2.3  Fermentasi
Steinkraus  1996  diacu  dalam  Riebroy  et  al.  2007  menyatakan  bahwa fermentasi merupakan cara yang tertua disamping pengeringan yang dipraktekkan
manusia  untuk  tujuan  pengawetan  dan  pengolahan.  Penelitian  di  bidang fermentasi  makanan  telah  mengungkapkan  bahwa  melalui  proses  fermentasi,
bahan  makanan  akan  mengalami  perubahan-perubahan  fisik  dan  kimia  yang menguntungkan seperti flavor, aroma, tekstur, daya cerna dan daya tahan simpan.
Syah  2004  menyatakan  bahwa  pada  prinsipnya  fermentasi  adalah  proses perubahan  substrat  organik  yang  kompleks  menjadi  komponen  yang  lebih
sederhana  dengan  adanya  aktivitas  enzim  dan  mikroba  dalam  keadaan  yang terkontrol.  Bahan-bahan  atau  komponen  yang  dihasilkan  dapat  menghambat
kegiatan mikroba pembusuk.   Selain menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang  tidak  diinginkan,  perubahan  yang  terjadi  dapat  memperbaiki  nilai  gizi
produk. Lay  2002  diacu  dalam  Lee  et  al.  2009  menyatakan  bahwa  fermentasi
terjadi sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik, dimana mikroba dapat mencerna glukosa  sebagai  bahan  baku  energinya  tanpa  oksigen,  sebagai  hasilnya  hanya
sebagian glukosa yang dipecah dan menghasilkan sejumlah kecil energi, CO
2
, air dan  produk  akhir  metabolisme  lainnya.  Jika  kedalam  bahan  mentahnya
ditambahkan sumber karbohidrat, misalnya pati atau nasi, maka selama fermentasi akan terjadi pemecahan pati menjadi komponen-komponen  yang lebih sederhana
seperti  asam  dan  alkohol,  sedangkan  lemak  dipecah  menjadi  gliserol  dan  asam- asam lemak.
Sanni  et  al.  1998;  Holzapfel,  2002;  diacu  dalam Huch  et  al.  2008
menyatakan bahwa fermentasi makanan dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu
fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan.  Fermentasi spontan terjadi pada makanan  yang  dalam  pembuatannya  tidak  ditambahkan  mikroba  dalam  bentuk
starter,  tetapi  mikroba  yang  berperan  aktif  dalam  proses  fermentasi  berkembang biak  secara  spontan  karena  lingkungan  hidupnya  yang  dibuat  sesuai  untuk
pertumbuhannya.  Sedangkan fermentasi tidak spontan terjadi pada makanan yang dalam  pembuatannya  ditambahkan  mikroba  dalam  bentuk  kultur  atau  starter,
dimana mikroba tersebut akan berkembang biak dan aktif dalam mengubah bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan.
Proses  fermentasi  merupakan  proses  biokimia  dengan  menggunakan kelompok  bakteri  asam  laktat,  sehingga  hasilnya  dapat  dijadikan  sebagai  salah
satu  cara  pemanfaatan  sumber  bahan  makanan.  Fermentasi  dianggap  sebagai usaha  untuk  pengawetan  bahan  makanan  paling  murah,  mudah  dan  sederhana,