4. Melodrama
“Melodrama merupakan drama yang menguras air mata, biasanya dipadu dengan musik.
”
32
Contoh drama ini adalah kisah Madame Butterfly karya N. Riantiarno.
G. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut
Santoso yang dikutip oleh M.Subana mengatakan bahwa “Media adalah
semua bentuk prantara yang dipakai orang sebagai penyebar idegagasan sehingga idegagasan itu sampai pada si penerima.
”
33
Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan
bahwa “Media Pendidikan adalah alat metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.
34
Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media
mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan
media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat
mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau
32
N Riantiarno, Menyentuh Teater-Tanya Jawab Seputar Teater Kita, Jakarta: MU;3 Books, 2003, h. 9.
33
M.Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 1987, h. 287.
34
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994, h. 12.
kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan
daripada tanpa bantuan media. Jadi, bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran serta memaksimalkan mutu mengajar dan belajar.
H. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
Mengingat media pembelajaran dalam posisi yang cukup penting dalam proses pembelajaran, maka akan dipaparkan manfaat dari media pembelajaran
yaitu sebagai berikut: 1.
Menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran 2.
Membantu siswa dalam memperoleh pengalaman yang berbeda 3.
Membatasi keterbatasan waktu, ruang dan lingkungan 4.
Mengurangi verbalisme “Media pada dasarnya adalah bahasa guru, artinya dalam proses
penyampaian pesan guru harus pandai memilih bahasa apa yang paling mudah dimengerti dan dipahami oleh siswanya”.
35
Jadi, seorang guru harus peka dan mengerti media apa yang cocok diberikan oleh muridnya.
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai
penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Oleh karena itu, media yang baik digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar ialah bahwa
35
Yudi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, h. 185.
media itu dirancang, dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik untuk menyalurkan informasi secara terarah dan mencapai tujuan intruksional
tertentu.
I. Pengertian Cerpen
Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek atau disingkat menjadi cerpen adalah cerita yang pendek. Secara umum dapat disimpulkan bahwa cerpen
adalah cerita atau narasi bukan analisis argumentatif yang fiktif serta relatif pendek. Menurut Jakob Sumarjo menyebutkan bahwa
“Cerpen harus berupa cerita atau narasi bukan analisa argumentatif yang fiktif tidak benar-benar
terjadi tetapi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja serta relatif pendek. ”
36
Penceritaan atau narasi tadi harus dilakukan secara hemat dan ekonomis. Inilah sebabnya dalam sebuah cerpen biasanya hanya ada dua atau
tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada satu efek saja bagi pembacanya. Semuanya harus serba ekonomis sehingga hanya ada satu kesan
saja pada pembacanya. Namun begitu, sebuah cerpen harus merupakan suatu kesatuan bentuk yang betul-betul utuh dan lengkap.
J. Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen
Sesuai dengan jenjang pendidikan, sekolah menengah atas SMA materi yang diajarkan pun semakin mendalam. Salah satu kompetensi pembelajaran
sastra yang harus dicapai oleh siswa adalah menulis teks drama. Adapun indikator yang harus dicapai oleh siswa adalah siswa mampu menulis teks
drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan
36
Jakob Sumarjo, Seluk-Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek, Bandung: Pustaka Latifah, 2004, h.10.
penokohan, menghidupkan konflik, dan manghadirkan latar yang mendukung. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah materi tentang
menulis teks drama. Materi tersebut, terdiri atas bagian-bagian teks drama dan langkah-langkah menulis teks drama. Teks drama memiliki bagian-
bagian judul, deskripsi penokohan, babak yang terdiri atas prolog, monologdialog, dan epilog.
Langkah-langkah menulis naskah drama dimulai dari merumuskan tema atau gagasan, mendeskripsikan penokohan atau memberi nama-nama tokoh,
membuat garis besar isi cerita, mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog, membuat petunjuk pementasan yang baiasanya ditulis
dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf kapital semua, dan memberi judul pada naskah drama yang sudah ditulis.
