31
4.4 Pelaksanaan Administrasi
4.4.1 Pelaksanaan Administrasi Pekerjaan Lanskap Cluster Padma Nirwana
Cluster Padma Nirwana merupakan salah satu Cluster yang dikembangkan pada tahap II pengembangan Bogor Nirwana Residence. Pembangunan lanskap di
kawasan ini bertujuan sebagai area hijau yang memiliki fungsi estetika, pelestarian lingkungan dan rekreasi. Pembangunan lanskap di Cluster Padma
Nirwana diserahkan pada kontraktor Ahmad Rifa`i yang berkedudukan di perumahan Pamulang Permai. Pemilihan kontaktor ini dilakukan dengan cara
penunjukkan langsung. Setelah ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan lanskap di Cluster Padma
Nirwana, pihak Ahmad Rifa`i mengajukan hasil design lanskap yang akan dibangun beserta rancangan anggaran biaya RAB ke pihak BNR. Kemudian
pihak kontraktor dengan pihak BNR mengadakan pertemuan untuk membicarakan mengenai design dan RAB. Pada pertemuan ini pihak kontrakor mengajukan
penawaran harga ke pihak BNR dan kedua belah pihak melakukan perundingan untuk mempertemukan pendapat dari kedua pihak mengenai design, RAB, dan hal
lain seperti cara pembayaran, pengadaan tanaman, dan sebagainya yang akan tercantum dalam Surat Perjanjian Kerja SPK Lampiran 1.
Surat Perjanjian Kerja SPK keluar setelah tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak pada pertemuan sebelumnya. Setelah kontraktor
menerima SPK, pekerjaan pembangunan lanskap harus segera dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kontraktor segera melaksanakan pekerjaan
pembangunan lanskap setelah tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak sedangkan SPK belum diterima oleh kontraktor. Hal ini dikarenakan banyaknya
pekerjaan pembangunan lanskap yang ditangani oleh kontraktor di kawasan BNR, sehingga ditakutkan pekerjaan menjadi terlambat jika mereka menunggu
menerima SPK terlebih dahulu lalu mulai melaksanakan pekerjaan lanskap. Pekerjaan lanskap wajib diselesaikan oleh kontraktor dalam jangka waktu 10
minggu terhitung sejak ditandatanganinya SPK. Masa retensipemeliharaan dilaksanakan selama 3 bulan dari tanggal serah terima ditandatangani.
32 Selain SPK, setelah pemilihan kontraktor dan perundingan dengan kedua
pihak, diterbitkan juga dokumen Commitment Order CO Lampiran 2. CO adalah bentuk perjanjian kerja yang dipegang oleh PT. GAP, berbeda dengan SPK
yang merupakan perjanjian kerja yang dipegang oleh pihak kontraktor. Untuk persetujuan dokumen CO, perlu dilampirkan proposal dari kontraktor yang telah
disetujui oleh Project Manager dan realisasi anggaran sebelumnya. Apabila CO melebihi anggaran yang disediakan, maka harus dilampirkan pula anggaran
tambahan yang telah disetujui dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang berwenang. Pada CO tercantum nama kontraktor, deskripsi pekerjaan atau barang,
total anggaran, total realisasi, dan sertifikasi dengan tanda tangan dari pihak BNR yang terkait dengan pelaksanaan proyek antara lain Project Manager, PCM
Manager, dan CBDO. Serta tercantum pula otorisasi yang ditandatangani oleh Accounting Manager, Finance Manager, CFO, dan CEO.
Pada SPK juga dijelaskan mengenai pembayaran. RAB pelaksanaan untuk area ini adalah sebesar Rp. 549.580.000. Pembayaran dilakukan dalam 5 termint
berdasarkan progress pekerjaan yang telah dilakukan. Uang muka atau DP Down Payment dibayar pada saat penunjukan kontraktor selesai dilakukan. DP yang
dibayarkan adalah sebesar 20 dari harga borongan pekerjaan. Lalu setelah progress mencapai 50, dilakukan pembayaran sebesar 25 dari harga borongan
pekerjaan. Pada saat progress mencapai 75 kembali dilakukan pembayaran sebesar 25 dari harga borongan pekerjaan dan saat pekerjaan pembangunan
lanskap telah selesai atau mencapai 100, pembayaran dilakukan sebesar 25 dari harga borongan pekerjaan. Sisa 5 dari total 100 pembayaran dilakukan
setelah kontraktor menyelesaikan pekerjaan pemeliharaanmasa retensi. Dokumen pembayaran pada tiap termint disimpan oleh Divisi PCM.
