Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa USU yang Mengalami Proses Pembelajaran E-learning Rina Melati dan Filia Dina Anggaraeni

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN

SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG MENGALAMI

PROSES PEMBELAJARAN E- LEARNING

SKRIPSI

Oleh

RINA MELATI M 071301119

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2011/2012


(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA YANG MENGALAMI PROSES PEMBELAJARAN E- LEARNING

Dipersiapkan dan disusun oleh:

RINA MELATI MARPAUNG 07131119

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 Juli 2012

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Filia Dina Anggaraeni, M.P Penguji I NIP. 19691014200042001

Merangkap Pembimbing

2. Dian Ulfasari.P,M,Psi., psikolog Penguji II NIP. 197308192001121001

3. Eka Danta Jaya Ginting, M. A., psikolog Penguji III NIP. 198108242008122002


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA YANG MENGALAMI PROSES PEMBELAJARAN E- LEARNING

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakutlas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2012

NIM : 071301119


(4)

Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa USU yang Mengalami Proses Pembelajaran E-learning

Rina Melati dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRAK

Tujuan utama dari skripsi yang berjudul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan self regulated learning Pada Mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran E-learning.” ini adalah untuk melihat apakah ada atau tidak hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan self regulated learning Pada Mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran E-learning.

Metode yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 270 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi belajar terdiri dari 20 aitem dan skala self regulated learning terdiri dari 34 aitem.

Hasil analisa data menggunakan Pearson Product Moment menunjukkan koefisien korelasi, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar dengan self regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning. Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi self regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning. Sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar maka semakin rendah self regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning.


(5)

The relationship between the Learning Motivation with Self-Regulated Learning

on USU students who have learned the process of E-learning.

By Rina Melati and Filia Dina Anggaraeni

ABSTRACT

The main purpose of the research entitled "The Relationship between Motivation Learning with the self-regulated learning on USU students who have learned the process of E-learning”.This research shows up whether it has the relationship between Learning Motivation with a self-regulated learning in USU students who have learned the process of E-learning.

The quantitative method is used for this research. The number of subjects in this study is 270 people. Scale we use in the thesis are learning motivation which have 20 items and self-regulated learning which have 34 items

The results of data analysis used the Pearson Product Moment indicates correlation coefficient. The measuring device which used in this research is the motivation scale consists of 20 items and self-regulated learning scale consisted of 34 items.

The result of the data use the Pearson Product Moment to show the correlation coefficient, so it can be concluded that there is a relationship between Motivation Learning with Self-Regulated Learning on USU students who have learned through e-learning. The higher of motivation to learn the higher the self-regulated learning on USU students who have learned the process of E-Learning. Conversely, the lower the motivation to learn, the lower the Self-Regulated Learning in USU students who have learned through E-Learning.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Jesus Kristus, Karena Kasih, berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning.”

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari dukungan kedua orang tua penulis, kepada Ayah D. Marpaung dan Ibu D. Nainggolan yang telah membesarkan, mengajari dan mendidik saya. Saya sangat berterima kasih atas doa, ketulusan, kasih sayang, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini. Skripsi ini juga penulis persembahkan buat Kakak dan Adik saya yaitu Fiktoria Engli sabrina Marpaung, Betharia Sonata Marpaung, Heri Capri Marpaung dan Dewi Juliwaty Marpaung mengucapkan terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan selama saya mengerjakan skripsi ini.

Peneliti juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Kakak Debby Anggaraeni, M.Psi., Psikolog selaku Pembimbing Akademik, terimakasih banyak atas bimbingan dan arahan ibu selama


(7)

saya menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membimbing saya dengan sabar dan memberikan semangat, dukungan serta saran yang berarti bagi penyelesaian skripsi ini.

4. Teman-teman Kuliah terbaik saya angkatan 07 terutama: Maria, Margareth Hutabarat, Puspita Sari, Novita Armayanti, Fenny, Maulidini Nazlely. Terima kasih untuk kebersamaan yang penuh tawa, kecerian, dan kehebohan yang penulis lalui bersama kalian dan dukungan yang diberi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Khusus buat Marni Simarmata dan Tetty sinambela yang membantu dan menjadi penyemangat saya dalam mengerjakan skripsi ini.

5. Teman-teman psikologi Vivin 07, Didier 07, Dania 07, Edwin 08, Santa 09, terima kasih buat waktu untuk membantu penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-Teman SMA penulis terutama Triyanto Gerrad, Kinok, Ester, Lisa, Fitri, Arul, Kenny, Ogong. Terima Kasih buat semangat yang telah diberikan kepada penulis.

7. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.


(8)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal penelitian ini. Oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Medan, Juni 2012


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... . xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Self regulated learning ... 14

1 Defenisi Self regulated learning . ... 14

2 Perkembangan self regulated learning . ... 15

3 Strategi self regulated learning. ... 16

B. Motivasi belajar ... 18

1 DefenisiMotivasi Belajar... 18

2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 19

3 Fungsi Motivasi Belajar ... 20

4 Faktor-faktor yang mempemgaruhi ... 21

C. Elearning ... 22

D. Mahasiswa ... 24

E. Hubungan antara motivasi belajar dengan self regulated learning pada mahasiswa usu yang mengalami proses pembelajaran e-learning ... 28


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 33

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

1 Variabel Motivasi belajar ... 34

2 Variabel Self regulated learning ... 34

C.Populasi dan Metode Pengambilan Sampel... 35

1 Populasi dan Sampel ... 35

2 Metode Pengambilan Sampel ... 36

3 Jumlah sampel ... 38

D. Alat ukur yang digunakan ... 38

1 Skala Motivasi Belajar ... 39

2 Skala Self Regulated Learning ... 41

E. Validitas dan Reliabilitas alat ukur ... 43

1 Validitas ... 44

2 Reliabilitas ... 45

F. Hasil Uji coba alat ukur ... 45

1 Skala Motivasi Belajar ... 46

2 Skala self regulated learning ... 48

G. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 51

1 Tahap persiapan ... 51

2 Tahap pelaksanaan penelitian ... 53

3 Tahap pengolahan data ... 53

H. Metode analisa data ... 53

1 Uji Normalitas... 54

2 Uji Linieritas ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subjek Penelitian ... 55

B. Analisa Data ... 56

1 Uji Asumsi ... 56

2 Uji Linearitas ... 57


(11)

1 Hasil perhitungan antarvariabel ... 58

2 Kategorisasi Data ... 59

D. Pembahasan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

1 Saran Metodologis ... 69

2 Saran Praktis ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah seluruh Mahasiswa di universitas sumatera utara ... 35

Tabel 2 Pembagian fakultas di universitas sumatera utara ... 36

Tabel 3 Pembagian berdasarkan Fakultas, Jurusan dan Angkatan ... 37

Tabel 4 Blue Print Penyusunan Skala Motivasi Belajar...39

Tabel 5 Blue Print Penyusunan Skala Self-Regulated Learning……….. 41

Tabel 6 Distribusi Aitem pada Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba... 45

Tabel 7 Distribusi Aitem pada Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba ... 46

Tabel 8 Distribusi Aitem-Aitem Pada Skala Penelitian Motivasi Belajar ... 47

Tabel 9 Distribusi Aitem pada Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba. ... 47

Tabel 10 Distribusi Aitem pada Skala Self Regulated Learning Setelah uji coba. ... 48

Tabel 11 Distribusi Aitem-Aitem Pada Skala Penelitian Self regulated learning...…..49

Tabel 12 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas………...…..54

Tabel 13 Normalitas Sebaran Variabel motivasi belajardan Self regulated learning………...55

Tabel 14 Uji linearitas data variabel Motivasi Belajar dan Self regulated learning…...…...56

Tabel 15 Korelasi antara motivasi belajardengan Self regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e- learning……….…………...57

Tabel 16 Deskripsi Data Penelitian Motivasi Belajar………...58

Tabel 17 Kategorisasi Data Motivasi Belajar………....……...60

Tabel 18 Deskripsi Data Penelitian Self regulated learning………...……..61


(13)

Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa USU yang Mengalami Proses Pembelajaran E-learning

Rina Melati dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRAK

Tujuan utama dari skripsi yang berjudul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan self regulated learning Pada Mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran E-learning.” ini adalah untuk melihat apakah ada atau tidak hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan self regulated learning Pada Mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran E-learning.

