Pendapatan Usahaternak METODOLOGI PENELITIAN

3.3. Pendapatan Usahaternak

Perusahaan adalah suatu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu perusahaan adalah suatu bentuk kelembagaan bisa perorangan atau dalam bentuk sekumpulan orang sebagai pemiliknya Henderson and Quandt, 1980. Perusahaan melakukan proses produksi, yakni melakukan pengaturan penggunaan input dalam rangka menghasilkan output. Pengelolaan perusahaan membuat keputusan tentang berapa seharusnya dan bagaimana output dihasilkan sehubungan dengan tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Dalam hal ini, peternak ayam ras pedaging merupakan perusahaan yang menghasilkan output berupa ayam ras pedaging. Analisis perusahaan tidak lain adalah analisis terhadap produksi dan keuntungan. Analisis keuntungan menyangkut analisis penerimaan, biaya dan selisih antara penerimaan dan biaya yang disebut keuntungan atau pendapatan Henderson and Quandt, 1980. Adanya perbedaan pola pengusahaan ayam ras pedaging di Kabupaten Karanganyar yaitu pengusahaan pola mandiri dan pola kemitraan menimbulkan perbedaan besarnya biaya-biaya yang digunakan untuk berusahaternak dan penerimaan yang diterima oleh peternak. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan harga input, harga output dan cara memasarkan ayam ras pedaging diantara kedua pola tersebut. Implikasi yang paling menonjol dalam kerjasama kemitraan adalah peternak diharuskan untuk membeli sarana produksi input dan menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra. Kondisi pada pasar input menunjukkan bahwa terdapat satu penjual perusahaan mitra dengan banyak pembeli peternak sehingga pasar input tersebut dapat digolongkan pada pasar monopoli Henderson and Quandt, 1980. Pada pasar monopoli, untuk mencapai keuntungan maksimum, perusahaan akan menetapkan harga lebih tinggi dibandingkan pasar persaingan sempurna Hyman, 1997. Sumber : Hyman, 1999 Gambar 1. Perbedaan Output dan Harga pada Pasar Monopoli dan Pasar Persaingan Sempurna Gambar 1 menyajikan harga dan output yang dihasilkan pada pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. Dengan asumsi kurva marginal cost MC berbentuk horizontal, pasar persaingan sempurna mencapai keuntungan maksimum pada saat marginal revenue MR p berpotongan dengan MC, dimana MR sama dengan harga sehingga akan dihasilkan output pada Q 2 pada harga P 1 . Pada pasar monopoli, keuntungan maksimum diperoleh pada saat MR m berpotongan dengan kurva MC sehingga perusahaan monopoli akan memproduksi output sebesar Q 1 dengan harga P 2 Hyman, 1997. Terkait dengan kondisi kemitraan bahwa peternak sebagai penerima harga input dari perusahaan inti yang memonopoli penjualan sarana produksi ternak input, khususnya berupa DOC, pakan ternak, serta obat dan vaksin maka peternak peserta kemitraan akan P 1 P 2 P MC = MR p Q Q 1 D Q 2 a MR m menerima harga input lebih tinggi dibandingkan harga pada pasar persaingan sempurna. Dalam kerjasama kemitraan, peternak juga melakukan kontrak penjualan output kepada perusahaan inti. Pada kondisi ini, perusahaan inti bertindak sebagai pembeli tunggal bagi hasil ternak ayam ras pedaging dari peternak mitra, sehingga pada pasar output terdapat banyak penjual dengan pembeli tunggal. Menurut Henderson and Poole 1991, kondisi pasar dengan pembeli tunggal dan banyak penjual digolongkan dalam pasar monopsoni. Hyman 1997, menyatakan bahwa karena posisi pembeli tunggal maka perusahaan monopsoni monopsonist mempunyai kemampuan menentukan harga dari barang atau jasa yang akan dibeli. Jika diasumsikan bahwa produk yang dijual peternak merupakan faktor produksi dari perusahaan monopsoni perusahaan inti maka perusahaan tidak dapat membeli diantara faktor input secara bebas unlimited pada harga umum, yaitu harga dimana perusahaan harus membayar jumlah pembelian input yang ditentukan melalui pasar penawaran input. Harga yang harus dibayarkan untuk tiap satuan barang yang dibeli ditentukan oleh kurva penawaran input. Karena kurva penawaran input memiliki slope positif upward sloping, maka harga yang harus dibayar perusahaan monopsoni merupakan kenaikan dari fungsi jumlah yang dibeli Hyman, 1997. Untuk mencapai kondisi keseimbangan perusahaan monopsoni akan menerapkan harga faktor produksi lebih kecil dari biaya marjinal. Nicholson 1999, menyatakan bahwa perusahaan yang menghadapi kurva penawaran positif, maka biaya marjinal lebih besar dari harga pasar faktor yang bersangkutan. Henderson and Quandt 1980 menjelaskan bahwa keuntungan maksimum pada perusahaan monopsoni dicapai apabila nilai produk marjinal dx dq P sama dengan biaya marjinal dx dC . Kondisi tersebut diilustrasikan pada Gambar 2 bahwa keuntungan maksimum dari perusahaan monopsoni berada pada x unit dengan harga input sebesar r rupiah. Sedangkan perusahaan pada pasar persaingan sempurna, keuntungan maksimumnya akan tercapai pada saat biaya input rata-rata atau penawaran input berpotongan dengan nilai produk marjinal sehingga pada pasar persaingan sempurna, jumlah input yang digunakan adalah pada x 1 unit dengan harga r 1 rupiah. Perusahaan monopsoni dapat meningkatkan keuntungannya dengan mengurangi jumlah input yang digunakan pada tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai produk marjinalnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, perusahaan inti sebagai pembeli tunggal produk ayam ras pedaging yang dihasilkan peternak mitra maka perusahaan inti memiliki kekuatan monopsoni monopsony power sehingga perusahaan inti memiliki kekuatan untuk menetapkan harga ayam ras pedaging per unit yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan harga pada pasar persaingan sempurna. Dengan demikian peternak peserta kemitraan akan menerima harga relatif lebih rendah dibandingkan dengan peternak mandiri. Untuk mengetahui pendapatan yang diterima peternak pola kemitraan dan mandiri, maka digunakaan pendekatan pendapatan peternak dengan analisis RC ratio. Sumber : Henderson and Quandt, 1980 Gambar 2. Perbedaan Profit Maximizing pada Pasar Monopsoni dan Pasar Persaingan Sempurna

3.4. Pemasaran Usahaternak