Pengukuran Indeks Glikemik Pangan

f. Kadar Anti-Gizi Pangan

Beberapa pangan secara alamiah mengandung zat yang dapat menyebabkan keracunan bila jumlahnya besar. Zat yang berpotensi menyebabkan efek merugikan terhadap status gizi disebut zat anti-gizi. Beberapa zat anti-gizi tetap aktif walaupun sudah melalui proses pemasakan. Zat anti-gizi pada biji- bijian dapat menghambat pencernaan karbohidrat di dalam usus halus. Akibatnya, IG pangan menurun Rimbawan Siagian, 2004.

g. Suhu Pangan saat Dikonsumsi

Penelitian oleh Bahado Singh, Riley, Wheatley Lowe 2011 dalam Maulana 2012 menyatakan bahwa pemberian produk olahan ubi jalar dalam keadaan dingin dapat memengaruhi struktur pati ubi jalar, yaitu proses retrogradasi pati yang menyebabkan ikatan hydrogen pada pati mengalami kristalisasi, sehingga terjadi proses melambatnya penyerapan dan daya cerna pati pada tubuh yang mengakibatkan IG produk olahan cenderung lebih rendah.

2.6.2 Pengukuran Indeks Glikemik Pangan

Beberapa pilihan metodelogi harus dilakukan dalam pengukuran IG, seperti metode pengambilan sampel darah, pemilihan dan pengulangan makanan acuan, verifikasi kandungan karbohidrat yang tersedia dari makanan, jumlah dan jenis subjek, dan perhitungan IAUC Simila, 2012 dalam Sundari, 2014. Pangan acuan yang digunakan untuk mengukur indeks glikemik pangan adalah roti putih atau glukosa murni. Pemberian pangan acuan dan pangan uji dalam pengukuran IG dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan subjek yang Universitas Sumatera Utara sama untuk mengurangi efek keragaman respon glukosa darah dari hari ke hari. Untuk mendapatkan respon rata-rata yang representatif untuk pangan acuan, dianjurkan untuk melakukan pengukuran IG pangan acuan secara berulang untuk setiap subjek. Dalam pengukuran indeks glikemik, porsi makanan yang diuji harus mengandung 50g karbohidrat FAO, 1998. Untuk mendapatkan nilai yang setara dengan 50g karbohidrat dalam pangan acuan ataupun pangan uji perlu dilakukan pengujian karbohidrat untuk memverifikasi kandungan karbohidrat yang terdapat dalam pangan tersebut FAO, 1998. Perhitungan IAUC merupakan salah satu hal yang paling penting dalam pengukuran nilai indeks glikemik pangan. Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menghitung daerah di bawah kurva. Untuk sebagian besar data indeks glikemik, area di bawah kurva telah dihitung sebagai daerah tambahan di bawah kurva respon glukosa darah IAUC, dengan mengabaikan daerah di bawah konsentrasi puasa. Hal ini dapat dihitung secara geometris dengan menerapkan aturan trapesium FAO, 1998. Menurut Rimbawan Siagian 2004, luas daerah dibawah kurva dianggap menggambarkan jumlah total respon glikemik, tidak hanya satu titik yang diberikan oleh puncak respon glukosa darah. Para ahli statistik menganjurkan penggunaan luas area dibawah kurva sebagai angka yang menggambarkan respon glukosa darah secara benar. Monro dan Shaw 2008 dalam Sundari 2014 mengatakan bahwa pengukuran nilai indeks glikemik pangan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Dimana ⁄ ⁄ dengan demikian, Keterangan: IG : Indeks Glikemik IAUC food : Luas area dibawah kurva respon glukosa darah setelah 2 jam terhadap pangan uji IAUC glucose : Luas area dibawah kurva respon glukosa darah setelah 2 jam terhadap glukosa murni pangan acuan Wt : Berat gr Menurut Miller, dkk 1996 dalam Rimabawan Siagian 2004, prosedur penentuan indeks glikemik pangan adalah sebagai berikut: a. Pangan tunggal yang akan ditentukan indeks glikemiknya mengandung 50 gram karbohidrat diberikan kepada relawan yang telah menjalani puasa penuh kecuali air selama ± 10 jam sekitar pukul 22.00 sampai pukul 08.00 pagi besoknya. b. Selama dua jam pasca-pemberian atau tiga jam bila relawan menderita diabetes, sampel darah sebanyak 50 µL – finger-prick capillary blood samples method – diambil setiap 15 menit pada jam pertama, kemudian 30 menit pada jam kedua yaitu berturut-turut pada menit ke 0 sebelum pemberian, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 untuk diukur kadar glukosanya. Kadar glukosa dapat diukur dengan metode glucose oxidase peroxidase reagent. c. Pada waktu yang berlainan, hal yang sama dilakukan dengan memberikan pangan acuan 50gr glukosa murni atau white bread diberikan kepada relawan. Hal ini dilakukan sebanyak dua kali dilakukan pada hari lain, Universitas Sumatera Utara minimal tiga hari setelah perlakuan pertama untuk mengurangi efek keragaman respon gula darah dari hari ke hari. d. Kadar gula darah pada setiap waktu pengambilan sampel ditebar pada dua sumbu waktu x dan kadar glukosa darah y. e. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan acuan.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian