Kerangka Berpikir Metode Penelitian

36 kerena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak dan disebut dengan straight news. Contoh infotaiment yeng merupakan salah satu bentuk program berita dan fungsinya lebih besar sebagai hiburan bagi audiens. Morissan, 2008: 219. 2. Soft news atau berita lunak adalah sebuah program berita yang menyajikan informasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam indepth namun tidak bersifat harus segera ditayangkan, misalnya news magazine, current affair, talkshow dan lain-lain Morissan 2008: 207.

2.5 Kerangka Berpikir

Dijelaskan bahwa pendekatan yang digunakan untuk meneliti tayangan program Bingkai Sumatera Episode Ranah Minang Negeri Perempuan adalah pendekatan framing William A. Gamson yang mana dalam model tersebut perangkat framing dibagi menjadi dua struktur besar, yaitu: pertama, Struktur framing devices yang mencakup metaphors, exemplars, catchphrases, depictions, dan visual images menekankan aspek bagaimana “melihat” suatu isu. Kedua Struktur reasoning devices menekankan aspek pembenaran terhadap cara “melihat” isu, yakni roots analisis kausal dan appeals to principle klaim moral. Pada penelitian ini, peneliti hendak menganalisis bagaimana kebudayaan Minangkabau ditampilkan dalam tayangan program Bingkai Sumatera Episode “Ranah Minang Negeri Perempuan di DAAI TV”, serta pesan apa yang ingin disampaikan melalui tayangan ini. Kemudian jenis analisis yang peneliti gunakan adalah analisis teks media dengan pendekatan framing model analisis framing Universitas Sumatera Utara 37 William A. Gamson. Gagasan Gamson terutama menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapat umum di sisi yang lain. 3. Gambar 2.5 : Kerangka berpikir penelitian Sumber : Data Primer