Metode yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 270 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi belajar terdiri dari 20 aitem dan skala self regulated learning terdiri dari 34 aitem.

Hasil analisa data menggunakan Pearson Product Moment menunjukkan koefisien korelasi, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar dengan self regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning. Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi self regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning. Sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar maka semakin rendah self regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning.


(14)

The relationship between the Learning Motivation with Self-Regulated Learning

on USU students who have learned the process of E-learning.

By Rina Melati and Filia Dina Anggaraeni

ABSTRACT

The main purpose of the research entitled "The Relationship between Motivation Learning with the self-regulated learning on USU students who have learned the process of E-learning”.This research shows up whether it has the relationship between Learning Motivation with a self-regulated learning in USU students who have learned the process of E-learning.

The quantitative method is used for this research. The number of subjects in this study is 270 people. Scale we use in the thesis are learning motivation which have 20 items and self-regulated learning which have 34 items

The results of data analysis used the Pearson Product Moment indicates correlation coefficient. The measuring device which used in this research is the motivation scale consists of 20 items and self-regulated learning scale consisted of 34 items.

The result of the data use the Pearson Product Moment to show the correlation coefficient, so it can be concluded that there is a relationship between Motivation Learning with Self-Regulated Learning on USU students who have learned through e-learning. The higher of motivation to learn the higher the self-regulated learning on USU students who have learned the process of E-Learning. Conversely, the lower the motivation to learn, the lower the Self-Regulated Learning in USU students who have learned through E-Learning.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan internet. Internet memiliki banyak fasilitas yang telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk pendidikan (Purbo dalam Hidayat, 2010).

Pada lembaga pendidikan, yaitu perguruan tinggi, sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet untuk mendukung sistem pendidikan konvensional. Dalam paradigma sistem pendidikan yang semula berbasis tradisional dengan mengandalkan tatap muka, kini mulai beralih menjadi sistem pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dengan sentuhan dunia teknologi informasi khususnya dunia cyber (maya). Sistem pendidikan yang berbasis dunia cyber, jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elekronika (Munir, 2008).

Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1961 ketika Indointernet atau pusat pelayanan internet di indonesia membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun 1997-an mulai berkembang pesat, namun harus


(16)

diakui bahwa kini pemanfaatan teknologi ini masih didominasi oleh lembaga seperti perbankan, perdagangan, media massa, atau kalangan industri. Jika melihat potensinya, dalam waktu mendatang mungkin saja lembaga pendidikan akan mendominasinya. Pemanfatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya telematika tahun 1995 (Munir, 2008).

Pemanfaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. E-learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. e-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning, jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Pelaksanaan e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya (Rahmawati,dalam Soekartawi, 2003).

Salah satu universitas di Indonesia ini yang sudah menggunakan

e-learning adalah Universitas Sumatera Utara (USU). USU mengembangkan bahan

ajar berbasis digital guna menciptakan proses belajar yang efisien, efektif, dan kondusif. Konsep pembelajaran e-learning ini sudah dijalankan sejak tahun 2009


(17)

di USU, hanya saja masih banyak dosen yang belum memanfaatkan fasilitas e-learning ini, bahkan tidak sampai 10% dosen yang memakai e-learning

Aktifitas-aktifitas di dalam e-learning ini dapat dilihat dari fenomena di bawah ini yang terjadi di USU. Berdasarkan hasil dari wawancara yang lakukan peneliti terhadap seorang pegawai pusat informasi USU yaitu dengan Ibu Rini di bagian e-learning .

“ kalau e-learning di USU telah mengelola fasilitas dengan koleksi sebanyak 977 mata kuliah, dengan jumlah fakultas yang ada di USU sebanyak 13 fakultas yaitu fakultas kedokteran, hukum, pertanian, teknik, ekonomi,kedokteran gigi, ilmu budaya, matematika dan ilmu pengeahuan alam, ilmu sosial dan ilmu politik, kesehatan masyarakat, keperawatan, psikologi dan farmasi. Didalam proses pembelajaran e-learning ini semua dosen di lingkungan USU diharapkan agar dapat mengirimkan semua materi perkuliahan ke Pusat Sistem Informasi USU untuk dimuat dalam situs USU e-learning. Bahan kuliah yang dikirimkan adalah bahan bahan kuliah penuh atau handout dalam bentuk slide-slide perkuliahan yang disajikan dalam bentuk bahasa Indonesia atau bahasa inggris. Bahan yang dikrim dalam bentuk softcopy, dan untuk pemeliharaan konten tersebut, setiap dosen dapat melakukan update setiap saat dengan login k

username dan password portal Akademik.

(Komunikasi personal, 9 Mei 2011 ).

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa di USU telah mulai melakukan pengembangan search engine dalam sistem e-learning. Pemaparan di atas juga menjelaskan kalau peran pengajar harus memiliki kemauan untuk memanfaatkan teknologi informasi komputer ini, karena aplikasi ini bersifat pragmatis yang memerlukan dukungan infrastruktur dan superstruktur yang terkait dengan lembaga pendidikan pengajar dan pendidik.

Fasilitas-fasilitas media pembelajaran atau e-learning yang dimiliki media pembelajaran adalah: e-mail,telnet, internet relay chat,news groups, Mailing List

(milis), File Transfer Protocol (FTP ), dan World Wide Web (WWW) (Purbo,


(18)

beberapa fasilitas yang ada di dalam proses pembelajaran e-learning. Hal ini dapat lihat dari hasil wawancara yang lakukan peneliti kepada beberapa mahasiswa USU.

" e-learning di usu ini murni dikatakan e-learning kak, karena sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Disini pengajar bisa memberikan petunjuk pada mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. kami juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.karena kami pun mengirim tugas tugas kuliah dari email kadang kadang saja, kalau dosen sibuk dan pergi keluar kota. Yaaa…..paling paling cari cari bahan bahan kuliah dari internet, kayak cari jurnal atau bahan bahan lainnya mbak. Dan kami juga sekali kali ada disuruh dosen untuk mengunduh bahan bahan kuliah tambahan dari dosen, tapi kami sering kok masuk kuliah seperti biasanya dan kami masih ujian seperti biasa dikelas”

(Komunikasi personal, 11 Mei 2011).

Berdasarkan wawancara di atas menunjukan proses pembelajaran

e-learning masih memadukan proses pembelajaran konvensional dengan proses

pembelajaran dengan menggunakan internet. Berbagai fasilitas dalam proses pembelajaran e-learning yang dapat diakses oleh peserta didik secara mandiri untuk keperluan pembelajaran karena didalamnya memuat pembelajaran, sumber daya web, informasi lain mengenai akademik (Munir, 2008).

Pengaplikasian e-learning terhadap peserta didik sudah tergolong baik karena tingkat motivasi belajar mahasiswa termasuk dalam kualifikasi tinggi, dan menjelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengaplikasian e-Learning dengan motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa mahasiswa USU berhubungan dengan motivasi belajar mahasiswa terhadap proses pembelajaran e-learning.