Pemilihan kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan lanskap di BNR dilakukan dengan cara penunjukan langsung. Dilihat dari segi waktu, pemilihan
kontraktor dengan cara ini lebih efisien dibandingkan dengan cara tender karena tidak perlu melalui berbagai tahap dalam tender. Pemilihan kontraktor didasari
alasan bahwa pihak BNR telah mengenal kontraktor. Pemilihan ini tidak didasarkan atas kinerja kontraktor di lapangan.
33 Berdasaarkan hasil wawancara, kontraktor yang di pilih merupakan
kontraktor yang secara hukum baru berdiri sebagai Perseroan Terbatas PT pada bulan Maret 2008. Namun dari segi pengalaman, kontraktor yang dipilih memiliki
pengalaman ± 30 tahun melakukan pekerjaan di bidang lanskap dengan menggunakan nama pribadi pemiliknya.
Pemilihan kontraktor melalui proses pelelangan atau tender merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperoleh kontraktor yang profesional dan
kompeten, karena kontraktor pemenang tender merupakan hasil seleksi dari sejumlah kontraktor yang diundang. Jika proses tender tidak memungkinkan
dilakukan, penunjukan langsung dapat dilakukan dengan memperhatikan track record calon kontraktor yang akan dipilih. Hal ini dapat dilakukan melalui
pengamatan terhadap ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, jenis pekerjaan yang dikerjakan, hasil kerja yang memuaskan dan reputasi kontraktor. Pemilihan
kontraktor secara selektif diharapkan dapat mewujudkan hasil kerja yang memuaskan serta menciptakan suasana kerja yang profesional antara owner
dengan kontraktor. Menurut Munandar 2007, secara garis besar SPK yang diterima oleh
kontaktor memuat: a. Pihak yang memerintahkan owner dan yang menerima perintah
kontraktor; b. Pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan;
c. Harga yang tetap dan pasti serta tata cara dan syarat pembayaran; d. Persyaratan dan spesifikasi teknis;
e. Jangka waktu penyelesaianpenyerahan; f. Sanksi dalam hal rekanan tidak memenuhi kewajibannya;
g. Cara menyelesaikan perselisihan; h. Status hukum;
i. Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dalam kontrak; j. Penggunaan barang dan jasa hasil produksi dalam negeri;
k. Rumusan eskalasi harga untuk proyek multi years. Pada SPK yang diterima oleh kontraktor pelaksana di BNR, tidak
tercantum persyaratan dan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan. Tanpa adanya
34 ketentuan tersebut, kontraktor tidak memiliki panduanpedoman dalam melakukan
pekerjaan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar. Dalam SPK juga tidak tercantum mengenai penggunaan
barang dan jasa hasil produksi dalam negeri dan rumusan eskalasi harga karena proyek yang dikerjakan berlangsung dalam hitungan bulan, tidak dalam hitungan
tahun multi years Selain itu, pada SPK juga tidak dijelaskan secara rinci sanksi bagi kedua
belah pihak jika tidak memenuhi kewajibannya. Pada bab mengenai denda dalam SPK, hanya dijelaskan sanksi bagi pihak kedua kontraktor apabila terjadi
keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan tidak dijelaskan denda bagi pihak pertama BNR apabila melakukan keterlambatan dalam pembayaran.
Pada kenyataan di lapangan, kontraktor mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaannya, namun pihak BNR tidak mengenakan sanksi atas
keterlambatan tersebut. Isi perjanjian dalam SPK sebaiknya diuraikan secara lebih terperinci sehingga pekerjaan yang dilakukan di lapangan dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
4.4.2 Pelaksanaan Administrasi Pekerjaan Lanskap Orchard Walk