2.6 A nalisis Framing

2.6.1. Akar Historis Analisis Framing.

Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan ktegori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Namun, kemudian pengertian framing berkembang yaitu ditafsirkan untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, PENULIS NASKAH Program Bingkai Sumatera Episode “Ranah Minang Negeri Perempuan di DAAI TV ANALISIS FRAMING MODEL WILLIAM GAMSON DAN ANDRE MODIGLIANI STRUKTUR FRAMING DEVICES 1. Metaphors, 2. Exemplars, 3. Catchphrases, 4. Depictions, dan 5. Visual images STRUKTUR REASONING DEVICES  Roots analisis kausal dan  Appeals to principle klaim moral Universitas Sumatera Utara 38 analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing sebagai suatu metode analisis isi media, terbilang baru. Ia berkembang terutama berkat pandangan kaum konstruksionisme. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Beger bersama Thomas Luckman, yang banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial dan realitas. Tesis utamadari Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah tidak juga sesuatu yang diturunkan Tuhan, tetapi ia dibentuk dan direkonstruksi. Dengan pemahaman seperti itu, realitas berwajah ganda plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Selain plural, konstruksi sosial juga bersifat dinamis. Sebagai hasil dari konstruksi sosial maka realitas dapat merupakan realitas subyektif dan realitas objektif. Realitas subyektif, menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antar individu dengan objek. Sedangkan realitas objektif, merupakan sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, berada di luar atau dalam istilah Berger, tidak dapat kita tiadakan dengan angan-angan. Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Disini realitas bukan hanya dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi wartawan dilanda oleh realitas. Realitas diamati oleh Universitas Sumatera Utara 39 wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam proses ekternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu pada tabel berikut: Tabel 2.6 : Pendekatan Konstruksionis Penilaian Paradigma Konstruksionis Paradigma Positivis Faktaperistiwa adalah hasil konstruksi. Fakta merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu. Ada fakta yang “riil” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal. Media adalah agen konstruksi. Media sebagai agen konstruksi pesan. Media sebagai saluran pesan. Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah konstruksi dari realitas. Berita tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas. Karena berita yang terbentuk nerupakan konstruksi atas realitas. Berita adalah cermin dan refleksi dari kenyataan. Karena itu, berita haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang hendak diliput. Berita bersifat subyektifkonstruksi atas realitas. Berita bersifat subyektif, opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subyektif. Berita bersifat oyektif, menyingkirkan opini dan pandangan subyektif dari pembuat berita. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subyektifitas pelaku sosial. Wartawan sebagai pelapor. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Nilai, etika, atau keberpihakan wartawan tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa. Nilai, etika, opini, dan pilihan moral berada diluar proses peliputan berita. Etika, dan pilihan moral peneliti, menjadi bagian yang integral dalam Nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu Nilai, etika, dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian. Universitas Sumatera Utara 40 penelitian. penelitian. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita. Khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita. Berita diterima sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembuat berita. Karakteristik penelitian isi media yang berkatagori konstruksionis terutama dilakukan dengan melakukan pembedaan dengan paradigma positivis, yaitu pada tabel berikut: Tabel 2.6 : Katagori Konstruksionis Penilaian Paradigma Konstruksionis Paradigma Positivis Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas social Rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti. Eksplanasi, prediksi, dan kontrol. Peneliti sebagai fasilitator keragaman subyektifitas sosial. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subyektifitas pelaku sosial. Peneliti berperan sebagai disinterested scientist. Makna suatu teks adalah hasil negosiasi antara teks dan peneliti. Negosiasi; makna adalah hasil dari proses saling mempengaruhi antara teks dan pembaca. Makna bukan ditransmisikan, tetapi dinegosiasikan. Transmisi; makna secara inheren ada dalam teks, dan ditransmisikan kepada pembaca. Penafsiran bagian yang tak terpisahkan dalam analisis. Subyektif; penafsiran bagian tak terpisahkan dari penelitian teks. Bahkan dasar dari analisis teks. Obyektif; analisis teks tidak boleh menyertakan penafsiran atau opini peneliti. Menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti — teks. Reflektifdialektik; menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti —teks untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif. Intervensionis; pengujian hipotesis dalam struktur hipoteticodeductive method. Melalui lab eksperimen atau survai eksplanatif, dengan analisis kuantitatif. Kualitas penelitian diukur dari otentisitas dan refleksivitas temuan. Kriteria kualitas penelitian; otentisitas dan refleksivitas, sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas dihayati oleh Kriteria kualitas penelitian; obyektif, validitas, dan reliabilitas internal dan eksternal. Universitas Sumatera Utara 41 para pelaku sosial. Framing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif, gunanya untuk melihat media mengkonstruksi tonjolkandibangun mengenai suatu realitas dan realitas lain dikonstruksi dikaburkan. Pada akhirnya akan diketahui mana yang lebih dominan dari setiap realitas yang diinterpretasi oleh media tersebut. Analisis framing pada dasarnya adalah metode yang digunakan untuk melihat gaya bercerita atau mengemas media tentang suatu peristiwa atau realitas. Eriyanto 2002:3 mendefinisikan bahwa analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa, aktor,kelompok, atau apa saja dibingkai oleh media. Pembingkai tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Sementara menurut pandangan Sobur 2006, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Ada beberapa definisi tentang framing oleh para ahli, seperti di bawah ini: Tabel 2.6 : Defenisi Framing Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyatakan penempatan informasi- informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. William A. Gamson dan Andre Modigliani Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita terbentuk dalam sebuah Universitas Sumatera Utara 42 kemasan package. Kemasan itu semacam sekema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan- pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa- peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas. David E.Snow and Robert Benford Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan system kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengedentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks kedalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa. Zhongdang Pan and Gerald M.Kosicki Stategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita. Sumber: Eriyanto 2002: 67:68

