Konsep Sektor Unggulan Basis Penelitian Terdahulu

sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. 3. Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum Metode ini mirip dengan metode LQ, hanya saja jika LQ mengacu kepada perbandingan relatif pangsa pendapatantenaga kerja antara daerah bawah dengan daerah atas maka dalam metode pendekatan kebutuhan minimum ini daerah yang diteliti dibandingkan dengan daerah yang memiliki ukuran yang relatif sama dan ditetapkan sebagai daerah memiliki kebutuhan minimum tenaga kerja di sektor tertentu.

2.4. Konsep Sektor Unggulan Basis

Sektor unggulan adalah sektor yang dimana keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Kriteria sektor unggulan pun sangat bervariasi. Tergantung seberapa besar peranan sektor tersebut dalam pembangunan wilayah. Salah satu yang dapat memengaruhi sektor unggulan yaitu faktor anugerah endowment factors. Dengan adanya keberadaan sektor unggulan ini sangat membantu dan memudahkan pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai. Sektor basis atau sektor unggulan ini dapat mengalami kemajuan maupun kemunduran. Hal ini tergantung pada usaha-usaha suatu wilayah guna meningkatkan sektor unggulan tersebut. Adapun beberapa sebab kemajuan sektor basis yaitu : 1 perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, 2 perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, 3 perkembangan teknologi dan 4 adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab terjadinya kemunduran pada sektor unggulan yaitu perubahan permintaan di luar daerah dan kehabisan cadangan sumberdaya. Sektor unggulan sangat berperan penting pada suatu pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat pada besar kecilnya pengaruh serta peranannya terhadap pembangunan tersebut, diantaranya Tarigan, 2005 : 1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi 2. Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar 3. Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang. 4. Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi 2.5. Metode Analisis Sektor Unggulan 2.5.1. Metode analisis LQ Location Quotient Metode ini dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Sedangkan jika nilai LQ 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan Priyarsono,et al., 2007. Tambunan 2001, LQ adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk lebih memperluas dan memperjelas anlisis Shift Share. Dasar pemikiran metode ini atau dasar teori metode ini adalah teori basis ekonomi. Menurut Tarigan 2005, Metode LQ ini yaitu metode yang membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Analisis ini merupakan analisis yang sederhana dan manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ yang berada diatas 1 atau tidak. Analisis ini sangat menarik bila dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

2.5.2. Metode analisis SS Shifht Share

Analisis Shift Share ini pertama kali diperkenlakan oleh Perloff, et al. pada tahun 1960. Analisis Shift Share ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode. Keunggulan utama dari analisis Shift Share yaitu analisis ini mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Kegunaan Analisis SS ini yaitu melihat perkembangan dari sektor perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor lain. Analisis ini pun dapat melihat perkembangan dalam membandingkan besar aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antarwilayah Priyarsono,et al., 2007. Menurut Budiharsono 2001 dalam Priyarsono, et al. 2007, secara umum terdapat tiga komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis Shift Share, yaitu :

1. Komponen Pertumbuhan NasionalPN National Growth Component

Yaitu perubahan produksi atau kesempatan suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.

2. Komponen Pertumbuhan ProporsionalPP Proportional Mix Growth

Component Komponen ini tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa WilayahPPW Regional Share Growth

Component Komponen ini timbul karena peningkatan atau penurunan produksi atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke-i di wilayah ke-j termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sementara itu, PP + PPW 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke-i pada wilayah ke-j termasuk pertumbuhannya lambat. Sumber : Budiharsono dalam Priyarsono, et al. 2007 Gambar 2.1 Model Analisis Shift Share