Dalam pembelajaran menulis naskah drama guru memberikan sebuah media agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih mudah. Menurut Oemar
Hamalik “media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai
oleh setiap guru profesional. ”
37
Dalam proses pembelajaran guru memberikan sebuah cerpen yang sudah dibaca sebelumnya oleh murid. Kegiatan membaca cerpen sebelum menulis
naskah drama sejalan dengan definisi yang diberikan Siahaan yang dikutip oleh
Alek yaitu “Proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh
37
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994, h.1.
tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan, dan dampak bacaan itu. ”
38
Cerpen tersebut dihadirkan untuk memberitahukan kepada siswa tentang cerita yang terkandung di dalamnya serta unsur-unsur penting seperti: tokoh,
alur, tema, latar dan lainnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami naskah drama, sehingga siswa dapat memahami unsur-unsur yang
terdapat di dalam naskah drama. Media cerpen ini berguna untuk menstimulus siswa agar siswa dapat memiliki gambaran tentang naskah
drama yang akan siswa buat. Di sini siswa menjadi lebih aktif karena siswa harus bisa menemukan sendiri pengetahuan tentang naskah drama dari cerpen
tersebut. Dan peran guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi keaktifan siswa.
Setelah siswa mengetahui hal-hal yang berakitan dengan naskah drama, siswa diminta menulis sebuah naskah drama dengan memperhatikan hal-hal
yang berakaitan dengan drama. Agar situasi cerita dalam naskah drama tersebut menjadi lebih hidup, siswa harus bisa menggambarkannya sesuai
dengan situasi yang ada tentang apa yang dirasakan, dilihat, dan didengar dari cerpen. Pada saat siswa praktik menulis naskah drama, guru mengarahkan
kegiatan siswa.
Biasanya anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan dalam menulis naskah drama, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami.
Maka, apa salahnya jika seorang guru menghadirkan media cerpen sebagai
38
Alek dan Ahmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, Jakarta: FITK Press, 2009, h. 48.
alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Begitulah, guru bahasa harus melihat intruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar.
“Guru harus melihat bahwa pengajaran membaca dan menulis itu berkaitan erat.
”
39
Dengan membaca cerpen siswa dapat menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan baik tentang
kerakter tokohnya, alur cerita dan dapat memperoleh perincian-perincian dalam cerita sehingga bisa dia terapkan dalam menulis sebuah naskah drama.
Beberapa hal penting yang dapat ditemukan dalam membaca cerpen ialah:
1. Untuk memperoleh perincian-perincian, seperti: apa yang telah dilakukan
tokoh, apa yang terjadi pada tokoh dan mengetahui bagaimana tokoh itu memecahkan masalahnya.
2. Untuk memperoleh ide utama, seperti: mengetahui mengapa hal itu
merupakan topik yang menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa saja yang dialami tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh
tokoh untuk mencapai tujuannya. 3.
Untuk mengetahui urutan atau susunan, yaitu untuk mengetahui apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dalam cerita.
Dalam hal ini siswa dapat menarik kesimpulan-kesimpulan, memvisualisasikan tokoh-tokoh, memproyeksikan akibat-akibat, serta
mengadakan interpretasi-interpretasi ketika dia membaca, membawa
39
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008, h. 5-6.
kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaan itu. Dia mempunyai kesempatan untuk mencari petunjuk-petunjuk bagi tokoh. Tatkala dia
membaca baris-baris, menciptakan dalam hatinya suatu ide bagaimana wajah- wajah akan melihat, suara-suara berbunyi, dan para tokoh bergerak pada saat-
saat ketakutan, kebahagiaan dan ketegangan. Melalui pembelajaran seperti ini diharapkan dapat memecahkan
masalah kemampuan menulis naskah drama siswa dan diharapkan dapat
mengubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis naskah drama.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus
atau dua kali pertemuan, yaitu dari bulan Mei dan bulai Juni 2011.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas classroom action research, yaitu
“Sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. ”
1
Sedangkan menurut H.E. Mulyasa mengartikan PTK sebagai
“penelitian tindakan action research yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil
belajar sekelompok peserta didik. ”
2
Adapun menurut Rochiati Wiraatmadja menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
“Penelitian yang dilakukan bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata
dari upaya itu.
”
3
1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, Cet. IV, h. 3.
2
H.E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. III, h. 10.
3
Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, h. 13.