2.6.2 Teori Analisis Framing

Universitas Sumatera Utara 43 Teori Analisis Framing atau Analisis bingkai frame analysis Theory berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajarai media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Anonimous, 2004:. Menurut Panuju 2003:1, frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan informasi. Disiplin ilmu Analisis Framing bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis bingkai mencoba untuk membangun sebuah komunikasi-bahasa, visual, dan pelaku-dan menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis. Beberapa model analisa bingkai telah dikembangkan: Model William A. Gamson dan Andre Modigliani membagi struktur analisis menjadi tiga bagian: a. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu. b. Core frame merupakan gagasan sentral. c. Condnsing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik framing deviceperangkat framing dan reasoning deviceperangkat penalaran. Perangkat framing terbagi menjadi lima bagian: Universitas Sumatera Utara 44 a. Methaphors adalah perumpamaan dan pengandaian b. Catcphrase adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan. c. Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif. d. Depiction adalah leksikon untuk melebeli sesuatu. e. Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis dan sebagainya. Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian: a. Root merupakan analisis kausal atau sebab akibat. b. Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral. c. Consequence merupakan efek atau konsekuensi Media Frames dan Individual Frames Media frames framing media telah didefinisikan oleh Tuchman dalam Scheufele 1999:106 bahwa framing berita mengorganisasikan realitas berita setiap hari. Framing media juga mencirikan sebagai kerja jurnalis untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan informasi secara cepat dan menyampaikan secara capat kepada para pembaca. Kegiatan framing merupakan kegiatan penyeleksian beberapa aspek dari realita dan membuatnya lebih penting dalam sebuah teks. Selain itu lebih berperan dalam penyelesaian dan pemehaman definisi dari permasalahan, interpretasi sebab akibat kausal, evaluasi moral, dan rekomendasi metode-metode selanjutnya. Kegiatan framing, penyajian peristiwa dan berita mampu memberikan pengaruh yang sistematis tentang metode agar penerima berita mengerti. Individual frames framing individu didefinisikan sebagai kegiatan penyimpanan ide yang membimbing proses informasi secara individu. Entman dalam Scheufele, Universitas Sumatera Utara 45 1999:107. Framing jenis ini maupun sebelumnya dapat digunakan sebagai kegiatan interpretasi dan proses informasi.