" Kalau proses belajar e-learning ini kak biasa buat kita lebih mandiri dalam mengerjakan tugas tugas kuliah dan lebih efektif serta efisien saja,


(19)

karena kita tinggal enak saja buat mengunduh bahan kuliah yang disiapkan dosen dari portal dan kita enak enak saja buat cari cari bahan kuliah dari

google, dan kalau ada tugas kita kirim aja ke email dosen kak, kan

gampang kak, tidak ribet.gitu kak” tapi terkadang kami sambil buka

facebook dan game kak…hehee..hehehe. ya….namanya juga mahasiswa

kak gak bias lepas dari facebook, twitter atau game.

(Komunikasi personal, 11 Mei 2011).

Berdasarkan dari wawancara dan hasil dari angket yang disebarkan peneliti bahwa e-learning yang sudah mulai dilakukan di USU ini mendorong mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah karena lebih efektif dan efisien dan mahasiswa juga lebih mandiri untuk menopang kognisi dan perilaku mereka untuk mencapai tujuan belajar mereka. Hal ini disebut dengan motivasi belajar, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Di dalam motivasi belajar terdapat dua aspek aspek yaitu: motivasi instrinsik yang melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu untuk karena keinginan sendiri yang berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal, dan motivasi ekstrinsik melakukan sesuatu untuk mendapatkan untuk mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman (Santrock, 2007).

Motivasi menyangkut proses yang terlibat dalam pemunculan awal satu intensi atau tujuan dan motivasi sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya seseorang dalam melakukan sesuatu, serta berfungsi sebagai pendorong individu untuk memulai maupun meneruskan kegiatannya. E-learning sebagai suatu aktivitas yang menuntut para pelajar untuk memiliki motivasi yang kuat apabila ingin sukses dalam proses pembelajaran yang diikutinya. Terlebih lagi sistem e-learning adalah sistem yang menuntut usaha dari individu, sehingga motivasi diri


(20)

haruslah kuat dan datang dari individu tersebut (Albert & Mulyadi, 2009). Dari segi proses belajarnya sendiri, diperlukan motivasi yang kuat dari seorang peserta didik untuk menyelesaikan proses belajar melalui media ini. Karena dalam sistem ini, proses belajar akan dipusatkan pada kemandirian dari seorang peserta didik, dan dosen pada akhirnya akan bertindak sebagai fasilitator saja yang memandu peserta didik untuk mengkontruksi informasi-informasi yang diketahui oleh muridnya menjadi sebuah pengetahuan. Jadi sebaiknya hubungan penggunaan media ini dengan tingkat kemandirian peserta didik dapat diperhatikan, sehingga memudahkan untuk menentukan level pendidikan seperti apa sistem belajar jarak jauh ini diterapkan.

Menurut Hidayat, (2007) mengatakan bahwa penggunaan e-learning

dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sehingga menumbuhkan semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan mampu mendorong peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai pendorong dalam belajar dan belum sampai pada self regulated learning, yaitu sebuah energi yang membuat peserta didik berusaha secara persisten dengan menggunakan berbagai strategi belajar untuk meregulasi dirinya mencapai tujuan yang ditetapkan (Wahyono, 2010). Apabila seorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan dan ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan, maka peserta didik memiliki self-regulated learning (Zimmerman, dalam Woolfolk, 2004).


(21)

Bekal yang dibutuhkan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan proses belajarnya adalah dengan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengatur kegiatan belajar, mengontrol perilaku belajar, dan mengetahui tujuan, arah, serta sumber-sumber yang mendukung untuk belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa mahasiswa USU berhubungan dengan regulasi diri mahasiswa terhadap proses pembelajaran e-learning dan proses pembelajaran konvensional.

" kami diberi tugas-tugas kuliah dengan cara searching bahan-bahan kuliah yang berhubungan dengan materi kuliah dari internet, mengumpul tugas dengan tepat waktu, masukan tugas-tugas kuliah kedalam blog dosen, dan masih banyak lagi kak, sehingga kami jadi lebih aktif dan inovatif kak.Dan kami juga terkadang mengirim tugas kuliah kedalam email dosen kak,disini kami jadi lebih aktif dan mandiri loh kak. Terkadang kami juga mengumpulkan tugas secara manual kak,seperti biasa belajar konvensional, cari bahan kuliah dari buku-buku perpustakaan, dan masih banyak lagi kak.

(Komunikasi personal, 11 Mei 2011).

Berdasarkan dari wawancara dan hasil dari angket yang disebarkan peneliti bahwa menjelaskan bahwa mahasiswa dituntut untuk meregulasi proses belajarnya, sehingga kemampuan belajar mandiri menjadi lebih diperlukan oleh mahasiswa yang menghadapi tugas/kajian mandiri, tugas dalam bentuk proyek terbuka, penyusunan skripsi atau tugas akhir, dan sebagainya. Ketika menghadapi tugas-tugas seperti itu, mahasiswa sebenarnya dihadapkan pada berbagai sumber belajar yang melimpah yang mungkin relevan atau tidak relevan dengan kebutuhan dan tujuan mahasiswa bersangkutan. Pada kondisi demikian, mereka harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi, menganalisis kebutuhan, dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah,


(22)

menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi diri. Kemandirian belajar mahasiswa menjadi syarat untuk membentuk lulusan yang profesional. individu yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien (Hidayati, 2007). Istilah yang berkaitan dengan kemandirian belajar diantaranya adalah selfregulated learning.

Self regulated learning ini dapat diihat dari ke empat belas strategi yaitu evaluasi terhadap diri (self-evaluating), mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), mencari informasi (seeking information), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), mengatur lingkungan belajar (environtmental

structuring), konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating),

mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), meminta bantuan guru (seek teacher assistance), meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance), mengulang tugas atau test sebelumnya (review test /work), mengulang catatan (review notes), dan mengulang buku pelajaran (review texts book).

Berdasarkan dari hasil penelitian dari Wahyono, (2010) proses pembelajaran e-learning yang memadukan proses pembelajaran dengan tatap muka dan proses belajar dengan menggunakan internet, membuat peserta didik memiliki pengaturan diri belajar yang lebih baik dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi dalam menggunakan strategi belajar. Peserta didik juga menerapkan strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur


(23)

aspek lingkungan fisik untuk mendukung belajar mereka dan untuk mengatur waktu mereka secara efektif (Corno & Mandinach, dalam Wahyono,2010).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu melihat hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses pembelajaran e-learning, dimana penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada teori-teori yang akan diuraikan di landasan teoritis.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam bidang psikologi pendidikan, mengenai motivasi belajar dengan

self-regulated learning pada mahasiswa USU yang mengalami proses

pembelajaran e-learning, sehingga dapat memperkaya teori-teori yang sudah ada sebelumnya.


(24)

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi penelitian-penelitian sejenis dalam bidang Psikologi Pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai proses belajar e-learning yang berkaitan motivasi belajar dengan

self-regulated dengan proses belajar dan mengajar bagi mahasiswa atau

mahasiswi serta dosen dan para karyawan atau karyawati di USU.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai peran dan fungsi dari e-learning kepada para staf pendidikan maupun para pendidik untuk menunjang proses belajar dan mengajar di USU.

c. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai e-learning USU.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II: LANDASAN TEORITIS

Bab ini menguraikan teori yang mendasari masalah yang menjadi variabel dalam penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah teori mengenai motivasi belajar, self-regulated learning, e-learning dan pengertian mahasiswa.