2.6. Penelitian Terdahulu

Putra 2004 dengan penelitiannya tentang menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada waktu sebelum dan masa otonomi daerah. Metode yang digunakan adalah metode analisis Shift Share. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Setelah otonomi daerah diberlakukan, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi justru mengalami pertumbuhan yang lambat. Hanya saja pertumbuhan yang lambat ini belum tentu karena pengaruh diterapkannya otonomi daerah, karena kurun waktu yang diteliti hanya Maju PP + PPW 0 Komponen Pertumbuhan Nasional Wilayah ke-j sektor ke-i Wilayah ke-j sektor ke-i Lambat PP + PPW 0 Komponen Pertumbuhan Proporsional Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah dua tahun saja yaitu tahun 2000-2002. Hasil penelitian ini juga menunjukkan sektor pertumbuhan yang paling cepat pada masa otonomi daerah adalah sektor industri pengolahan, sedangkan yang paling lambat adalah sektor jasa lainnya. Sementara sektor yang mempunyai keunggulan komparatif pada masa otonomi daerah adalah sektor pertambangan. Sondari 2007 dengan judul penelitiannya yaitu “Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode 2001-2005” menggunakan metode analisis LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2001-2005, sektor yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu listrik,gas, dan air bersih, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ana 2010 dalam penelitiannya tentang analisis sektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau periode 2000-2009 menggunakan analisis LQ, Model Rasio Pertumbuhan MRP, SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Analisis LQ untuk mengidentifikasi sektorsubsektor ekonomi potensial yang memiliki keunggulan komparatif. Untuk mengidentifikasi sektorsubsektor ekonomi potensial berdasarkan keunggulan kompetitif digunakan analisi MRP. Analisis SS-EM untuk mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu wilayah. Analisis overlay digunakan sebagai lanjutan dari analisis LQ dan MRP untuk mendapatkan deskripsi ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kontribusi. Analisis klassen typology digunakan untuk mengetahui potensi relatif sektorsubsektor ekonomi Kota Tanjungpinang terhadap kabupatenkota lain se-Provinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitiannya didapatkan bahwa sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta subsektor komunikasi dan sewa bangunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang. Triseptina 2006 penelitiannya tentang analisis sektor-sektor unggulan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan indikator pendapatan dengan menggunakan analisis LQ dan turunannya. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non-basis dapat digunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode tidak langsung dengan metode arbiter, LQ dan kebutuhan minimum. Harisman 2007 dengan judul penelitiannya “Analisis Struktur Perekonomian dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung Periode 1993-2003” menggunakan analisis Shift Share untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di Provinsi Lampung telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sekunder yang dilihat dari peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient LQ menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu : sektor pertanian, bangunankonstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi. Paramitasari 2010 dalam penelitiannya tentang potensi komoditas unggulan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia menggunakan analisis indeks komposit untuk mengetahui komoditas unggulan industri manufaktur. Hasil penelitiannya didapatkan ada sebelas komoditas unggulan industri manufaktur di Indonesia. Sebelas komoditas unggulan tersebut hanya terdapat tiga komoditas yang mempunyai kemampuan tinggi, baik dalam hal penciptaan nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja. Aziz 2011 dengan judul penelitiannya “Analisis Potensi, Dayasaing, dan Pajak Sektor Hotel Terhadap Perekonomian Kota Yogyakarta periode 2005-2009” menggunakan metode analisis Shift Share, LQ dan Poeter’s Diamond. Hasil penelitiannya menunjukkan sektor hotel memiliki pertumbuhan yang lambat dan memiliki dayasaing yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena kerusakan fasilitas akibat adanya bencana alam di Kota Yogyakarta. Tetapi keadannya semakin membaik setelah adanya perbaikan fasilitas. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient LQ menunjukkan bahwa sektor hotel pada periode 2005-2009 termasuk ke dalam sektor basis ekonomi Kota Yogyakarta. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah fenomena-fenomena lapangan yang dikaji, metode serta daerah dan periode yang dikaji. Pada penelitian terdahulu, pendekatan yang digunakan hanya pendekatan LQ saja ataupun pendekatan Shift Share saja. Selain itu terdapat penelitian terdahulu lainnya yang menggunakan pendekatan LQ, Model Rasio Pertumbuhan MRP, SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Selain itu ada juga yang menggunakan metode LQ dan Shift Share tetapi hanya satu sektor saja yang dikaji. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan LQ Location Quotient dan analisis Shift Share untuk melihat sektor unggulan serta pertumbuhan dan dayasaingnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon sehingga dapat diketahui sektor-sektor apa sajakah yang termasuk kedalam sektor unggulan basis di Kabupaten Cirebon pada periode 2005-2010 serta bagaimana pertumbuhan dan dayasaing dari sektor unggulan tersebut.

2.7. Kerangka Pemikiran