2.6.3 Tipologi Framing

Tipologi ini dapat diarahkan ke dalam tiga orientasi. Pertama, orientasi terhadap konsep framing itu sendiri dan hubungan antara framing dan variabel lainnya. Kedua, tipologi harus menyediakan informasi tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam penelitian framing. 1. Apabila dipakai orientasi media frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan:  Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jalan seorang wartawan atau kelompok sosial lainnya menulismenganalisis sebuah isu?  Bagaimana proses ini bekerja dan sebagai hasilnya, kemasan seperti apakah bingkai yang digunakan oleh wartawan? 2. Apabila digunakan orientasi media frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:  Media frames jenis apa yang mempengaruhi persepsi para audien terhadap isu-isu tertentu dan bagaimana proses itu bekerja? 3. Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:  Seberapa jauh audien mampu memainkan peran aktif dalam membangun pemahamanpersepsi dan penolakan terhadap media? 4. Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan: Universitas Sumatera Utara 46  Sejauh mana analisis framing seseorang mempengruhi persepsinya terhadap suatu isu? Ke-empat, tipologi ini masih terus dikaji untuk mendapatkan pemahaman bersama mengenai konsep framing. Model Proses Framing Proses analisis ini dibagi menjadi empat bagian yaitu : 1. Frame Bulding Bangunan BingkaiFrame Studi-studi ini mencakup tentang dampak faktor-faktor seperti pengendalian diri terhadap organisasi, nila-nilai profesional dari wartawan, atau harapan terhadap audien terhadap bentuk dan isi berita. Meskipun demikian, studi tersebut belum mampu menjawab bagaimanakah media dibentuk atau tipe pandangananalisis yang dibentuk dari proses ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses yang mampu memberikan pengaruhnya terhadap kreasi atau perubahan analisa dan penulisan yang diterapkan oleh wartawan.Frame bulding meliputi kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi sistem media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu mempengaruhi penulisan sebuah berita terhadap peristiwa. Gans, Shoemaker, dan Reeses menyaranan minimal harus ada tiga sumber-sumber pengaruh yang potensial. Pengaruh pertama adalah pengaruh wartawan. Wartawan akan lebih sering membuat konstruksi analisis untuk membuat perasaan memiliki akan kedatangan informasi. Bentuk analisa wartawan dalam menulis sebuah fenomena sangat dipengaruhi oleh varibel- variabel, seperti ideologi, perilaku, norma-norma profesional, dan akhirnya lebih mencirikan jalan wartawan dalam mengulas berita. Faktor kedua yang Universitas Sumatera Utara 47 mempengaruhi penulisan berita adalah pemilihan pendekatan yang digunakan wartwan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi dari tipe dan orientasi politik, atau yang d isebut sebagai “rutinitas organisasi”. Faktor ketiga adalah pengaruh dari sumber-sumber eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas. 2. Frame setting Pengkondisian Framing Proses kedua yang perlu diperhatikan dalam framing sebagai teori efek media adalah frame setting. Para ahli berargumen bahwa frame setting didasarkan pada proses identivikasi yang sangat penting. Frame setting ini termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda agenda setting. Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjolpenting, frame setting, agenda setting tingkat kedua, yang menitikberatkan pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari agenda setting adalah tarnsmisi objek yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut yang penting. Namun, Nelson dalam Scheufele 1999:116 menyatakan bahwa analisa penulisan berita mempengaruhi opini dengan penekanan nilai spesifik, fakta, dan pertimbangan lainnya, kemudian diikuti dengan isu-isu yang lebih besar, nyata, dan relevan dari pada memunculkan analisa baru. 3. Individual-Level Effect of Farming Tingkat Efek Framing terhadap Individu Tingkat pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk beberapa variabel perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya telah dilakukan dengan manggunakan model kota hitam black-box model. Dengan kata lain, studi ini terfokus pada input dan output, dan dalam kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan variabel-variabel kunci diabaikan. Kebanyakan Universitas Sumatera Utara 48 penelitian melakukan percobaan pada nilai keluaran framing tingkat individu. Meskipun telah memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan berita di media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya, studi ini tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua variabel dihubungkan satu sama lain. 4. Journalist as Audience Wartawan sebagai Pendengar Pengaruh dari tata mengulas berita pada isi yang sama dalam media lain adalah fungsi beragam faktor. Wartawan akan lebih cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini, diharapkan wartawan dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca sehingga ada timbal balik ide. Akibatnya, analisa wartawan tidak serta merta dianggap paling benar dan tidak terdapat kelemahan. Questioning Answers or Answering Questioning Menjawab Pertanyaan atau Mempertanyakan Jawaban?Perkembangan efek media, konsep pengulasan sebuah peristiwa masih jauh dari apa yang sedang diintegrasikan dalam sebuah model teoritis. Hasilnya, sejumlah pendekatan framing dikembangkan tahun-tahun terakhir, namun hasil perbandingan empiris masih jauh dari apa yang diaharapkan. Oleh karena itu, penelitian masa depan harus mampu menggabungkan penemuan-penemuan masa lalu ke dalam sebuah model dan mampu mengisi kekurangan yang ada sehingga diperoleh model framing yang sempurna. Framing sebagai teori efek media membutuhkan konsep proses model dari pada terfokus pada input dan output. Oleh karena itu, penilitian masa depan harus mengakomodasi empat kunci di atas. Model proses diharapakan menjadi acuan kerja masa depan yang secara Universitas Sumatera Utara 49 sistematis mampu memberikan pemecahan terhadap isu-isu framing dan melakukan pendekatan detail dalam teori yang koheren.