(25)

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode dan alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, tahap pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SELFREGULATED LEARNING

1. Pengertian Self-Regulated Learning

Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa

self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi tugas tugas, melakukan proses dan mengintegrasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk diingat serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self-efficacy) dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya.

Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation

merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning. Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas, melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1989). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning adalah proses bagaimana


(27)

seorang peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya sehingga tercapai tujuan belajar.

2. Perkembangan Self-Regulated Learning

Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated learning dimulai dari beberapa faktor yaitu:

a) Pengaruh sumber sosial: Berkaitan dengan informasi mengenai akademik yang di peroleh dari lingkungan teman sebaya.

b) Pengaruh lingkungan: Berkaitan dengan orang tua dan lingkungannya, sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya secara maksimal.

c) Pengaruh personal atau diri sendiri. Berkaitan dengan diri sendiri peserta didik yang memiliki andil untuk memunculkan dorongan bagi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya.

Di dalam faktor-faktor ini terdapat beberapa level berkembangnya self regulated learning.

a. Level pengamatan (observasional)

Peserta didik yang baru awalnya memperoleh hampir seluruh strategi-strategi belajar dari proses pengajaran, pengerjaan tugas, dan dorongan dari lingkungan sosial. Pada level pengamatan ini, sebagian peserta didik dapat menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model, walaupun hampir seluruh peserta didik membutuhkan latihan untuk menguasai kemampuan

self-regulated learning. b. Level pesamaan (emultive)


(28)

Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru model, namun mereka berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh karena itu, mereka mungkin menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru kata-kata yang digunakan oleh model.

c. Level kontrol diri (self-controlled)

Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi, namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh model dan sudah menggunakan proses self-reward.

d. Level pengaturan diri

Level ini merupakan level terakhir dimana peserta didik mulai menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi oleh tujuan serta self-efficacy untuk berprestasi. Peserta didik memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi yang berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak ada.

3. Strategi self-regulated learning

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi self-regulated learning

sebagai berikut:

1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya.


(29)

Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt.

3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas, waktu, dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut. 4. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.

6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating

Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan

covert.

9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.


(30)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.

11.Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan dengan pelajaran.

12.Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.

13.Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

14.Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung catatan sebagai sarana belajar. Landasan teori dari self regulated learning

yang akan digunakan menjadi alat ukur ialah keempat belas strategi self-regulated learning dari penjelasan di atas.

B. MOTIVASI BELAJAR 1. PengertianMotivasi

Banyak para ahli yang mengemumakan pengertian motivasi dengan dengan berbagai sudut pandang mereka masing masing, namun intinya sama, yaitu sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002). Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.


(31)

Maksudnya, perilaku yang memiliki motivasi dengan perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2009).

Motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik dalam Djamarah, 2002). Berdasarkan beberapa penjelasan motivasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan dari pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang yang dapat memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa adalah sebagai berikut menurut (Elliot, dkk, 1996):

a. Kecemasan

Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi tetapi tidak pada situasi lainnya.

b. Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai cara individu yang relatif permanen dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau orang lain.

c. Keingintahuan

Keingintahuan sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif, suka mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu.


(32)

d. Locus of control

Locus of control dapat diartikan sebagai penyebab terjadinya tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal locus of control) atau dari luar diri (external locus of control).

e. Learned helplessness

Perasaan tak berdaya yang dipelajari (learned helplessness) adalah reaksi individu untuk merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali.

f. Efikasi diri

Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetensinya.

g. Belajar bersama

Belajar bersama (kooperatif) diartikan sebagai serangkaian metode instruksional dimana peserta didik didorong untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas akademik yang bertujuan membantu peserta didik yang satu dengan yang lain untuk belajar.

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Menurut Djamarah, (2002) motivasi belajar diuraikan menjadi tiga fungsi sebagai berikut:

1. Motivasi sebagai pendorong pembuatan

Pada awalnya peserta didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minat untuk belajar.


(33)

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap peserta didik yang merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.

3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Peserta didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.

4. Aspek Aspek Dalam Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar (Santrock, 2009), yaitu: a. Motivasi Instrinsik

Melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu untuk karena keinginan sendiri. Terdapat dua tipe dari motivasi instrinsik yang dikemukakan Santrock (2009), yaitu:

1. Motivasi instrinsik berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal. 2. Motivasi instrinsik berdasarkan pengalaman optimal.

b. Motivasi Ekstrinsik

Melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain atau cara untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.

C. E-LEARNING

1. Pengertian E-learning

E-learning semakin berkembang karena teknologi membuat proses

pembelajaran dapat dilakukan lebih efisien dilihat dari segi waktu, jarak dan biaya. Menurut Munir (2008) e-learning berarti pembelajaran dengan


(34)

menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Apabila mengacu pada definisi ini, tidak semua e-learning dilakukan secara online dan jarak jauh. Dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer, atau kombinasi dari ketiganya. Menurut Naidu (2006) e-learning

merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran.

Teknologi informasi dan komunikasi tentu saja banyak berperan dalam kehidupan di perguruan tinggi. Teknologi telah menjadi bagian dari institusi pendidikan selama beberapa dekade. Hanya saja, komputer masih sering dipakai untuk kegiatan yang biasa, bukan untuk pembelajaran yang konstruktif dan aktif (Newby dalam Santrock, 2007).

D. MAHASISWA

Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa adalah sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi, respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketuhanan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Yakuza, 2010). Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).


(35)

Salah satu perguruan tinggi yang memiliki berbagai jurusan bagi calon mahasiswa agar dapat memilih jurusan yang sesuai dengan yang dikehendaki adalah USU, yang dimana terdapat 13 fakultas, yaitu : Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi, Kedokteran gigi, Ilmu budaya, Matematika dan IPA, Ilmu sosial atau ilmu politik, Keshatan masyarakat, Keperawatan, Psikologi, dan Farmasi.

Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas. Secara konsep, dosen harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning

yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik ( Natakusumah, dalam Indrayani, 2007). Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai pilihan bagi mahasiswa ( Indrayani, 2007).

E. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Self Regulated Learning

Pada Mahasiswa Universita Sumatera Utara Yang Mengalami Pembelajaran E-learning

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh


(36)

energi, terarah, dan bertahan lama. Di dalam motivasi belajar terdapat dua jenis yaitu: Motivasi Instrinsik yang melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu karena keinginan sendiri yang berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal, dan motivasi ekstrinsik melakukan sesuatu untuk mendapatkan untuk mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman (Santrock, 2007).

Motivasi sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya seseorang dalam melakukan sesuatu, serta berfungsi sebagai pendorong individu untuk memulai maupun meneruskan kegiatannya. Misalnya, ketika peserta didik menghadapi tugas-tugas kuliah, mahasiswa yang dihadapkan pada berbagai sumber belajar yang melimpah yang dengan kebutuhan dan tujuan mahasiswa bersangkutan. Pada kondisi demikian, mereka harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi , menganalisis kebutuhan, dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah, menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi diri. Motivasi belajar dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai dari adanya kebutuhan, kemudian timbulnya keinginan untuk mencapai tujuan (Pujadi, 2007). Untuk mencapai tujuan belajarnya kemampuan belajar mandiri menjadi lebih diperlukan oleh mahasiswa yang menghadapi tugas/kajian mandiri, tugas dalam bentuk proyek terbuka, penyusunan skripsi atau tugas akhir, dan sebagainya. Individu yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien (Hidayati, 2007). Istilah yang berkaitan dengan penjelasan di atas adalah selfregulated learning.


(37)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai pendorong dalam belajar dan belum sampai pada self regulatred learning, yang dimana self regulated learning merupakan sebuah energi membuat peserta didik berusaha secara persisten dengan menggunakan berbagai strategi belajar untuk meregulasi dirinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila seorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan dan ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan, maka peserta didik memiliki self-regulated

learning (Zimmerman, dalam Woolfolk, 2004).

