapi ia hanya mampu memberikan pelayanan yang minim terhadap anggotanya. KUD Mandiri Cipanas akan terus berkembang apabila anggota merasa terlayani akan kebutuhannya yang mengarah pada kesejahteraan anggota. Tanpa partisipasi anggota maka KUD Mandiri Cipanas tidak akan berfungsi dengan baik. 8 Masalah-masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Variabel kebutuhan mana yang menjadi prioritas anggota KUD Mandiri Cipanas? 2. Sejauh mana tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan KUD Mandiri Cipanas?

1.3. Tujuan Penelitian