2.6.4. Konsep Framing

Pada dasarnya analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955, Sudibyo, 1999a:23. Mulanya, frame dimaknai sebagai sturktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi relaitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of behavior yang membimbing individu dalam membaca relaitas. Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi ilmu komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganilisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Konsep tentang framing atau frame bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif psikologis. Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehunga suatu fenomena dapat diapresiasi Universitas Sumatera Utara 50 dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politik, atau kultural yang melingkupinya Sudibyo, 1999b:176 Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi rakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang di ambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawah kemana berita tersebut Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tidak terelakkan imawan, 2000:66 Gamson dan Mordigliani Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21-22 menyebut cara pandang itu sebagai kemasan package yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Menurut Erving Goffman Siahaan et al., 2001:76-77, secara sosiologi konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu disebut frames, yang Universitas Sumatera Utara 51 mengmungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi, dan memberi label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi. Dengan konsep yang sama Gitlin 1980 mendefinisikan frame sebagai seleksi, penegasan, dan eksklusi yang ketat. Ia menghubungkan konsep tersebut dengan konsep memproduksi wacana berita dengan mengatakan “frame mengmungkinkan para jurnalis memproses sejumlah besar informasi secara cepat dan rutin, sekaligus dan mengemas informasi demi penyiaran yang efisien kepada khalayak”. Konsep framing dari para konstruksionis dalam literatur sosiologi ini memperkuat asumsi mengenai konsep kognitif individual-penstrukturan representasi kognitif dan teori proses pengendalian informasi-dalam psikologi.