Faktor-faktor berkembangnya self-regulated learning adalah adanya pengaruh sumber yang berkaitan dengan kemampuan akademik, dipengaruhi oleh lingkungan da dipengaruhi oleh diri sendiri ( Zimmerman, dalam Woolfolk, 2004). Dari beberapa faktor dari self regulated learning terdapat beberapa level,yaitu:Level pengamatan (observasional), Level pesamaan (emultive), Level kontrol diri (self-controlled), Level pengaturan diri. Peserta didik memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasikannya.

Salah satu strategi khusus yang dilakukan para peserta didik ialah dengan menggunakan bantuan elektonika, seperti internet (Yulinawati, 2009). Proses pembelajaran ini disebut dengan e-learning. Menurut Munir (2008) e-learning

berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sehingga menumbuhkan semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan mampu mendorong peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi


(38)

(Hidayat, 2007). E-learning sebagai suatu aktivitas menuntut para pelajar untuk memiliki motivasi yang kuat apabila ingin sukses dalam proses pembelajaran yang diikutinya. Terlebih lagi sistem e-learning adalah sistem yang menuntut usaha dari individu, sehingga motivasi diri haruslah kuat dan datang dari individu tersebut (Albert & Mulyadi, 2009). Hal ini di dukung juga oleh hasil penelitian dari (Mustofa, 2008) yang menjelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengaplikasian e-Learning dengan motivasi belajar.

Selain motivasi belajar di dalam proses belajar dengan menggunakan internet, juga menuntut peserta didik memiliki pengaturan diri belajar yang lebih baik dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi dalam menggunakan strategi belajar yang disebut dengan self regulated learning

(Wahyono, 2010). Peserta didik membutuhkan self regulated learning agar dapat menjalankan perannya dengan baik, terutama peran akademis. Peserta didik juga menerapkan strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik untuk mendukung belajar mereka dan untuk mengatur waktu mereka secara efektif (Corno & Mandinach, dalam Wahyono,2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat hubungan hubungan antara motivasi belajardengan self-regulated learning pada mahasiswa USU.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam peelitian ini adalah metode korelasional kuantitatif, di mana penelitian korelasional menurut Azwar (2000) bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara motivasi belajar dengan self regulated learning

pada mahasiswa USU yang sudah mengalami proses pembelajaran e-learning.

Dalam penelitian jenis ini, data yang dikumpulkan hanya untuk memverifikasi dan menggambarkan ada tidaknya hubungan antarvariabel yang diteliti, namun tidak dapat menerangkan sebab-sebab hubungan tersebut (Hadi, 2000).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi belajar


(40)

B. DEFINISI OPERASIONAL 1. Motivasi belajar

Motivasi adalah dorongan yang dimiliki mahasiswa untuk mau memulai kegiatan belajar yang memiliki sejumlah usaha, kerja keras serta tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah.

a. Motivasi instrinsik

Melakukan suatu perilaku karena berdasarkan keinginan sendiri dan pengalaman pribadi.

b. Motivasi Ekstrinsik

Melakukan suatu perilaku untuk mencapai suatu tujuan yang dipengaruhi oleh imbalan dan hukuman.

Dalam penelitian ini motivasi belajar diukur dengan menggunakan Skala motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2009), yang terdiri dari Motivasi intrinsik dan ekstrinsikt. Tinggi-rendahnya motivasi belajar yang dialami peserta didik dapat dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada Skala motivasi belajar. Semakin tinggi skor yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki motivasi belajar yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

2. Self-regulated learning

Self regulated learning adalah bagaimana seseorang peserta didik menjadi

regulator atau pengatur bagi belajarnya sendiri.

Dalam penelitian ini self regulated learning diukur dengan menggunakan Skala self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998), yang terdiri dari : evaluasi terhadap diri (self-evaluating), dimana menurut para peserta didik bahwa mereka jarang untuk melakukan


(41)

evaluasi diri terhadap pros belajar mereka. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), dimana peserta didik di USU mulai mengatur atau mengubah cara belajarnya yang selama ini hanya pada saat mau mendekati ujian tengah semester maupun akhir semester. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), peserta didik dikatakan jarang sekali membuat rencana dan tujuan belajarnya, dan peserta didik hanya berikap biasa saja dan tidak membuat tujuan belajarnya. Mencari informasi (seeking information), peserta didik mencari informasi- informasi mengenai tugas kuliah dari internet maupun bertanya langsung kepada dosen atau teman. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring), peserta didik mencatat hal hal penting saat berlangsungnya kuliah terkadang saja kalau peserta didik lagi giat belajar saja, para peserta didik kemuddian mencatat hal-hal yang penting. Mengatur lingkungan belajar (environtmental structuring), peserta didik tidak terlalu peduli dengan mengatur lingkungan belajar mereka. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating), peserta didik tahu konsekuensi apa yang akan diterima apabila tidak mengerjaan tugas-tugas kuliah, misalnya nilai mata kuliah buruk. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), peserta didik sangat jarang untuk langsung mengulang kembali apa yang telah diperoleh dari para pengajar, Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), peserta didik meminta bantuan kepada teman sebaya apabila mengalai kesulitan di dalam kegiatan belajar dan dilakukan tidak rutin. Meminta bantuan guru (seek teacher

assistance), peserta didik jarang untuk bekerja sama dengan dosen atau guru

mengenai kegiatan proses belajar karena enggan dengan dosen dan adanya rasa malas dari setiap peserta didik untuk memulainya. Meminta bantuan orang dewasa


(42)

(seek adult assistance), peserta didik hanya terkadang saja untuk mau meminta bantuan kepada senior dikampus dengan cara belajar kelompok untuk membantu masalah kegiatan belajar yang kurang dimengerti. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/ work), peserta didik jarang untuk mengulang tugas-tugas yang telah dikerjakan, kegiatan ini terjadi kalau saat ujian saja. Mengulang catatan (review notes), dan mengulang buku pelajaran (review texts book), peserta didik jarang untuk mengulang kembali catatan dan buku-buku kuliah. Tinggi-rendahnya self regulated learning yang dialami peserta didik dapat dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada Skala self regulated learning. Semakin tinggi skor yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki self regulated learning yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan sampel

Menurut Hadi (2000), populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama, sedangkan individu yang diselidiki yang merupakan bagian dari populasi disebut sampel. Sehubungan dengan hal ini, yang perlu mendapat perhatian bahwa sampel harus mencerminkan keadaan populasinya, agar sampel dapat digeneralisasikan terhadap populasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU yang sudah mengalami proses pembelajaran e-learning. Jumlah populasi mahasiswa USU yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak kurang lebih 32.419 .