2.6.5 Model Framing Model William Gamson dan Andre Modigliani

Secara teknis, tidak mungkin bagi seorang jurnalis untuk men-framing seluruh bagian berita. Artinya, hanya bagian dari kejadian-kejadian happening penting dalam sebuah berita saja yang menjadi objek framing jurnalis. Namun, bagian-bagian kejadian penting ini sendiri merupakan salah satu aspek yang sangat ingin diketahui khalayak. Aspek lainnya adalah peristiwa atau ide yang diberitakan. Gamson dan Modigliani Nugroho. Eriyanto, Surdiasis, 1999:21-22 menyebut cara pandang itu sebagai kemasan package yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara berserita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Universitas Sumatera Utara 52 Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 Sudibyo, 1999a:23. Mulanya, frame dimaknai sebagai sturktur kenseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresisasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan kepingan dalam perilaku stips of behavior yang membimbing individu dalam membaca realitas. Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisa fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif psikologis. Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik dan cultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga sutu fenomena dapat di apresisai dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau cultural yang melingkupinya Sudibyo, 1999b:176. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalalayk sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, Universitas Sumatera Utara 53 framing adalah pendekatan utnuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oelh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemena berita tersebut Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan mbertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan Imawan, 2000:66. Gamson dan Modigliani Nugroho. Eriyanto, Surdiasis, 1999:21-22 menyebut cara pandang itu sebagai kemasan package yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara berserita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa- peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Secara teknis sangat tidak mungkin seorang jurnalis memframing seluruh bagian berita, atau dalam kata lain hanyalah berita yang terpenting yang akan menjadi objek framing jurnalis. Framing dalam berita dilakukan dengan empat cara: 1. Identifikasi Masalah 2. Identifikasi Penyebab Masalah 3. Evaluasi Moral 4. Saran Penaggulangan Masalah Menurut Abrar dalam Sobur 2004 menyebutkan bahwa pada umumnya ada empat teknik memframing berita yang digunaka oleh wartawan 1Cognitive Dissonance ketidaksukaan sikap dan perilaku, 2empati membentuk “pribadi khayal”, 3Packing daya tarik yang melahirkan ketidakberdayaan, 4Assosiasi Universitas Sumatera Utara 54 menggabungkan kondisi, kebijakan dan objekyang sedang actual dengan focus berita.Dan sekurangnya ada tiga bagian yang menjadi objek framing seorang wartawan, yaitu ; judul berita, focus berita dan up berita. Analisis framing bisa dilakukan dengan bermacam-macam focus dan tujuan. Pendekatan framing di bagi menjadi dua : a P e n d e k a t a n K u l t u r a l Meliputi identifikasi dan kategorisasi terhadap penanggulangan, penempatan, asosiasi, dan penajaman kata, kalimat dan proposisi tertentu dalan suatu wacana. b P e n d e k a t a n I n d i v i d u a l Frame dalam level individu menimbulkan konsekuensi bahwa untuk tujuan tertentu, studi framing tidak bisa hanya dilakukan dengan analisis isi terhadap teks media. Menurut Sudibyo 1999:42 analisis framing terhadap skemata individu bisa dilakukan dengan polling atau wawancara komprehensif framing terhadap skemata individu bisa dilakukan dengan polling atau wawancara komprehensif. Didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media, berita dan artikel, terdiri atas Package Interaktif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Dalam Package Interaktif terdapat dua struktur : 1. C o r e F r a m e Merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator menunjukkan substansi isu yang dibicarakan. 2. C ondensing S ym bol Universitas Sumatera Utara 55 Memiliki dua struktur framing devices dan reasoning devices. Framing Devices mencakup methapore, exemplar, cathcpharses, deceptions dan visual image yang menekankan pada bagaimana “melihat” aspek suatu isu atau berita. Sedangkan Reasoning Devices menekankan aspek pembenaran terhadap cara “melihat” isu, yakni roots dan appeals to principle. Model lain dikembangkan William A. Gamson dan Andre Modigliani Siahaan 2001:81-87. Gamson-ilmuwan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep framing mendefinisikan frame sebagai organissasi gagasasn centrall atau alur cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana public yang disebut package. Framing analisis yang dikembangkan Gmason dan Modigliani memahami wacana media sebagai satu gugusan perspektif, interpretasi interpretatif package saat mengkonstruksi dan member makna suatu isu. Model ini menganggap frame sebagai cara bercerita atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita disebut Gamson dan Modiglani sebagai kemasan package. Merupakan rangkaian ide yang menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan. Dari pemikiran diatas, model analis framing ini dapat dilihal pada tabel.dibawah ini perangkat framing yang dikemukakan oleh William A Gamson dan Andre Modigliani : Tabel 2.6.5 : Perangkat Framing Gamson dan Modigliani Universitas Sumatera Utara 56 Frame Central organizing idea for making sense of relevant event, suggesting what is at issues Framing Device perangkat Framing Reasoning Device Perangkat Penalaran Methapors Perumpamaan atau pengandaian Roots Analisis kausal atau sebab akibat Catchphrases Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan. Appeals to Principle Premis dasar, klaim klaim moral Exemplar Mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian bisa berupa teori, perbandingan yang memperjelas bingkai Consequences Efek atau konsekuensi yang didapat dari Bingkai Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosakata, leksikon untuk melabeli sesuatu. Visual Image Gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan. Sumber : Eriyanto 2002 Dalam pendekatan model Gamson dan Modigliani ada dua aspek penting yang mendukung ide sentral atau gagasan sentral bisa diterjemahkan kedalam sebuah realitas. Pertama framing devices perangkat framing, yang terdiri dari methapors, catcphrase, exemplar, depiction, dan visual image. Perangkat ini Universitas Sumatera Utara 57 berhubungan langsung pada penekanan bingkai dalam sebuah realitas dalam teks yang berkaitan dengan isu tertentu. Kedua adalah Perangkat penalaran reasoning devices, yang terdiri dari root, appeals to principle dan consequence. Perangkat penalaran ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari realitas dalam teks suatu isu tertentu. Methapors adalah sebuah cara memindahkan makna dengan menghubungkan merelasikan dua fakta analogi, atau menggunakan kiasan dengan memakai kata-kata ibarat,bak, sebagai,perumpamaan, dan laksana. Methapors mempunyai arti atau peran yang ganda, yaitu sebagai perangkat diskursif, dan ekspresi mental. Serta berasosiasi dengan penilaian dan memaksa realitas dalam teks dan dialog untuk membuat sense tertentu. Catchphrases adalah bentuk kata atau istilah frase yang mencerminkan sebuah fakta yang merujuk pada pemikiran atau semangat sosial demi mendukung kekuasan tertentu. Dalam sebuah teks atau dialog, wujudnya berupa slogan, jargon, atau semboyan yang ditonjolkan. Exemplaar adalah cara mengemas atau menguraikan sebuah fakta tertentu secara mendalam, supaya memiliki makna yang lebih untuk dijadikan rujukan. Dalam exemplaar posisinya sebagai pelengkap dalam kesatuan wacana atau bingkai pada sebuah teks atau dialog mengenai isu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh pembenaran isu sosial yang sedang diangkat, bisa berupa contoh, uraian, teori, dan perbandingan yang bisa memperjelas bingkai. Depictions adalah cara menggambarkan sebuah fakta atau isu tertentu yang berupa kalimat konotatif, istilah, kata, leksikon, untuk melabeli sesuatu supaya khalayak terarah ke citra tertentu. Dengan tujuan menguatkan harapan, Universitas Sumatera Utara 58 ketakutan, posisi moral, dan perubahan. Serta pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka, sehingga mampu menempatkan seseorang atau pihak tertentu pada posisi tidak berdaya karena kekuatan konotasinya mampu melakukan kekerasan simbolik. Visual image adalah perangkat yang dalam bentuk gambar, grafik, diagram, tabel, dan kartun dan sejenisnya juga citra tententu untuk mendukung dan menekankan pesan yang ingin ditojolkan atau disampaikan bingkai secara keseluruhan. Misalnya perhatian, penegasan, atau penolakan terhadap isu tertentu. Sifatnya natural, sangat mewakili realitas atau isu tertentu dan erat dengan ideologi pesan terhadap khalayak. Root adalah pemberatan isu tertentu dengan menghubungkan suatu objek yang dianggap menjadi penyebab timbulnya hal yang lain. Tujuannya untuk memberikan alasan pembenaran dalam penyimpulan fakta berdasarkan hubungan kausal atau seba akibat yang digambarkan atau dijabarkan. Appeals to principle adalah upaya memberikan alasan tentang kebenaran suatu isu dengan menggunakan logika dan klaim moral, pemikiran,dan prinsip untuk mengkonstruksi suatu realitas. Berupa pepatah, mitos, doktrin, cerita rakyat, ajaran dan sejenisnya. Tujuannya manipulasi emosi supaya khalayak mengarah kepada waktu,tempat, sifat, dan cara tertentu. Consequences adalah konsekuensi yang didapat pada akhir pembingkaian tentang suatu isu tertentu dalam teks atau dialog dalam media yang sudah terangkum pada efek atau konsekuensi dalam bingkai. Universitas Sumatera Utara 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dimana penelitian ini didominasi oleh proses pengumpulan data dan informasi yang bersifat kualitas dari suatu fenomena melalui observasi maupun wawancara. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menggali fenomena sosial yang ada secara cermat sehingga benar- benar menghasilkan jawaban penelitian yang komprehensif. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif cenderung mengembangkan konsep dan menghimpun fakta sedalam- dalamnya, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis secara sistematis sebagaimana pendekatan statistik yang dapat diuji secara tepat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena bertujuan memperoleh pemaparan yang objektif pada objek kajian dengan menggunakan model analisis framing William A. Gamson.. Disebut deskriptif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif karena menggunakan alat- alat pengukuran, sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif lebih banyak berupa gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam ukuran naratif Sudjana 1989:148.

3.2 Aspek Kajian