(43)

Tabel I

Jumlah Seluruh Mahasiswa di USU

No Fakultas MHS_2007 MHS_2008 MHS_2009 MHS_2010 MHS_2011 Jumlah

1 ILMU BUDAYA 159 330 489 783 880 2641

2 HUKUM 132 391 454 414 598 1989

3 KEDOKTERAN 12 419 463 424 522 1840

4 KEDOKTERAN

GIGI

59 166 161 207 220 813

5 PSIKOLOGI 78 116 101 147 127 569

6 KEPERAWATAN 81 163 168 355 543 1310

7 MATEMATIKA

DAN IPA

216 466 916 1096 1344 4038

8 FARMASI 55 107 234 446 436 1278

9 ILMU-ILMU

SOSIAL DAN POLITIK

230 493 747 919 879 3268

10 PERTANIAN 297 683 656 820 849 3305

11 KESEHATAN

MASYARAKAT

88 200 221 366 452 1327

12 EKONOMI 468 903 1315 1498 1838 6022

13 TEKNIK 455 751 816 868 1111 4001

14 2 1 0 0 0 3

15 KEDOKTERAN 87 230 275 306 219 1117

16 HUKUM 147 96 136 314 252 945

17 PERTANIAN 6 14 91 98 42 251

18 TEKNIK 17 61 123 87 88 376

19 EKONOMI 0 199 0 0 0 199

20 KEDOKTERAN GIGI

1 3 9 6 4 23

21 ILMU BUDAYA 0 0 5 6 0 11

22 MATEMATIKA DAN IPA

97 14 59 133 219 522

23 ILMU-ILMU SOSIAL DAN

POLITIK

4 11 25 52 49 141

24 KESEHATAN

MASYARAKAT

81 55 124 257 253 770

25 PSIKOLOGI 21 0 24 0 0 45


(44)

2. Metode pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

probability, dalam teknik probability setiap unsur (anggota) populasi diberikan peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik probability

yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified sampling, dilakukan pada strata atau sub kelompok dan masing-masing subkelompok diambil sampel-sampel terpisah Hadi,(200). Dalam penelitian ini terdapat 13 fakultas di usu dan peneliti mengambil angkatan 2009,2010,2011.

Tabel 2

Pembagian berdasarkan Fakultas, Jurusan dan Angkatan.

Fakultas Jurusan Angkatan

Fakultas Teknik Arsitek 2009

Fakultas ISIP Ilmu Sosial 2011

Fakultas Ilmu Budaya

Sastra Indonesia 2010

Fakultas MIPA Matematika 2010

Fakultas Ekonomi Ekonomi Pembangunan 2009 Fakultas Pertanian Manajemen sumber daya

perairan

2011

3. Jumlah sampel penelitian

Tidak ada batasan mengenai berapa jumlah sampel ideal yang harus digunakan dalam suatu penelitian. Menurut Azwar (2000), secara tradisional statistika mengangap bahwa jumlah sampel yang lebih baik dari 60 subjek sudah cukup banyak. Hadi (2000) mengatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit.


(45)

D.ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000)

Dalam skala ini peneliti akan menggunakan skala model Likert. Setiap dimensi akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable (mendukung) dan

unfavorable (tidak mendukung), Pernyataan ini terdiri dari empat alternatif

jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor bergerak antara lima sampai satu untuk aitem favorable dan untuk aitem unfavorable antara satu sampai lima. Untuk aitem yang favorable jawaban Sangat Sesuai (SS) dinilai 5, Sesuai (S) dinilai 4, Netral (N) dinilai 3, Tidak Sesuai (TS) dinilai 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dinilai 1, sedangkan untuk aitem unfavorable jawaban Sangat Setuju (SS) dinilai 1, Sesuai (S) dinilai 2, Netral (N) dinilai 3, Tidak Sesuai (TS) dinilai 4, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dinilai 5.

Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Skala motivasi belajar

Terdapat dua tipe dari motivasi instrinsik yang dikemukakan Santrock (2009), yaitu: motivasi instrinsik ialah penentuan perilaku dari diri sendiri individu dan berdasarkan pengalaman pribadi. Motivasi Ekstrinsik melakukan suatu perilaku untuk mencapai suatu tujuan yang dipengaruhi oleh imbalan dan hukuman.


(46)

Tabel 3

Blue Print Penyusunan Skala Motivasi Belajar

Skala Motivasi Belajar ini terlebih dahulu akan diuji coba sebelum digunakan untuk mengambil data. Aitem-aitem yang berkualitas akan ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi, yaitu korelasi aitem dengan jumlah skor total dari seluruh aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem dengan dengan jumlah skor total dari seluruh aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.275. Semua aitem yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.275 dapat diinterpretasikan sebagai

aitem yang memiliki daya beda aitem yang rendah (Azwar, 2000). Penelitian ini menggunakan batasan rix≥ 0.275.

No Aspek Indikator Perilaku Item Total

Fav Unfav 1. Motivasi

Instrinsik a. Belajar karena kemauan diri sendiri. b. Berusaha sendiri untuk

berdiskusi mengenai materi kuliah.

c. Membuat kegiatan kerja

kelompok untuk meningkatkan hasil belajar. 3 3 2 3 3 2 6 6 4

2. Motivasi Ekstrinsik

a. Belajar karena dapat sesuatu.

b. Belajar Karena takut dimarah 3 3 3 3 6 6


(47)

Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri itu meliputi nama, jenis kelamin, fakultas dan angkatan. Setelah uji coba selesai, maka selanjutnya peneliti melakukan penomoran kembali terhadap aitem-aitem skala untuk dijadikan sebagai alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya.

2. Skala Self-regulated learning

Self-regulated learning akan diukur dengan menggunakan skala

yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) yaitu: evaluasi terhadap diri (self-evaluating), mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), mencari informasi (seeking information), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), mengatur lingkungan belajar (environtmental structuring), konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating), mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), meminta bantuan guru (seek teacher assistance), meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance), mengulang tugas atau test sebelumnya (review test /work), mengulang catatan (review notes), dan mengulang buku pelajaran (review texts book).


(48)

No.

Tabel 4

Blue Print Penyusunan Skala Self-Regulated Learning

Aspek Indikator Perilaku Item Total

Fav Unfav 1. Evaluasi terhadap

diri

a. Mengulang kembali materi kuliah.

b. Mendiskusikan soal ujian yang sudah lewat

2 2 2 2 4 4

2. Mengatur dan

mengubah materi pelajaran

a. Mengatur materi kuliah. b. Menyusun bahan kuliah.

2 2 2 2 4 4 3. Membuat rencana

dan tujuan belajar

a. Membuat kegiatan belajar b. Menentukan target IP

2 2 2 2 4 4 4. Mencari informasi a. Informasi tambahan selain

dari dosen.

2 2 4

5. Mencatat hal penting

a. Mencatat hal yang penting mengenai materi kuliah.

2 2 4

6. Mengatur

lingkungan belajar

a. Memiliki ruangan belajar yang nyaman.

2 2 4

7. Konsekuensi setelah

mengerjakan tugas

a. Mengumpulkan tugas kuliah dengan tepat waktu.

2 2 4

8. Mengulang dan mengingat

a. Mengulang materi yang telah disampaikan dosen. b. Mengingat materi kuliah.

2 2 2 2 4 4 9. Meminta bantuan

teman sebaya

a. Berdiskusi kepada teman mengenai materi kuliah.

2 2 4

10. Meminta bantuan guru atau dosen

a. Diskusi bersama dosen. 2 2 4 11. Meminta bantuan

orang dewasa

a. Diskusi bersama senior 2 2 4 12. Mengulang tugas

atau test sebelumnya

a. Mengulang tugas yang sudah lewat

2 2 4

13. mengulang catatan a. Mempelajari ulang catatan 2 2 4 14. Mengulang buku

pelajaran

a. Membaca buku kuliah 2 2 4


(49)

Skala Self-Regulated Learning terlebih dahulu akan diuji coba sebelum digunakan untuk mengambil data. Aitem-aitem yang berkualitas akan ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi, yaitu korelasi aitem dengan jumlah skor total dari seluruh aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem dengan dengan jumlah skor total dari seluruh aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.275. Semua aitem yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0.275, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.275 dapat diinterpretasikan sebagai

aitem yang memiliki daya beda aitem yang rendah (Azwar, 2000). Penelitian ini menggunakan batasan rix≥ 0.275.

Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri itu meliputi nama, jenis kelamin, fakultas dan angkatan. Setelah uji coba selesai, maka selanjutnya peneliti melakukan penomoran kembali terhadap aitem-aitem skala untuk dijadikan sebagai alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya.

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur yang melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi


(50)

ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2004).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional

judgement. Dalam penelitian ini yang menjadi professional judgement

adalah dosen pembimbing. Artinya, sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2004)

2. Reliabilitas

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi di dalam tes tersebut. Teknik ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Azwar, 2000).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang

angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi


(51)

reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows.

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2009). Uji coba dilakukan pada 266 mahasiswa USU. Terdapat 28 aitem dalam skala motivasi belajar dan 72 aitem dalam skala

self regulated learning. 1. Skala Motivasi belajar

Tabel di bawah menunjukkan distribusi aitem skala motivasi belajar sebelum uji coba.

No

Tabel 5

Distribusi Aitem pada Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba

Aspek Aitem Jumla

h

F UF

1. Motivasi Intrinsik 1,10,21,15,19,4, 9,12

17,7,3,2,11,22,25,5 16 2. Motivasi Ekstrinsik 27,13,6,14,16,26 8,23,18,28,20,24 12

Total 14 14 28

Pada skala motivasi belajar , jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 28 aitem, dan dari 28 aitem tersebut hanya 20 aitem yang dianggap memenuhi daya diskriminasi aitem rix≥ 0.275 dengan koefisien reliabilitas rxx1 = 0,666. Distribusi


(52)

Tabel 6

Distribusi Aitem pada Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

Keterangan tabel:

Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya beda yang rendah dan merupakan aitem yang gugur.

Aitem-aitem yang baik ini kemudian disusun kembali dengan melakukan penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya. Penomoran kembali ini dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 7

Distribusi Aitem-Aitem Pada Skala Penelitian Motivasi Belajar

2.Skala Self Regulated Learning

Tabel di bawah menunjukkan distribusi aitem skala self regulated learning

sebelum uji coba.

No Aspek Aitem Jumlah

F UF

1. Motivasi Intrinsik 1,10,21,15,19,4, 9,12

17,7,3,2,11,22,25,5 16 2. Motivasi Ekstrinsik 27,13,6,14,16,26 8,23,18,28,20,24 12

Total 14 14 28

No Aspek Aitem Jumlah

F UF

1. Motivasi Intrinsik 1,3,5,7,9,11 2,4,6,8,10,12 12 2. Motivasi Ekstrinsik 13,15,17,19 14,16,18,20 8


(53)

Tabel 8

Distribusi Aitem pada Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba

Pada skala self regulated learning, jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 72 aitem, dan dari 72 aitem tersebut hanya 39 aitem yang dianggap memenuhi daya diskriminasi aitem rix≥ 0.275 dengan koefisien reliabilitas rxx1 =

0, 910. Distribusi self regulated learning beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel 10.

No. Aspek Item jumlah

Fav Unfav

1. Evaluasi terhadap diri 17,2,5,31 10,9,20,25 8 2. Mengatur dan mengubah

materi pelajaran

30,1,51,36 11,43,3,46 8 3. Membuat rencana dan tujuan

belajar

4,14,27,56 54,23,48,6 8

4. Mencari informasi 19,39 33.49 4

5. Mencatat hal penting 7,21 55,34 4

6. Mengatur lingkungan belajar 47,8 58,37 4 7. Konsekuensi setelah

mengerjakan tugas.

44,28 50,42 4

8. Mengulang dan mengingat 52,32,40,16 13,57,45,33 8 9. Meminta bantuan teman

sebaya

53,35 38,39 4

10. Meminta bantuan guru atau dosen

15,26 22,41 4

11. Meminta bantuan orang dewasa

18,65 24,59 4

12. Mengulang tugas atau test sebelumnya

67,66 60,62 4

13. mengulang catatan 70,68 61,71 4

14. Mengulang buku pelajaran 63,64 69,72 4


(54)

No.

Tabel 9

Distribusi Aitem pada Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba

Aspek Item jumlah

Fav Unfav

1. Evaluasi terhadap diri 17,2,5,31 10,9,20,25 8 2. Mengatur dan mengubah

materi pelajaran

30,1,51,36 11,43,3,46 8 3. Membuat rencana dan tujuan

belajar

4,14,27,56 54,23,48,6 8

4. Mencari informasi 19,39 12.49 4

5. Mencatat hal penting 7,21 55,34 4

6. Mengatur lingkungan belajar 47,8 58,37 4 7. Konsekuensi setelah

mengerjakan tugas.

44,28 50,42 4

8. Mengulang dan mengingat 52,32,40,16 13,57,45,33 8 9. Meminta bantuan teman

sebaya

53,35 38,39 4

10. Meminta bantuan guru atau dosen

15,26 22,41 4

11. Meminta bantuan orang dewasa

18,65 24,59 4

12. Mengulang tugas atau test sebelumnya

67,66 60,62 4

13. mengulang catatan 70,68 61,71 4

14. Mengulang buku pelajaran 63,64 69,72 4

Total 36 36 72

Keterangan tabel:

Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya beda yang rendah dan merupakan aitem yang gugur.

Aitem-aitem yang baik ini kemudian disusun kembali dengan melakukan penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya. Penomoran kembali ini dapat dilihat pada tabel 11berikut:


(55)

Tabel 10

Distribusi Aitem-Aitem Pada Skala Penelitian Self regulated learning

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Pencarian sumber dan bahan dalam mendukung penelitian

Peneliti mengumpulkan teori, bahan dan informasi yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu tentang motivasi belajar yang

No. Aspek Item jumlah

Fav Unfav

1. Evaluasi terhadap diri 1,3 2 3

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran

5,7,9,11 4,6,8,10 8 3. Membuat rencana dan tujuan

belajar

13,15 12,14 4

4. Mencari informasi 17,19 2

5. Mencatat hal penting 21 16 2

6. Mengatur lingkungan belajar 23 18 2 7. Konsekuensi setelah

mengerjakan tugas.

25.27 20,22 4

8. Mengulang dan mengingat 29 24,26 3 9. Meminta bantuan teman

sebaya

28 1

10. Meminta bantuan guru atau dosen

32,34 2

11. Meminta bantuan orang dewasa

36 30 2

12. Mengulang tugas atau test sebelumnya

39 31,33 3

13. mengulang catatan 35 1

14. Mengulang buku pelajaran 37,38 2


(56)

dikemukakan oleh (Santrock, 2009), dan self regulated learning

dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) b. Permohonan izin melakukan penelitian dan uji coba alat ukur

Dalam tahap ini, peneliti meminta izin kepada pihak pusat informasi USU untuk mengambil data seluruh mahasiswa dan mahasiswi USU. Peneliti menghadap kepada bagian informasi mengenai kemahasiswan. c. Rancangan alat ukur dan instrumen penelitian

Pada tahap ini, peneliti merancang alat ukur penelitian yang akan digunakan dalam uji coba alat ukur. Alat ukur penelitian terdiri dari dua skala yaitu skala motivasi belajar yang diungkapkan oleh (Santrock, 2009) yang terdiri dari 28 aitem dan skala self regulated

learning yang diungkapkan oleh Zimmerman (dalam Schunk &

Zimmerman, 1998) yang terdiri dari 72 aitem. d. Uji coba alat ukur

Uji coba dilakukan pada tanggal 19 Maret 2012. Alat ukur diberikan kepada 266 mahasiswa dan mahasiswi USU. Subjek diminta untuk memberi respon terhadap kedua skala penelitian, yaitu skala motivasi belajar dan skala self regulated learning. Sebelum itu, peneliti terlebih dahulu masuk ke fakultas yg menjadi subjek peneliti dan peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada subjek atas ketersediaan mengisi skala. Selanjutnya peneliti membagikan skala uji coba pada setiap mahasiswa dan mahasiswi.


(1)

tem-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted VAR00001 217.89 532.702 .185 .867 VAR00002 217.83 528.368 .278 .866 VAR00003 217.27 513.666 .516 .862 VAR00004 217.78 532.290 .178 .867 VAR00005 217.76 532.360 .176 .867 VAR00006 217.07 518.369 .388 .864 VAR00007 217.83 534.849 .105 .868 VAR00008 217.17 528.906 .185 .867 VAR00009 217.72 543.630 -.090 .870 VAR00010 217.26 517.883 .447 .863 VAR00011 217.31 521.071 .402 .864 VAR00012 217.77 544.053 -.099 .870 VAR00013 217.35 517.248 .442 .863 VAR00014 217.88 533.078 .151 .867 VAR00015 218.05 533.751 .135 .867 VAR00016 218.08 538.337 .031 .869 VAR00017 217.76 526.902 .320 .865 VAR00018 217.70 528.127 .239 .866 VAR00019 217.14 516.266 .445 .863 VAR00020 217.14 513.520 .546 .862 VAR00021 217.47 521.771 .406 .864 VAR00022 217.97 545.655 -.132 .871 VAR00023 217.52 530.444 .187 .867 VAR00024 217.24 516.182 .484 .863 VAR00025 217.17 513.740 .491 .863 VAR00026 217.14 524.354 .311 .865 VAR00027 217.85 526.079 .300 .865 VAR00028 217.34 517.677 .424 .864 VAR00029 217.32 514.890 .492 .863 VAR00030 217.70 529.267 .228 .866 VAR00031 217.83 535.150 .099 .868 VAR00032 217.82 533.606 .142 .867 VAR00033 217.90 540.520 -.023 .870 VAR00034 217.15 517.448 .444 .863 VAR00035 217.58 531.789 .160 .867 VAR00036 217.32 522.165 .321 .865


(2)

VAR00037 217.33 527.742 .207 .867 VAR00038 217.91 540.475 -.021 .870 VAR00039 217.34 519.608 .390 .864 VAR00040 217.93 538.995 .011 .869 VAR00041 217.93 544.169 -.095 .871 VAR00042 217.10 517.241 .400 .864 VAR00043 216.98 513.417 .508 .862 VAR00044 217.34 523.114 .344 .865 VAR00045 217.20 517.836 .437 .864 VAR00046 217.07 518.211 .404 .864 VAR00047 217.41 526.637 .240 .866 VAR00048 217.18 521.580 .351 .865 VAR00049 217.98 539.181 .000 .870 VAR00050 217.13 516.935 .411 .864 VAR00051 217.12 517.122 .426 .864 VAR00052 217.26 518.580 .426 .864 VAR00053 217.76 530.848 .182 .867 VAR00054 217.91 545.459 -.134 .871 VAR00055 217.85 542.254 -.058 .870 VAR00056 217.34 525.014 .291 .866 VAR00057 217.77 540.902 -.029 .869 VAR00058 217.26 520.153 .371 .864 VAR00059 217.60 532.612 .143 .868 VAR00060 217.37 518.882 .445 .864 VAR00061 217.32 516.328 .489 .863 VAR00062 217.23 516.317 .466 .863 VAR00063 217.63 525.886 .297 .865 VAR00064 217.58 526.475 .308 .865 VAR00065 217.75 529.130 .237 .866 VAR00066 217.48 522.382 .372 .865 VAR00067 217.42 525.572 .321 .865 VAR00068 217.68 524.041 .309 .865 VAR00069 217.41 521.748 .379 .864 VAR00070 217.42 520.530 .405 .864 VAR00071 217.66 527.307 .256 .866 VAR00072 217.51 524.830 .312 .865


(3)

Scale Statistics Mean Variance

Std.

Deviation N of Items 220.58 540.507 23.249 72

Running II

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 260 100.0 Excludeda 0 .0

Total 260 100.0 a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted VAR00002 138.74 411.538 .209 .901 VAR00003 138.18 394.452 .555 .897 VAR00006 137.98 398.548 .425 .899 VAR00010 138.17 397.091 .514 .898 VAR00011 138.22 401.176 .439 .899 VAR00013 138.26 397.368 .486 .898 VAR00017 138.67 410.160 .252 .901 VAR00019 138.05 396.364 .491 .898 VAR00020 138.05 394.978 .571 .897 VAR00021 138.38 404.583 .371 .900 VAR00024 138.15 396.908 .519 .898 VAR00025 138.08 393.750 .546 .897 VAR00026 138.05 403.040 .371 .900

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(4)

VAR00027 138.77 410.520 .211 .902 VAR00028 138.25 398.096 .459 .899 VAR00029 138.23 393.020 .591 .897 VAR00030 138.62 414.238 .117 .903 VAR00036 138.23 400.821 .381 .900 VAR00039 138.25 399.472 .433 .899 VAR00041 138.85 426.826 -.180 .907 VAR00042 138.01 394.984 .491 .898 VAR00043 137.89 394.042 .551 .897 VAR00044 138.25 403.935 .355 .900 VAR00045 138.11 396.910 .505 .898 VAR00046 137.98 398.065 .450 .899 VAR00047 138.32 405.926 .275 .901 VAR00048 138.10 399.917 .423 .899 VAR00050 138.05 395.627 .483 .898 VAR00051 138.03 397.509 .463 .898 VAR00052 138.17 399.920 .439 .899 VAR00056 138.25 403.619 .349 .900 VAR00058 138.17 399.353 .427 .899 VAR00060 138.28 399.392 .478 .898 VAR00061 138.23 397.254 .519 .898 VAR00062 138.14 397.157 .497 .898 VAR00063 138.54 409.191 .239 .901 VAR00064 138.50 409.046 .263 .901 VAR00066 138.39 403.343 .383 .900 VAR00067 138.33 406.051 .335 .900 VAR00068 138.59 407.038 .266 .901 VAR00069 138.32 403.361 .375 .900 VAR00070 138.33 402.693 .392 .899 VAR00071 138.57 408.733 .240 .901 VAR00072 138.42 407.287 .278 .901

Scale Statistics Mean Variance

Std.

Deviation N of Items 141.49 419.842 20.490 44


(5)

LAMPIRAN D

UJI NORMALITAS SEBARAN Uji LINIERITAS HUBUNGAN UJI HIPOTESIS SKALA PENELITIAN

1. Uji Normalitas Sebaran Variabel Motivasi Belajar dengan Self Regulated Learning

2. Uji Linieritas Hubungan Variabel Motivasi Belajar dengan Self Regulated Learning

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

MB SRL

N 270 270

Normal Parametersa,,b Mean 61.39 136.26 Std. Deviation 5.762 16.398 Most Extreme

Differences

Absolute .064 .032

Positive .064 .032

Negative -.058 -.031

Kolmogorov-Smirnov Z 1.046 .524

Asymp. Sig. (2-tailed) .223 .947

ANOVA Table Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. SRL *

MB

Between Groups (Combine d)

16467.340 32 514.604 2.183 .001 Linearity 8707.536 1 8707.53

6

36.940 .000

Deviation from Linearity

7759.805 31 250.316 1.062 .385

Within Groups 55866.512 237 235.724


(6)

3. Uji Hipotesis: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Self Regulated Learning

Correlations

MB SRL

MB Pearson Correlation 1 .347**

Sig. (1-tailed) .000

N 270 270

SRL Pearson Correlation .347** 1 Sig. (1-tailed) .000

N 270 270